JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berupaya memperbesar bisnis anak usaha untuk diversifikasi bisnis. Terkait itu, perseroan telah mengalokasikan anggaran penambahan modal anak usaha yang sudah ada maupun untuk mengakuisisi perusahaan.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso (bukan Wakil Direktur Keuangan seperti tertulis di Investor Daily halaman 2, Rabu 3 Februari 2016)menuturkan, anak perusahaanBRI akanmenjadi anchordari pertumbuhanperseroan. Menurut Sunarso, pengembangan anak usaha telah masuk dalam strategic mapperseroan.
“Tahun lalu kami sudah masuk ke bidang asuransi (akuisisi Bringin Life). Sedangkan tahun ini, kami akan optimalisasi transaksi, jaringan, serta customer based mereka. Target tahun ini, kami juga menyasar perusahaan multifinance,” ujar Sunarso di Jakarta, Rabu (4/2).
Dia menjelaskan, BRI sudah memiliki anak usaha berupa perusahaan pembiayaan (multifinance) patungan bersama The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd, bernama PT BTMU-BRI Finance. Perusahaan pembiayaan patungan tersebut fokus pada pembiayaan alat berat. “Nanti pelan-pelan kami sesuaikan dengan bisnis BRI masuk di UMKM. Kalaupun tidak di UMKM, kami akan cari yang sama bisnisnya dengan BRI,” terang Sunarso.
Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, dalam pengembangan anak usaha di bidang pembiayaan, pihaknya kemungkinan akan meningkatkan porsi kepemilikan perseroan di BTMU-BRI Finance dari saat ini 45% saham.
Tahun ini juga, menurut Haru, untuk mendorong bisnis anak perseroan, BRI telah menganggarkan dana sekitar Rp 2 triliun. “Terkat pertumbuhan secara anorganik untuk pengembangan anak usaha, kami telah alokasikan dana sekitar Rp 2 triliun,” terang dia.
Selain untuk meningkatkan bisnis perusahaan di segmen pembiayaan melalui peningkatan porsi saham tersebut, pihaknya juga akanmenambahpermodalan BRI Syariah agar rasio permodalannya di atas 14%, dan menganggarkan tambahan modal untuk pengembangan di Bringin Life. “BRI Syariah kemungkinan kami alokasikan sekitar Rp 500 miliar. Untuk Bringin Life kami anggarkan tambahan modal sekitar Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun selama proses restrukturisasi sekitar dua tahun,” jelas Haru. (nti)
Investor Daily, Jumat 5 Februari 2016, Hal. 23