Pemerintah terus mendorong dan menciptakan iklim yang kondusif bagi pemilik bank di Indonesia untuk melakukan merger bank. Gagasan ini muncul karena jumlah bank di Indonesia terlalu banyak.
Hal itu diungkap Menteri Koordi nator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung (CT). Menurutnya, size perbankan di Indonesia masih kecil dibandingkan perbankan di negara Asean lainnya.
“Indonesa akan menuju ke tren itu. Jumlah bank di Indonesia lebih dari 100, itu terlalu banyak, tapi dari sisi sizing masih kecil. Mandiri saja masih di urutan 11 di Asia. Semen tara yang diperlukan, kita harus ma suk top ten agar punya kesempatan besar berbicara di Asean Economic Community,” kata dia sebelum menghadiri rapat Komite Ekonomi Nasional (KEN), di Jakarta, Selasa (15/7).
Menurut CT, tren merger bank ke depan dilakukan antarbank besar. Hal ini sesuai dengan tren global yang ingin menciptakan arsitektur perbankan yang besar dan kuat. Ia optimistis, Indonesia bisa mengikuti tren ini sebelum 2020. “Tren ini berlangsung di Amerika, Eropa, dan sekarang di Asia,” tuturnya.
Di tempat terpisah, Gubernur Bank Indonesia(BI) Agus Mar towardojo menilai konsolidasi me mang merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerin tah untuk memperkuat perbankan nasional seperti Malaysia yang pada Sabtu lalu (12/7) yang mengumum kan mega merger tiga bank yakni CIMB, RHB Capital, dan Malaysia Building Society.
“Jadi seperti di Malaysia, di Indo nesia juga perlu ada konsolidasi un tukmembentuk satu bank yang kuat dan sehat untuk ekspansi bahkan ke negara anggota Asean. Itu sudah langkah yang baik, untuk menguat kan perbankan dinegaranya,” ujar Agus saat berbuka puasa bersama wartawan di Gedung BI, Jakarta, Senin malam.
Hadapi MEA 2015
Agus menganggap merger atau konsolidasi perbankan merupakan pekerjaan rumah yang harus di persiapkan dengan serius terutama dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
“Memang perbankan Indonesia sejak krisis saat itu terus memba ngun kesiapan dari sektor per bankan. Diharapkan nanti saat MEA, dengan melakukan itu (konsolidasi) dapat membuat perbankan nasional hadir ditengah negara Asean lain nya,” kata Agus.
Pengamat ekonomi dari Unpad, Kodrat Wibowo mengatakan, bank BUMN harus siap menghadapi ma syarakat ekonomi MEA 2015. Untuk itu, bank BUMN perlu melakukan konsolidasi perbankan agar makin kuat dalam menghadapi kompetisi yang ketat di era MEA 2015 . Na mun, upaya konsolidasi perbankan di Indonesia beberapa kali gagal, karena hambatan politis.
Akibatnya, harapan Arsitektur Perbankan Indonesia, yang sudah ada sejak tahun 2004, untuk mencip takan perbankan yang simple, kuat, dan bermodal besar menjadi gagal. Sedangkan di Malaysia demikian mudah. “Hambatan politis itu misal kan, Bank BNI adalah bank pertama, sehingga ada anggapan jangan sampai hilang. Bank BRI kuat di perdesaan. Belum lagi BTN. Bank Mandiri terdiri dari beberapa bank, konsolidasi baru berhasil ketika kita punya Mandiri,” kata Kodrat Wibowo.
Dia menilai, Malaysia sudah memperkuat bank domestiknya sejak dulu, sehingga pada 2015, mereka sudah siap mengantisipasi kehadiran bank-bank asing. Sedang kan di Indonesia, Kodrat melihat pemerintah tidak punya agenda yang jelas untuk membangun perbankan nasional dengan baik, termasuk bagaimana memperkuat bank-bank domestik. “Bank-bank pemerintah untuk konsolidasi saja sangat sulit,” tegas dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Per banas Sigit Pramono mengatakan, perbankan Malaysia konsisten terus-menerus memperkuat dan membesarkan industri perbank annya sejak krisis ekonomi Asia tahun 1997 lalu hingga kini. Dalam pengumumannya kepada regula tor, ketiga bank tersebut sepakat melakukan mega merger yang akan melahirkan bank keempat terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Sigit, Malaysia mem buktikan mereka mampu melaku kan konsolidasi perbankan pada saat krisis Asia dan di saat normal seperti sekarang. Dalam jangka pendek, lanjutnya, mega merger yang dilakukan ketiga bank Ma laysia itu tidak berpengaruh sig nifikan terhadap Indonesia. Namun dalam jangka panjang hal tersebut mendukung per tumbuhan non- organik.
“Sejak dulu Malaysia konsisten mengurangi jumlah bank mereka. Inilah salah satu strategi negeri itu menghadapi pasar bebas Asean,” ujar Sigit.
Sigit berharap, pemerintahan terpilih nanti bisa melaksanakan konsolidasi perbankan yang sudah merupakan kebutuhan mendesak. Untuk itu, Perbanas akan meng usulkan cetak biru perbankan yang diperlukan sebagai arah pengem bangan perbankan nasional ke depannya. (c02)
Investor Daily, Rabu 16 Juli 2014, hal. 20