SURABAYA- Dua perusahaan induk (holding) baru, yakni holding BUMN perkebunan dan BUMN kehutanan resmi terbentuk. Ini merupakan holding perkebunan dan kehutanan terbesar di Asia dan masuk lima besar dunia. Pembentukan dua holding itu diharapkan mampu menaikkan daya saing, mendongkrak penerimaan negara, dan memberikan multiefek bagi perekonomian
Peresmian dilakukan olehMenteri Badan UsahaMilik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di Kantor PTPN XIV, Surabaya, Kamis (2/10).
Dahlan mengatakan, pembentukan holdingBUMN perkebunan dan kehutanan merupakan programpemerintah yang telah dicanangkan dan dikaji sejak lama. Tujuan dibentuknya holding BUMN ini adalah untuk meningkatkan daya saing BUMN, menciptakan nilai tambah, serta meningkatkan profesionalisme BUMNperkebunan dan kehutanan.
Dua holding bar u ini diharapkan dapat pula meningkatkan penerimaan negara dari sisi dividen dan pajak ser ta memberikan multiplier ef fect bagi perekonomian. “Sedangkan bagi masyarakat, terbentuknya holding ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja baru,” ujar Dahlan.
HoldingBUMN perkebunan dibentuk dengan cara mengalihkan 90% kepemilikan saham negara pada 13 PTPN (yakni PT Perkebunan Nusantara I, II, IV sampai PT Perkebunan Nusantara XIV) kepada PT Perkebunan Nusantara III sebagai induk BUMN perkebunan.
Sedangkan holding BUMN kehutanan dibentuk dengan caramengalih kan 100% kepemilikan saham negara pada PT Inhutani I-V kepada Perum Perhutani sebagai induk BUMN kehutanan.
Menurut Dahlan, holding BUMN perkebunan dan kehutanan ini menjadi salah satuholding BUMN perkebunan dan kehutanan terbesar di Asia, bahkan masuk lima besar holding BUMN perkebunan dan kehutanan terbesar di dunia.
Dia mengatakan, modal awal yang disetor pemerintah untuk Perum Perhutani adalah sebesar Rp 1,18 triliun sedangkan untuk PT Perkebunan Nusantara III senilai Rp 10,11 triliun.
Total aset yang dimiliki PT PTPN I-XIV adalah Rp 69 triliun sedangkan total aset yang dimiliki PT Inhutani I-V dan Perum Perhutani adalah Rp 3,6 triliun. Dengan pembentukan perusahaan induk ini, total asetnya menjadi Rp 72,6 triliun. Dia yakin dengan aset yang besar, holding BUMN perkebun an dan kehutanan ini menjadi BUMN paling kompetitif.
Dahlanmenjelaskan, banyak dam— pak positif dari pembentukan holding BUMN perkebunan dan kehutanan. Dia memperkirakan pendapatan negara akan naik sekitar 15% dari setoran pajak dan dividen.
Sementara itu, Direktur Utama PT PTPN III Bagas Angkasa mengatakan, pekerjaan utama setelah dibentuknya holdingperkebunan adalah penguatan di sisi pengembangan dan restrukturisasi ulang. Restrukturisasi ulang dilakukan untuk memperkuat holding perkebunan.
Bagas menjelaskan, luas lahan perkebunan setelah dibentuknyaholding mencapai lebih dari 1 juta hektar. Diamenegaskan, peningkatan kualitas SDM perlu dilakukan agar holding BUMN perkebunan bisa berdaya saing memasuki Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015.
“Holding BUMN perkebunan bisa menjadi keunggulan Indonesia dalam MEA 2015,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa holding BUMN perkebunan juga bisa meningkatkan laba perusahaan.
Naikkan Posisi Tawar
Menanggapi pembentukan holding itu, praktisi agribisnis dan penasihat senior Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Adig Suwandi mengatakan, langkah tersebut bernilai positif untuk meningkatkan nilai melalui kerja sama antar-anak perusahaan yang lebih baik, khususnya dalam soal pemasaran bersama, investasi, pengembangan usaha, dan produk derivat yang secara teoretis berpeluangmeningkatkan posisi tawar.
“Aset dan akumulasi laba dari 14 perusahaan pembentuknya memungkinkan BUMN perkebunan mengakses dana dari luar lebih besar,” ujar Adig.
Adig berpendapat, kapitalisasi yang besar penting untuk pengembangan usaha yang selama ini terkesan kurang terarah. Sejumlah anak perusahaan yang megalami kesulitan pendanaan seperti PTPN II dan PTPN XIV dapat melakukan aliansi strategis lebih baik lagi dengan lainnya.
Dengan demikian, masing-masing anak perusahaan dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan daya saing produk berbasis produktivitas dan efisiensi. Apalagi, kata Adig, di bawah holding nantinya ada PT Riset Perkebunan Nusantara sebagai kumpulan pusat penelitian yang dapat mengawal inovasi untukmenghasilkan teknologi lebih maju. “Juga ada Lembaga Pendidikan Perkebunan yang dapat dioptimalkan perannya sebagai pusat diklat dan center of excellent,” tegasnya.
Selain itu, intervensi dan keterlibatan Kementerian BUMN dalam pengendalian korporasi juga dapat dikurangi sejalan telah dilimpahkannya kepemilikan saham kepada holding. “Tidak perlu seperti sekarang yang semuanya bermuara pada Menteri BUMN dengan birokrasi berjenjang mulai dari deputi, asisten deputi, kepala bidang hingga staf,” ucap dia.
Adig mengingatkan, transisi holding tidak mudah, khususnya adaptasi budaya mengingat masing-masing perusahaan yang tergabung memiliki keragaman budaya kental.
Adig berpendapat, rentang kendali yang terlalu luas juga bisa membuat holding kurang efektif dan bahkan terjebak birokrasi. “Solusinya melalui struktur organisasi yang lebih fleksibel, karena masing-masing anak perusahaan bersifat otonom,” kata dia.
Selain itu, BUMN perkebunan perlu belajar banyak dari korporasi multinasional yang memiliki wilayah operasi seluruh dunia.
Adig menyayangkan, meski BUMN perkebunan telah menyatu dalam holding, khusus untuk industri gula masih akan terjadi kompetisi yang cenderung destruktif.
Dia menyebut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang tidak melebur ke holding. RNI dewasa ini mengelola 7 pabrik gula (PG) di Jawa melalui dua anak perusahaan.
“Konflik kepentingan dalam memperebutkan bahan baku giling berupa tebu antara PTPN Gula dan PT RNI di Jawa untuk sementara belum akan terselesaikan. Apalagi lahan makin terbatas dan animo petani menanam tebu tergerogoti harga gula yang kurang bersaing dibanding komoditas agribisnis lain,” kata Adig. (hg)
Investor Daily, Jumat 3 Oktober 2014, hal. 1