JAKARTA, KOMPAS — Laju pemulihan ekonomi Indonesia masih diselimuti ketidakpastian. Kendati vaksinasi mulai dilaksanakan, tetapi gelombang dan varian baru Covid-19 tetap menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan ekonomi.
Dana Moneter Internasional (IMF), dalam laporan proyeksi ekonomi dunia, yang dirilis Selasa (26/1/2021) malam, memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dari 6,1 persen menjadi 4,8 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi 2022 diproyeksikan 6,6 persen.
Sebaliknya, perekonomian global 2021 diproyeksikan tumbuh 0,3 persen lebih tinggi menjadi 5,5 persen. Rata-rata kelompok negara maju akan tumbuh 4,3 persen, sedangkan kelompok negara berkembang 6,3 persen.
IMF menekankan, ketidakpastian pemulihan ekonomi masih di depan mata. Oleh karena itu, kerja sama multilateral mesti diperkuat dalam pengendalian pandemi Covid-19. Beberapa upaya yang mesti dilakukan adalah mempercepat akses vaksin ke semua negara, memastikan distribusi, dan memfasilitasi keterjangkauan harga.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 dan 2022
Ekonom senior dan Menteri Keuangan periode 2013-2014, Chatib Basri, berpendapat, pola pemulihan ekonomi Indonesia berpotensi menyerupai tanda centang atau swoosh shaped karena situasi terburuk sudah dilewati, yakni pada triwulan II dan III-2020. Kontraksi ekonomi menunjukkan tren semakin mereda.
”Pola pemulihan ekonomi akan seperti tanda centang dengan asumsi pandemi Covid-19 tidak merebak lagi,” kata Chatib dalam webinar bertema percepatan pemulihan ekonomi 2021 yang diselenggarakan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia, Rabu (27/1/2021).
Jika Covid-19 kembali merebak dan kasus infeksi semakin tidak terkendali, trajektori pemulihan ekonomi Indonesia berpotensi menyerupai huruf W. Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam pada triwulan II-2020 mungkin terulang, bahkan bisa lebih buruk. Oleh karena itu, sektor kesehatan menjadi kunci.
Baca juga: Tahun 2021: antara Pandemi dan Pemulihan Ekonomi
Chatib menekankan, pemulihan ekonomi tidak terjadi selama tidak ada pemulihan kesehatan. Kunci pemulihan ekonomi adalah mobilitas agar kegiatan rumah tangga dan dunia usaha bisa kembali normal. Selama mobilitas rendah, maka skala ekonomis tidak akan tercapai dan pemulihan tertahan.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam pada triwulan II-2020 mungkin terulang, bahkan bisa lebih buruk.
Pengendalian Covid-19 juga akan memengaruhi pemulihan ekonomi jangka panjang. Jangan sampai pemulihan ekonomi Indonesia lebih lambat daripada negara-negara maju. Jika hal itu terjadi, stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan Indonesia akan terganggu karena kebijakan normalisasi yang mulai dilakukan negara maju.
”Beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, saat ini melakukan pelonggaran likuiditas dan berpotensi melakukan normalisasi setelah tiga tahun. Kondisi seperti taper tantrum bisa kembali terjadi,” kata Chatib.
Tujuh strategi
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih optimistis pada 2021 dan 2022. Paling tidak, ada tujuh strategi utama pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Ketujuh strategi itu adalah melaksanakan vaksinasi Covid-19, melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional, mengimplementasikan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, serta memprioritaskan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Strategi selanjutnya adalah menyusun daftar negatif investasi, membentuk lembaga pengelola investasi, serta menyusun strategi pengungkit pertumbuhan ekonomi lainnya.
”Salah satu fokus sektor pengungkit adalah ekspor industri manufaktur dengan membuka akses pasar lewat berbagai perjanjian internasional,” ujar Airlangga.
Baca juga: Vaksin dan Pemulihan Ekonomi
Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menekankan, pemulihan ekonomi nasional harus berorientasi jangka panjang dan persisten. Pada 2021, pemulihan ekonomi sangat bergantung pada efektivitas penanganan Covid-19, konsistensi kebijakan pemerintah, nilai dana pemulihan, kerja sama pemerintah pusat dan daerah, serta peran sektor kreatif dan pertanian.
”Pemulihan ekonomi sangat bergantung pengendalian Covid-19. Saat ini Indonesia masih ada di tengah gelombang pertama,” kata Ari.
Pemulihan ekonomi sangat bergantung pada efektivitas penanganan Covid-19, konsistensi kebijakan pemerintah, nilai dana pemulihan, kerja sama pemerintah pusat dan daerah, serta peran sektor kreatif dan pertanian.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Franky O Widjaja menambahkan, salah satu stimulus pemulihan ekonomi yang berdampak signifikan adalah kredit usaha rakyat (KUR) Namun, tenor untuk KUR pertanian sebaiknya lebih panjang dari lima tahun agar stimulus yang diberikan bisa tepat pakai pelaku usaha.
KOMPAS, KAMIS 28 Januari 2021 Halaman 10.