JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dinilai berkembang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Namun, konsistensi kebijakan dan implementasi jangka menengah panjang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain.
Dalam laporan ekonomi Islam global 2020/2021 yang dirilis Dinarstandard, perusahaan riset yang berbasis di Dubai dan New York, disebutkan, peringkat indikator ekonomi Islam global Indonesia naik dari posisi ke-10 tahun 2018, lalu ke-5 tahun 2019, dan ke-4 tahun 2020 dari 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam. Peringkat Indonesia di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Peringkat indikator ekonomi Islam dihitung berdasarkan kinerja tujuh sektor, yakni industri makanan dan minuman halal, ekonomi Islam, pariwisata ramah Muslim, fesyen Muslim, industri farmasi halal, kosmetik halal, serta media dan rekreasi bertemakan Islam. Hasil riset telah mempertimbangkan dampak Covid-19.
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menuturkan, Indonesia memiliki kemajuan cukup pesat dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari pemberian berbagai insentif untuk mempermudah industri dan investasi bidang infrastruktur, produk, dan jasa halal.
Paling tidak ada tiga penggerak utama ekonomi dan keuangan syariah Indonesia sepanjang tahun 2019, yakni aset keuangan syariah yang mencapai 99 miliar dollar AS, kedatangan turis Muslim sekitar 2,5 juta orang, serta belanja gaya hidup Muslim senilai 203 miliar dollar AS.
Capaian ini memberikan optimisme untuk terus menggerakkan ekonomi Islam di Indonesia.
”Capaian ini memberikan optimisme untuk terus menggerakkan ekonomi Islam di Indonesia,” kata Wapres dalam peluncuran laporan ekonomi global 2020/2021, Selasa (17/11/2020).
Wapres Amin mengatakan, komitmen Indonesia mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah difokuskan pada empat hal, yakni industri produk halal, keuangan syariah, optimalisasi dana sosial syariah, dan peningkatan kapasitas pelaku bisnis syariah termasuk UMKM. Ekonomi dan keuangan syariah diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Baca juga: RI Perkuat Industri Halal Melalui Pembangunan Kawasan Industri dan Insentif
Rafi-Uddin Shikoh, CEO and Managing Director Dinarstandard, menuturkan, laporan ekonomi global 2020/2021 telah memperhitungkan dampak Covid-19. Beberapa sektor memang tertekan selama pandemi, tak terkecuali di Indonesia. Perekonomian Islam akan mulai pulih pada akhir 2021.
Pengeluaran gaya hidup warga Muslim global diperkirakan menurun 8 persen akibat pandemi Covid-19. Pada 2019, belanja warga Muslim global untuk makanan, produk farmasi, kosmetik, mode, perjalanan, dan media/rekreasi mencapai 2,02 miliar dollar AS. Angka ini naik 3,2 persen dibandingkan 2018.
”Belanja warga Muslim diperkirakan kembali ke tingkat prapandemi pada akhir 2021 dan terus meningkat hingga mencapai 2,3 triliun dollar AS pada 2024,” ujar Rafi.
Sektor penopang
Ekonom IPB University, Irfan Syauqi Beik, berpendapat, industri makanan minuman halal dan industri farmasi menopang pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia di tengah pandemi. Hal ini tecermin dalam pertumbuhan positif sektor pertanian, yang di dalamnya termasuk makanan halal.
Kondisi serupa terjadi pada industri farmasi yang pertumbuhan permintaannya terus naik. Mengutip laporan ekonomi Islam global, belanja warga Muslim Indonesia untuk makanan dan minuman halal mencapai 144 miliar dollar AS, sementara pengeluaran untuk produk farmasi 5,4 miliar dollar AS.
Namun, sektor keuangan syariah Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia, Iran, Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar. Aset keuangan syariah Indonesia baru sekitar Rp 99,2 miliar dollar AS per 2019. Padahal, Indonesia memiliki potensi yang besar di dana sosial, seperti zakat dan wakaf.
”Potensi zakat dan wakaf digital berbasis digital belum terhitung. Jika diakumulasi, aset keuangan syariah Indonesia sangat besar,” kata Irfan.
Baca juga: Prinsip Keuangan Syariah Bisa Menopang Pemulihan Ekonomi
Ikhsan Ramdan, Chief Finasial Officer LinkAja, menambahkan, minat penduduk Indonesia untuk mengakses layanan keuangan syariah terus meningkat. Per 31 Oktober 2020, pengguna jasa LinkAja syariah sudah lebih dari 1 juta orang. Angka ini terhitung tinggi karena layanan jasa syariah baru diluncurkan April 2020.
Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar mengatakan, berbagai progres ekonomi dan keungan syariah diharapkan dapat menarik minat investor. Salah satu target terbesar Indonesia adalah menjadi pusat produk halal dunia tahun 2024. Target ini akan tercapai apabila Indonesia mampu berada di peringkat ke-1 mengalahkan Malaysia dan Arab Saudi.
KOMPAS, RABU 18 November 2020 Halaman 1.