Model Bisnis Usaha Rintisan Bakal Berubah

Gairah membangun dan mengembangkan usaha rintisan di Indonesia menghadapi tantangan. Investor mulai berhati-hati menggelontorkan uang ke usaha rintisan karena pengaruh sejumlah kasus pendanaan global.

JAKARTA, KOMPAS Usaha rintisan (start up) di Tanah Air tidak bisa lagi mempertahankan cara lama yang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk mendapatkan pelanggan. Model bisnis diperkirakan bakal berubah atau setidaknya mengalami penyesuaian seiring dengan adanya perubahan pandangan investor yang makin menginginkan proyeksi bisnis yang berkualitas.

Para CEO usaha rintisan yang diwawancarai Kompas sejak awal pekan lalu hingga Minggu (19/1/2020) mengakui adanya perubahan besar dalam sudut pandang investor. Jika sebelumnya yang dikejar adalah lonjakan pertumbuhan valuasi yang tecermin dalam penambahan akuisisi pelanggan, kini para investor mulai menginginkan proyeksi bisnis yang berkualitas. Hal ini bakal mengurangi pemakaian metode ”bakar uang” yang selama ini dilakukan sejumlah usaha rintisan untuk mengakuisisi dan mempertahankan pelanggan.

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan, dinamika di usaha rintisan itu merupakan hal positif karena akan mewujudkan level bermain yang sama dan merata untuk semua pemain. ”Dalam situasi di saat kita tidak lagi memiliki kebebasan tanpa batas untuk membakar uang, yang akan menang adalah pemain dengan inovasi layanan, eksekusi, strategi, dan organisasi yang terbaik,” katanya.

Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid menuturkan, perusahaannya bertransformasi dari perusahaan penyedia layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang menjadi teknologi perdagangan. Sejak tahun lalu, Bukalapak memutuskan menjadi perusahaan yang tumbuh secara sehat. Pertumbuhan sehat yang dimaksud didorong oleh kualitas layanan fitur-fitur yang ada di aplikasi Bukalapak hingga disukai konsumen.

Usaha rintisan di Indonesia mulai bermunculan pada 2007 dan mendapat pendanaan pada 2010. Berdasarkan data Indonesia Digital Creative Industry Society, pada 2007-2012 ada 172 usaha rintisan, sementara antara tahun 2013 dan 2018 terjadi lonjakan pertambahan usaha rintisan 604 usaha rintisan.

Lonjakan pendanaan mulai terjadi tahun 2014 ketika Tokopedia mendapat investasi 100 juta dollar AS. Sampai tahun lalu, ada 2.218 usaha rintisan di Indonesia dengan nilai pendanaan yang dipublikasikan hingga 2,8 miliar dollar AS.

Lebih sehat

Sejumlah usaha rintisan di Indonesia mulai mengubah strategi untuk memperkuat bisnisnya. Perubahan ini dampak dari kasus usaha rintisan di Amerika Serikat, yaitu penawaran saham perdana Uber yang tidak sukses dan penawaran saham perdana WeWork yang batal karena investor pasar privat kurang berminat.

Kini, investor juga lebih mencari usaha rintisan yang memiliki peta jalan ke depan yang lebih sehat. Antonny Liem dari GDP Venture, perusahaan pendanaan ventura, mengatakan, GDP Venture selalu hati-hati dalam melakukan investasi dan pengembangan bisnis.

”Fokus kami dari awal saat melihat sebuah usaha rintisan selalu lebih kepada pendiri dan potensi bisnis ketimbang potensi valuasi perusahaan itu ke depan. Karena itu, kami dari awal cenderung berinvestasi pada perusahaan yang memang mempunyai model bisnis yang realistis dan dapat cepat mencapai fundamental bisnis yang menyokong operasi mereka ke depannya,” ujarnya.

CEO PrivyID, usaha rintisan di bidang tanda tangan digital, Marshall Pribadi mengatakan, perubahan investor sangat terasa. Dua tahun lalu, jika hendak mendapatkan pendanaan dari dalam ataupun luar negeri, selalu ditanya pertumbuhan valuasinya yang tecermin dari pertumbuhan pengguna.

”Dulu kalau kita enggak bisa tumbuh semisal 3.000 persen dalam jangka waktu tertentu bakal tidak dianggap. Bahkan, investor ada yang menyarankan, bakar uang saja! Kami tidak tergoda, kami lebih memilih pelan-pelan mendapatkan pengguna yang dengan pilihan ini sekarang kami malah dilirik dan dikejar-kejar investor,” tutur Marshall.

Berdasarkan survei Badan Ekonomi Kreatif, 39 persen masalah usaha rintisan adalah modal, kemudian baru sumber daya manusia, fasilitas, regulasi, dan lainnya. Ini menunjukkan kebergantungan usaha rintisan pada pendanaan. Sebagian besar dana digunakan untuk akuisisi pengguna karena kompetisi akuisisi sangat tinggi.

CEO Dailysocial.id Rama Mamuaya juga sependapat jika investor mulai melakukan perubahan. Kalangan pendanaan ventura juga mulai mengubah haluan. Model bisnis pertumbuhan tinggi dengan mendasarkan pada apa yang akan terjadi 10 tahun mendatang bakal berubah. Ia melihat akan dicari kesetimbangan baru di tengah investor yang makin hati-hati.

Korporasi besar yang memiliki pendanaan ventura di usaha rintisan juga mulai merapikan portofolionya. Mereka membuat langkah preventif karena melihat ada masalah di usaha rintisan. Sejak akhir tahun lalu, mereka juga telah menyesuaikan dan bahkan ada yang mengubah strategi. Langkah beberapa korporasi yang menjual saham dan melepas usaha rintisan menjadi bagian dari perapian portofolio mereka.

”Tahun ini juga akan terjadi perlambatan ekonomi. Meski katanya kita tak terlalu terpengaruh, beberapa indikator menunjukkan ada perubahan kebiasaan konsumen sehingga memengaruhi pembelian atau pemakaian produk usaha rintisan. Misalnya, tahun lalu seseorang bisa belanja daring Rp 1 juta, tetapi tahun ini mungkin ia akan menurunkan nilai belanja,” kata Rama. (MED/MAR)

KOMPAS, 20012020 Hal. 1.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.