KETENAGAKERJAAN: Garap Talenta untuk Optimalkan Potensi Ekonomi

JAKARTA, KOMPAS–Talenta mesti digarap pemerintah Indonesia jika ingin maju dan mengoptimalkan potensi ekonomi. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang tersedia harus bisa menciptakan talenta yang andal.

Hal lain untuk mendukung perekonomian adalah ekosistem inovasi dan infrastruktur. Selain itu, hal yang tak kalah penting adalah dukungan pemerintah.

“Banyak investor tertarik masuk mendanai usaha rintisan bidang teknologi di Asia, tidak seperti satu dekade lalu. Mereka juga memperhitungkan perusahaan teknologi yang berkembang, seperti perusahaan rintisan bervaluasi satu miliar dollar AS atau  unicorn. Talenta terampil amat dibutuhkan,” kata partner McKinsey and Company di Indonesia, Sonia Barquin, di acara Digitaraya Impact 2020, Kamis (23/1/2020), di Jakarta.

Talenta terampil amat dibutuhkan

Infrastruktur tak melulu berkaitan dengan sarana fisik, namun bisa juga berupa infrastrukrut yang berkaitan dengan model bisnis baru.

Head of Developer Relations and Startup Ecosystem in Asia, Africa, and the Middle East, Google, Sebastian Trzcinski-Clément, mengungkapkan pandangan senada. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan kuat bisa mendorong usaha rintisan bidang teknologi untuk tumbuh lebih tinggi. Hal ini perlu diperbaiki Indonesia. Sebab, jika tidak dibenahi, industri akan kesulitan merekrut pekerja.

“Mengkombinasikan kurikulum pendidikan dan teknologi, juga merupakan hal penting,” ujar dia.

Menurut Sebastian, beberapa negara sudah menerapkan model baru perekrutan tenaga kerja. Ia mencontohkan, pemberi kerja menanyakan kepada pencari kerja mengenai pengalaman memecahkan persoalan dan menghadapi tantangan. Bentuk  soft skill  seperti itu nantinya sangat dibutuhkan industri.

Sebastian menceritakan, Google, melalui program akselerasi “Google Launchpad Accelerator” mengajarkan pendiri usaha rintisan untuk fokus pada soft skill.
Laporan Indeks Daya Saing Talenta Global (Global Talent Competitivenes Index/GTIC) 2020 yang dirilis INSEAD, Adecco Group, dan Google, Rabu (22/1/2020), menempatkan Indonesia di peringkat ke-65 dari 132 negara.

Pencapaian Indonesia itu lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah ke bawah lain, di antaranya Meksiko (69), Thailand (67), Turki (78), dan India (72).

Laporan itu secara khusus menyorot pencapaian Indonesia di pilar keterampilan kejuruan dan teknik. Pada subpilar keterampilan menengah, Indonesia di peringkat ke-87 karena dianggap mengakomodasi ketersediaan lapangan kerja untuk lulusan pendidikan menengah serta teknisi dan asosiasi profesi.

INSEAD adalah sekolah bisnis di Perancis, Singapura, Abu Dhabi, dan San Fransisco. Sementara, Adecco Group adalah perusahaan konsultan jasa perekrutan tenaga kerja global.

Model bisnis

Executive Director UBS Indonesia Riaz Hyder menyatakan, di luar sektor teknologi digital, peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sektor pariwisata. Tren pariwisata bertanggung jawab, seperti destinasi ekopariwisata, bisa digarap Indonesia.

Namun, pemerintah Indonesia perlu berinvestasi pada bidang vokasional. Apalagi, dari sisi demografi, Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar 267,66 juta orang, tetapi tingkat kesesuaian keterampilan lulusan pendidikan dengan lapangan kerja masih rendah.

pemerintah Indonesia perlu berinvestasi pada bidang vokasional.

Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fadjar Hutomo, mengatakan, pemerintah berusaha menciptakan ekosistem usaha rintisan. Menurut dia, sejak awal pihaknya mendorong agar usaha rintisan tidak semata-mata menekankan pada valuasi, melainkan pada model bisnis berkelanjutan.

Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengakui, hingga Kamis siang belum melihat draft omnibus law RUU Cipta Lapangan Kerja.

Namun, Hariyadi yakin keberadaan RUU Cipta Lapangan Kerja akan dapat meningkatkan serapan tenaga kerja.

Penyerapan tenaga kerja diperlukan karena ada persoalan dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. (MED/CAS)

KOMPAS, 24012020 Hal. 17.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.