Jaga Kinerja, Ambil Peluang

JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha berupaya menjaga kinerja dan memanfaatkan peluang di tengah kondisi perekonomian yang sedang lesu. Permintaan yang merosot di satu sisi ditambal dengan cara memanfaatkan peningkatan bisnis di segmen yang lain. Berbagai langkah dan strategi ditempuh korporasi di tengah ancaman proyeksi pertumbuhan ekonomi yang merosot tahun ini. Pertumbuhan ekonomi terancam melambat akibat wabah Covid-19 yang memengaruhi berbagai sektor perekonomian dunia.

Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen. Adapun Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) merevisi dari 5,04 persen menjadi 4,74-4,84 persen. PT Bukit Asam Tbk, yang memproduksi batubara, optimistis kinerjanya terjaga. Sebab, batubara sebagai sumber energi primer untuk pembangkit listrik tetap dibutuhkan pasar.

”Batubara tetap dibutuhkan untuk memasok pembangkit listrik suatu negara. Kalau tidak membeli batubara, bagaimana listrik mereka bisa menyala? Saya optimistis bisnis ini tetap bagus,” ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin, Rabu (4/3/2020), di Jakarta. Bahkan, lanjut Arviyan, ada potensi kenaikan permintaan batubara dari negara-negara yang terserang wabah korona tipe baru, seperti di China.

Batubara tetap dibutuhkan untuk memasok pembangkit listrik suatu negara. Kalau tidak membeli batubara, bagaimana listrik mereka bisa menyala?

Wabah menyebabkan aktivitas produksi batubara di negara tersebut terganggu. Impor menjadi salah satu opsi untuk menambal kebutuhan batubara di negara itu. ”Di China, produksi batubara mereka terganggu karena wabah virus korona. Karena itu, mereka perlu impor (untuk menutupi kecukupan batubara),” ucap Arviyan.

Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidillah menambahkan, perusahaan sedang mencari pasar baru di kawasan Asia Tenggara. Selama ini tujuan ekspor utama batubara Bukit Asam adalah India dan Taiwan. Perusahaan sedang berupaya memasarkan batubara ke Bangladesh dan Vietnam.

”Pertumbuhan ekonomi Bangladesh relatif tinggi. Aktivitas produksi mereka meningkat sehingga perlu tambahan pasokan energi. Kami sedang menjajaki peluang di negara tersebut untuk membuka pasar baru,” kata Adib. Tahun ini Bukit Asam menargetkan produksi batubara sebanyak 30,3 juta ton.

Gali potensi

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menggali potensi kredit di segmen lain untuk menggantikan penyaluran kredit korporasi yang tergerus. ”Sudah pasti (permintaan) kredit akan melambat. Namun, kami berusaha mencoba menggali potensi-potensi yang lain, misalnya kredit usaha mikro,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar di Jakarta, pekan lalu. Menurut Royke, permintaan domestik, seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tetap ada.

Tahun ini, Bank Mandiri berupaya mencapai target kredit segmen UMKM sekitar 20 persen terhadap seluruh portofolio kredit. Caranya adalah mengoptimalkan kerja sama dengan platform perdagangan secara elektronik (e-dagang) dan pinjam-meminjam uang antarpihak berbasis teknologi informasi. Bank Mandiri menargetkan kredit UMKM tumbuh 12–15 persen pada tahun ini.

Target ini melampaui target pertumbuhan kredit secara keseluruhan, yakni 8-10 persen. Menurut Royke, potensi kredit segmen UMKM masih sangat besar. Namun, Bank Mandiri perlu menggunakan platform digital agar penyaluran kredit dapat dilakukan secara lebih cepat dan efisien. ”Jika dilakukan secara konvensional, biaya yang dibutuhkan bisa lebih besar, selain penyalurannya juga bisa lebih lambat,” kata Royke.

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2019 hanya tumbuh 4,97 persen.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, wabah Covid-19 diperkirakan menurunkan impor keramik dari China pada triwulan I-2020. Namun, hal itu tidak mengganggu kelancaran produksi industri keramik di Indonesia. Sebab, industri keramik Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor bahan baku dari China.

”Bahan baku berupa tanah jelas kita punya. Di Indonesia sudah ada industri pendukung material lain seperti pigmen dan feldspar,” kata Edy di Jakarta, Selasa (3/3). Selain itu, beberapa anggota Asaki adalah produsen bahan baku keramik. Namun, Edy tidak menampik ada produsen keramik di Indonesia yang menggunakan bahan baku dari China karena lebih murah.

Di sisi lain, daya beli masyarakat memengaruhi pasar keramik di dalam negeri. ”Perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2019 hanya tumbuh 4,97 persen. Hal ini akan memengaruhi daya beli pada triwulan I-2020. Apalagi, pada triwulan I, proyek-proyek pemerintah berupa infrastruktur yang dibiayai APBN belum bergerak,” tambah Edy.

KOMPAS, 05032020 Hal. 17.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.