Mitigasi Risiko Pasar BPJS Ketenagakerjaan Bisa Investasi di Bank yang Pacu Sektor Riil

JAKARTA, KOMPAS — Manajemen Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan tetap disiplin menginvestasikan dana pekerja peserta program untuk memitigasi risiko pasar. Langkah ini membuat manajemen membukukan hasil investasi semester I-2014 sebesar Rp 9,3 triliun.
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya memaparkan hal ini di Jakarta, Selasa (15/7) malam. Elvyn didampingi Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Amri Yusuf, Direktur Kepesertaan Junaidi, Direktur Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi Agus Supriyadi, Direktur Pelayanan Ahmad Riyadi, dan Direktur Investasi Jeffry Haryadi.
”Hasil investasi semester I tahun 2014 terkonsolidasi mencapai Rp 9,3 triliun, naik dari semester I tahun 2013 yang sebesar Rp 9 triliun. Kami terus menjalankan strategi mitigasi risiko untuk mengantisipasi faktor-faktor perubahan pasar, seperti kondisi ekonomi global dan politik,” kata Elvyn.
BPJS Ketenagakerjaan beroperasi mulai enam bulan lalu sejak beralih dari PT Jamsostek (Persero) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. UU BPJS mewajibkan seluruh pekerja menjadi peserta program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan mulai 1 Juli 2015 jaminan pensiun yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan.
Optimistis tercapai
Elvyn optimistis target investasi tahun 2014 sebesar Rp 15,8 triliun dapat tercapai. Sebagian besar dari total dana kelolaan senilai Rp 168,1 triliun ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi dan deposito.
Manajemen menargetkan dana investasi Rp 181,6 triliun pada tahun 2014. Untuk itu, manajemen aktif menggenjot kepesertaan baru dengan menyosialisasikan program BPJS ke seluruh daerah.
Pengamat pasar modal Yanuar Rizky mengatakan, ruang gerak alokasi dana investasi BPJS memang dibatasi pada instrumen pendapatan tetap yang bergantung pada tingkat suku bunga. Investasi saham sebagai penyeimbang relatif terbatas sehingga konstruksi investasi BPJS kini cenderung bergerak pada portofolio berisiko rendah berimbal hasil kecil pula.
Pacu sektor riil
Yanuar memperkirakan, instrumen pendapatan tetap masih memberikan imbal hasil lumayan karena ada tren suku bunga global naik tahun 2015. Menurut dia, hal ini sesungguhnya paradoks karena kenaikan suku bunga berimbas terhadap penyaluran kredit ke dunia usaha dan penciptaan lapangan kerja.
”Kenaikan suku bunga berisiko menekan dunia usaha yang dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga biaya pertanggungan BPJS Ketenagakerjaan juga berpotensi naik. BPJS Ketenagakerjaan bisa mengoptimalkan negosiasi suku bunga deposito dengan meminta perbankan mengalirkan kredit ke sektor riil yang mencegah PHK,” kata Yanuar. (HAM)


Kompas, Kamis 17 Juli 2014, hal. 19

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment