PGN Segera Operasikan 7 SPBG

JAKARTA – PT PGN (Persero) te­rus menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) miliknya. PGN telah merampungkan pembangunan 7 unit dari target 16 SPBG.
Direktur Perencanaan dan Manaje­ men Resiko PGN Wahid Sutopo me­ ngatakan, pihaknya serius berkomit­ men membangun SPBG sebagaimana penugasan dari pemerintah. Dari target 16 SPBG pada tahun ini, pi­ haknya berhasil merealisasikan pem­ bangunan 7 unit.
“Pemerintahmintanya kan 16 SPBG berupa 4 unit SPBG bergerak (mobile refueling unit/MRU) dan 2 SPBG on­ line. Yang sudah direali­sa­sikan, semua 4 MRU dan 3 SPBG online. Jadi dari sisi komitmen tidak perlu ditanyakan,” kata dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pihaknya saat ini te­lah mengoperasikan 1 unit SPBG jenis yang tersambung dengan jaringan pipa (online) di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Dua SPBG lain di Jakarta dan Bogor telah selesai di­bangun dan siap dioperasikan. “Kami tingga menunggu aspek perizinannya untuk dioperasikan,” ujar dia.
Untuk pasokan gas untuk SPBG, sebut Wahid, masih mengandalkan pasokan gas eksisting yang dimiliki oleh PGN. Namun, pemerintah ren­ cananya akan memberikan alokasi gas khusus untuk SPBG kepada PGN. Sayangnya, belum ada kepastian dari lapangan migas mana pasok­an gas ini berasal.
“Pemerintah belum memutuskan, kami masih menunggu dari peemrin­ tah kira-kira dari lapangan mana yang dialokasikan untuk SPBG,” jelas dia.
Sementara untuk kelanjutan pem­ bangunan SPBG lainnya, tutur Wa­ hid, baru akan dikerjakan setelah per­izinan untuk fasilitas pengisian bahan bakar gas (BBG) yang sudah ada selesai dulu. Karenanya, dia meminta dukungan dari semua pihak agar perizinan SPBG tersebut segera kelar sehingga bisa cepat beroperasi.
Wahid juga berharap pembagian konverter kit oleh pemerintah bisa tetap berjalan. Pasalnya, pembagian alat konversi ini bisa meningkatkan jumlah serapan BBG oleh kendaraan. “Kalau tidak (dibagi konverter kit), nanti akan tidak cukup penggunaannya (BBG),” papar dia. Dia menyebut ide­ alnya setiap SPBG bisa menjual BBG sebanyak 0,5-1 juta kaki kubik per hari.
PGN tidak hanya mengandalkan pemerintah untuk menciptakan pasar BBG. Melalui anak usahanya, PT Ga­ gas Energi, PGN akan meluncurkan program pemasangan konverter kit dengan dicicil melalui Gasku Card.
Program ini diluncurkan mengingat harga satu unit konverter kit bisa mencapai Rp 15 juta. Padahal, alat ini harus dipasang agar kendaraan bisa menggunakan BBG. Program Gasku Card ini sedianya akan diluncurkan pada tahun ini juga. “Dengan mengeluarkan Rp 60 ribu/ hari atau Rp 1,5 juta/bulan, pemilik kartu bisa memperoleh konverter kit dan gas gratis,” kata Presiden Di­ rektur Gagas Energi Danny Praditya beberapa waktu lalu.
Menurut dia, potensi pasar BBG di sektor transportasi masih cukup besar. Di Jakarta saja, terdapat ke­ butuhan BBG hingga 330 liter se­ tara premium (lsp) per hari. Jumlah tersebut merupakan kebutuhan BBG Transjakarta, bajaj, taksi, angkutan umum, kendaraan BUMN/BUMD, kendaraan TNI/Polri, dan kendaraan pribadi. Untuk itu, pihaknya akan terus men­ ingkatkan jumlah pelanggan hingga mencapai 22.150 pelanggan pada 2017. “Pada 2014 ini, kami mengincar bisa memperoleh5.000pelangganpengguna BBG di sektor transportasi,” ujar dia.
Pemerintah menugaskan PT Per­ tamina (Persero) dan PGN untuk mem­bangun SPBG melalui Keputus­ an Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 2435 K/15/ MEM/2014 dan No 2436 K/15/ MEM/2014 yang diteken pada 23 April lalu. Kepmen ini sekaligus me­rupakan pelaksanaan Peraturan Menteri ESDM No 8 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan.
Jika PT Pertamina dan PT PGN tidak dapat melaksanakan kewa­ jiban ini, keduanya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan per undang-undangan. Kepmen ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. (ayu)
Investor Daily, Kamis 10 Juli 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment