PEREKONOMIAN: Pertumbuhan Sektor Manufaktur Topang Pemulihan Ekonomi

JAKARTA, KOMPAS — Sebagai sektor penyerap tenaga kerja, pembenahan kinerja industri manufaktur diyakini dapat mempercepat pemulihan ekonomi berkelanjutan. Tantangan perbaikan kinerja industri tahun ini cukup berat karena utilitas industri manufaktur turun akibat pandemi Covid-19

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, tingkat utilisasi industri manufaktur secara umum turun dari 75 persen sebelum pandemi menjadi 40 persen saat pandemi di triwulan II-2020. Jumlah pekerja di industri manufaktur terpangksas 1,8 juta orang per Agustus 2020.

”Memasuki triwulan III-2020, utilisasi sektor industri manufaktur sedikit meningkat, tetapi baru sekitar 50 persen. Namun, dalam waktu singkat, ada 18,69 persen perusahaan dari total peserta survei yang memberhentikan pekerjanya,” ujarnya dalam diskusi virtual bertema ”Agenda Reindutrialisasi Pascapandemi” yang diselenggarakan Core Indonesia, Rabu (20/1/2021).

Faisal memperkirakan, pertumbuhan sektor manufaktur pada 2021 akan berkisar 2-4 persen, sejalan pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksi berada pada 3-6 persen.

Pergerakan sektor ritel pada tiga bulan pertama 2021, kata Faisal, akan membuat sejumlah sektor manufaktur seperti industri makanan dan minuman, kimia dan farmasi, serta tekstil dan produk tekstil, turut membukukan performa positif.

Baca juga: Tahun 2021: Antara Pandemi dan Pemulihan Ekonomi

Untuk mengakomodasi pembenahan kinerja industri manufaktur, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) perlu mendorong investasi yang berkualitas, sejalan dengan karakter sektor ini yang padat karya. Untuk menarik investasi, ekosistem sektor manufaktur harus disokong teknologi industri yang lebih efisien.

”Produktivitas dan pengintegrasian produk manufaktur di Indonesia bisa memenuhi pasokan global sehingga berdampak pada ekspor yang turut terdongkrak,” ujarnya.

Untuk menarik investasi, ekosistem sektor manufaktur harus disokong teknologi industri yang lebih efisien.

Pertumbuhan Sektor Manufaktur Topang Pemulihan Ekonomi

Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Core Indonesia, Ina Primiana, menuturkan, kendala utama industri manufaktur adalah daya saing. Hal-hal terkait daya saing, di antaranya kebijakan yang memudahkan impor, kebijakan yang kurang tegas, ketiadaan jaminan pasar, serta biaya logistik dan energi yang mahal.

Untuk itu, Ina berharap penyempurnaan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada sektor perdagangan dan sektor perindustrian akan mampu mendorong reindustrialisasi.

”RPP harus mengurangi ketergantungan industri manufaktur terhadap bahan baku impor serta memperbaiki sistem pendukung untuk mendorong penerapan industri 4.0,” ujar Ina.

Industri tekstil

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri tahun ini menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya konsumsi produk dalam negeri yang rendah. Pasalnya, pasar didominasi produk impor.

”Permintaan pasar dalam negeri yang lemah bukan semata-mata karena pelemahan konsumsi, melainkan karena pangsa pasar yang direbut barang impor yang masuk,” ujar Jemmy.

Baca juga: Tertibkan Importir Tekstil Ilegal

Pelaku industri tekstil dan produk tekstil berharap daya beli masyarakat yang meningkat dapat didukung pasar dalam negeri yang terjaga. Sepanjang 2020, dalam upaya memenuhi bahan baku kapas, importasi kapas untuk kebutuhan bahan baku produksi hampir mencapai 100 persen berasal dari China, India, Brasil, Australia, dan Amerika Serikat.

”Kami juga telah mengusulkan pengetatan pemberian izin pemohon impor dengan mewajibkan lampiran tagihan listrik dan BPJS sebagai upaya minimalkan kecurangan dan penerima izin impor bukan pengusaha yang hanya memiliki ruko,” ujarnya.

Permintaan pasar dalam negeri yang lemah bukan semata-mata karena pelemahan konsumsi, melainkan karena pangsa pasar yang direbut barang impor yang masuk.

Pertumbuhan Sektor Manufaktur Topang Pemulihan Ekonomi

Jemmy menambahkan, meskipun data kinerja 2020 secara riil belum dirilis, survei internal anggota API pada triwulan IV-2020 menunjukkan utilisasi meningkat cukup baik. Pada triwulan II-2020, rata-rata utilisasi industri tekstil dan produk tekstil berkisar 20 persen.

”Penurunan utilitas terjadi karena ada sejumlah peritel yang menutup toko mereka karena kebijakan pembatasan sosial. Selain itu, penguncian sejumlah negara membuat ekspor terganggu,” ujarnya.

Konsumsi masyarakat

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan, pertumbuhan industri pada 2021 bergantung pada konsumsi masyarakat ekonomi kelas menengah dan atas. Sebab, kedua segmen ini berkontribusi terhadap 82 persen konsumsi produk industri makanan dan minuman nasional.

Pertumbuhan Sektor Manufaktur Topang Pemulihan Ekonomi

Di sisi lain, ada tantangan daya beli pada segmen masyarakat menengah bawah. Oleh karena itu, Gapmmi berharap pemerintah bisa konsisten merealisasikan program insentif untuk mengungkit daya beli masyarakat menengah-bawah.

”Untuk mendongkrak konsumsi masyarakat, konsistensi pemerintah diharapkan dalam penyaluran berbagai insentif, mulai dari insentif untuk pekerja berpenghasilan di bawah Rp 5 juta, hingga insentif untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah,” ujarnya.

KOMPAS, KAMIS 21 Januari 2021 Halaman 9.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.