BISNIS: Properti Tunggu Kepastian Presiden

JAKARTA, KOMPAS — Pengembang properti berharap situasi kondusif dapat terjaga hingga putusan hasil Pemilu Presiden 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum diumumkan pada 22 Juli mendatang. Kondisi yang aman diperlukan agar memberikan kepastian iklim usaha bagi pengembang.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Realestat Indonesia (REI) Eddy Hussy di Jakarta, Kamis (10/7), menilai, pemilu presiden memberikan gambaran bahwa proses demokrasi telah berjalan lancar. Meski terdapat perbedaan presiden terpilih berdasarkan hasil hitung cepat oleh beberapa lembaga survei, tidak menghalangi pengembang untuk meneruskan proyek-proyek properti yang telah direncanakan.
Pengembang berharap presiden mendatang fokus untuk menyelesaikan masalah kekurangan (backlog) rumah rakyat yang telah menembus 15 juta unit. Dibutuhkan terobosan dan gerak cepat untuk menuntaskan persoalan perumahan rakyat, di antaranya insentif perpajakan, penyediaan lahan perumahan, dan pembiayaan. Selain itu, juga memberikan iklim yang kondusif untuk pengembangan investasi properti.
Secara terpisah, konsultan properti Colliers International Indonesia memprediksi sektor properti akan menguat setelah era presiden terpilih.
Managing Director Colliers International Indonesia Michael Broomell mengemukakan, investor asing umumnya menunggu dan melihat perkembangan hasil pemilu presiden dan masa transisi pemerintahan yang berjalan lancar.
”Di era global yang semakin terbuka, investor memiliki pilihan untuk menanamkan modal di negara mana pun. Pemerintah yang berkomitmen menekan korupsi dan membangun infrastruktur dengan sendirinya akan memberikan iklim yang sehat untuk investasi,” katanya.
Ia menambahkan, investor membutuhkan kepastian usaha dan stabilitas pemerintahan. Sektor properti akan bergairah sepanjang pemerintah membuka diri terhadap iklim investasi. Tantangan terbesar presiden terpilih adalah pembangunan infrastruktur yang menopang investasi.
Berdasarkan riset Colliers International Indonesia, pertumbuhan ruang perkantoran di Jakarta hingga akhir 2014 diprediksi mencapai 7,5 juta meter persegi atau tumbuh 6,5 persen dibandingkan tahun lalu. Hingga 2018, kumulatif suplai ruang perkantoran diprediksi mencapai 11 juta meter persegi atau bertambah rata-rata 1 juta meter persegi per tahun.
Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, lonjakan pasokan ruang sewa perkantoran yang baru dimulai pada 2015-2018 akan berdampak terhadap koreksi harga sewa ruang kantor yang tersedia. Saat ini, harga sewa ruang perkantoran di pusat bisnis Jakarta rata-rata 40 dollar AS per meter persegi.
”Harga sewa ruang perkantoran terkoreksi karena suplai cukup banyak dan pada saat yang bersamaan harus memasarkan dan memperebutkan penyewa,” katanya. (LKT)
Kompas, Jumat 11 Juli 2014, hal. 18

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Leave a Comment