BI: Waspadai Peningkatan NPL KPR

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meminta perbankan untuk mewaspadai kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada kredit pemilikan rumah (KPR). Pasalnya, saat ini terdapat beberapa bank yang memiliki NPL KPR di atas 5%.
Deputi Gubernur BI HalimAlamsyah menuturkan, pada semester I-2014 terjadi sedikit kenaikan NPL pada sektor KPR. Untuk itu, perbank­an diminta lebih berhati-hati dalam menyalurkan dan mengelola KPR.

“Ada sedikit kenaikanNPL, maka bank harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan KPR. Tapi, memang kenaikan NPL-nya tidak terlalu besar, secara nasional NPLKPRmasih berada di sekitar 2,5%,” ujar Halim di Jakarta, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia, rata-rata NPL di industri perbankan pada April 2014 sebesar 2,45%. Menurut Ha­ lim, kendati secara nasional NPL KPR baru mencapai sekitar 2,5%, tetapi terdapat sejumlah bank yang memiliki NPL di atas 5% untuk penyaluran kredit pada segmen tersebut.
Karena itu, kata Halim, BI akan meminta OJK untuk mengawasi bank-bank yangmemiliki NPL KPR di atas 5%. “Karena itu, untuk bankbank tersebut kami akan meminta OJK untukmengawasi,” tandas dia. Dir ektur Utama PT Bank Tabung­an Negara (Persero) Tbk (BTN) Maryono menjelaskan, saat ini pihaknya tengah mendorong penurunana NPL perseroan. BTN pun menargetkan NPL BTN pada tahun ini akan berada di sekitar 3%. Hingga kuartal I tahun ini, NPL BTNmasih berada di sekitar 4,74%, turun tipis dibandingkan posisi NPL periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,77%.
GunamenurunkanNPL,menurut Maryono, pihaknya akan melakukan lelang atas rumah-rumah yang kreditnya macet dan tidak bisa lagi dicicil. Adapun nilai rumah yang akan dilelang tersebut akan berada di kisaran Rp 400-500 miliar.
Sementara itu, kenaikan NPL di kredit properti pada kuartal I tahun ini dialami oleh PT Bank Pemba­ ngunan Daerah Jawa Barat Banten Tbk (BJB). Adapun NPL kredit properti pada bank pembangunan daerah terbesar tersebut meningkat dari 3,1% pada kuartal I tahun lalu menjadi 4,1%pada kuartal I tahun ini.
Tipe Kecil Meningkat
Halim juga menjelaskan kenaik­ an pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA padaMei yangmeningkat dari 20,8% (yoy) pada April 2014 menjadi 25,0% (yoy) pada Mei 2014. Itu terutama didorong adanya kenaikan pada pertumbuhan kredit rumah bertipe kecil (22-70 m2). Sedangkan KPR tipe besar atau di atas tipe 70 m2, menurut dia, masih mengalami gejala perlambatan.
“KPR meningkat tapi secara ke­seluruhan kredit properti menurun. Untuk per tumbuhan KPR pada semester II (2014), memang sepanjang KPR yang tidak diatur BI, itu akan terus tumbuh, sedang­ kan yang terkena aturan BI, kami lihat pertumbuhannya masih akan turun,” ungkap dia.
Menurut Halim, pertumbuhan KPR pada KPR tipe kecil atau yang terkait dengan program pemerintah sulit dikendalikan pertumbuh­ annya pada angka tertentu. Selain itu, kata dia, kredit properti jenis tersebut tidak akan menimbulkan masalah sepanjang terdapat permintaan dan supply yang cukup.
“Tapi, kalau ada orang bangun, permintaannya tidak ada, lalu dia menumpuk-numpuk. Itu spekulasi. Kalau program pemerintah saya rasa tidak demikian, karena memang ‘kan permintaan banyak. Backlog ketersediaan rumah saat ini ‘kan masih sangat tinggi, tidak apa, sepanjang itu diikuti oleh pendapatan yang cukup,” ungkap dia.
Lebih Besar
Berdasarkan data BI, pertumbuh­ an KPR pada tipe rumah menengah mulai melampaui KPR pada tipe rumah besar sejak Juni 2013 dengan pertumbuhanKPR tipe rumahbesar di atas 70 sebesar 24,1%danKPR tipe menengah (tipe 22 sampai dengan 70) sebesar 24,1%. Persentase pertumbuhan itu terjadi seiring dengan pertambahan nilai kredit KPR pada tipe menengah yang lebih besar dari tipe besar, yakni masing-masing sebesar Rp 120,6 triliun pada KPR tipe besar dan Rp 101,5 triliun pada KPR tipe menengah.
Padahal pada Maret 2013, pertumbuhan KPR pada tipe rumah besar masih mencapai 39,8% dan KPR pada tipe rumah menengah baru tumbuh sebesar 13% dengan pertambahan nilai Rp 104,4 triliun untuk tipe rumah menengah dan RP 94,3 triliun untuk tipe rumah besar. Pertumbuhan KPR pada tipe rumah besar pun terus melambat hinggaMaret 2014 dengan pertumbuhan hanya menjadi 15,3% dengan pertambahan nilai kredit relatif datar di kisaran Rp 108,5 triliun.
Sedangkan pertumbuhan KPR tipe menengah mengalami pe­ ningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 15,3% dengan pertambahan nilai kredit yang meningkat menjadi Rp 134,8 triliun. Adapun per tambahan nilai pada kredit pemilikan apartemen (KPA) tipe 21, 22-70, dan tipe di atas 70 relatif datar atau tidak tumbuh sejak Juni hingga Maret 2014.
Investor Daily, Senin 14 Juli 2014, hal. 21

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment