JAKARTA – PT Krakatau Steel Tbk tengah mencari pendanaan sekitar US$ 400-500 juta (Rp 4,6-5,7 triliun) untuk membangun pabrik Hot Strip Mill. Pabrik ini akan memproduksi baja canai panas (hot rolled coil/ HRC) dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun.
“Saat ini kami dalam proses mencari pendanaan. Investasinya bisa mencapai US$ 400-500 juta, termasuk untuk lahan 48 hektare (ha). Rencananya, konstruksi dimulai akhir tahun ini dan dijadwalkan beroperasi akhir tahun 2017,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim usai me nemui Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat bersama Komisaris Utama Krakatau Steel Zacky Anwar didampingi Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian (Kemeneprin) Harjanto di Jakarta, Kamis (10/7).
Irvan menjelaskan, produksi pabrik HSM ini nantinya bisa mensubtitusi impor. Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor 1,7 juta ton HRC dari total konsumsi nasional 4,5 juta ton.
Seperti diketahui, Krakatau Steel barumenandatangani kontrak dengan Konsorsium Kontraktor SMS Siemag AG-PT Krakatau Engineering untuk pembangunan pabrik HSM baru di Cilegon, Banten. Pabrik tersebut rencananya dibangun dengan kapasitas 1,5 juta tonHRC per tahun, namun bisa ditingkatkan hingga 4 juta ton.
Selain untuk mensubstitusi impor, lanjut Ir van, pabrik baru ini juga diharapkan bisa menambah porsi ekspor Krakatau Steel. Selama ini, porsi ekspor Krakatau Steel hanya sekitar 3-5% dari total produksi karena keterbatasan kapasitas.
Perusahaan, kata dia, berencana bisa meningkatkan porsi ekspor ter sebut. “Dengan penambahan kapasitas, kami akan mempunyai ruang untuk menambah ekspor. Meski tidak sampai besar-besaran. Karena, ekspor impor baja ini selalu berhadapan dengan risiko penolakan di negara pengimpor,” jelas Irvan.
Dia menambahkan, Krakatau Steel akan mengatur sedemikian rupa volume yang akan dijual ke pasar ekspor untukmemastikan negara tujuan tidak akan menutup pasar demi melindungi industrinya.
“Yang jelas, Krakatau Steel akan mendiversifikasi pasar ekspornya, termasuk ke Asean,” kata Irvan. Hingga akhir tahun, menurut dia, Krakatau Steel menargetkan penjualan 2,3 juta ton. Secara total grup usaha, penjualan tahun 2014 dibidikmencapai 2,6-2,7 juta ton.
“Kami akan fokus memperkuat pasar ke luar Jabodetabek dengan membangun hub-hub di luar pasar itu. Saat ini, Jabodetabek menguasai 70% penjualan Krakatau Steel, sedangkan 24% tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan, sisanya di wilayah lainnya di luar pulau Jawa,” kata Irvan.
Ir van memaparkan, selain pe nguatan bisnis bidang baja, perseroan juga memacu peningkatan kinerja di anak-anak usaha, diantaranya melalui penambahan investasi.
“Tadi kami melaporkan perkembangan rencana investasi pabrik Hot Strip Mill dan kinerja anak-anak usaha Krakatau Steel di luar baja, seperti pelabuhan dan power plant,” ujar dia.
Saat ini, kata Irvan, pihaknya sedang mempelajari rencana untuk memba ngun power plant berkapasitas 5×80 megawatt. Power plant ini diharapkan bisa menyediakan listrik dengan harga yang lebih murah dibandingkan jika membeli dari PLN. “Studi sudah selesai,” kata dia. Sementara itu, Dirjen BIM Kemenperin Harjanto mengatakan, industri baja dunia tengah mengalami kelesuan. Beberapa perusahaan di Asean bahkan mengalami kerugian. “Kondisi industri baja di dunia mengalami global loss. Yang masih menikmati untung itu di sektor antara dan hilir, sedangkan hulu terganggu. Kondisi ini terutama karena harganya memang lagi turun. Ini merupakan siklus 4-5 tahunan, nanti akan naik lagi,” ujar dia.
Harjantomemprediksi, harga baja di dalamnegeri kemungkinan akan lebih rendah pada tahun ini. “Impornya saja diprediksi turun 4-5% dari tahun lalu yang sekitar US$ 20miliar, diakibatkan momen Pemilu 2014, fluktuasi kurs, bahkan sebelumnya karena kenaikan UMP dan tarif listrik industri. Kondisikondisi itu menyebabkan pasar masih wait and see,” kata Harjanto. (eme)
Investor Daily, Jumat 11 Juli 2014, hal. 8