Produsen pesawat komersial ketiga terbesar di dunia, yakni Empresa Brasileira de Aeronautica atau Embraer memenuhi janjinya untuk menghadirkan pesawat generasi terbarunya. Embraer pada hari Kamis pekan lalu meluncurkan pesawat E190-E2 sebagai bagian dari keluarga E-Jets E2.
Embraer pertama kali meluncurkan generasi pertama E-Jets pada tahun 1999. Setelah merebut 50 persen pangsa pasar dunia (di segmen 70-130 penumpang), pada Juni 2013, untuk mempertahankan dominasinya, Embraer mengumumkan akan memproduksi keluarga E-Jets E2. Pesawat pertama dijanjikan akan diserahterimakan pada maskapai pelanggan pada tahun 2018.
Peluncuran pesawat uji coba E190-E2 dengan kapasitas hingga 106 kursi ini ditandai dengan upacara meriah di pabrik Embraer di Sao Jose dos Campos, Brasil. Ratusan pejabat sipil dan militer Brasil diundang hadir beserta kehadiran puluhan jurnalis Brasil.
Ketika pesawat E190-E2 dengan perlahan ditarik ke lapangan upacara, belasan pesawat tua Embraer secara bergantian melintas di angkasa. Ribuan pegawai Embraer dan ratusan undangan pun bersorak-sorai gembira dan bertepuk tangan meriah. Seluruh tamu akhirnya berdiri ketika pesawat uji coba E190-E2 tersebut berhenti bergerak tepat di tepi panggung undangan.
Embraer membuktikan diri telah berhasil membangun pesawat yang benar-benar baru di tengah kerasnya persaingan di industri penerbangan. Pesawat dari keluarga E-Jets E2, misalnya, diklaim lebih irit bahan bakar 16-22 persen dibandingkan dengan tipe sebelumnya.
Ketika wartawan mempertanyakan pentingnya pesawat irit bahan bakar di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia, Presiden Direktur Penerbangan Komersial Embraer Paulo Cesar de Souza e Silva punya jawaban lain. “Biaya perawatan E-Jets E2 lebih hemat 15-20 persen dibandingkan dengan tipe sebelumnya,” ujarnya, menjelaskan keunggulan lain dari E-Jets E2.
Paulo Cesar juga memprediksi harga minyak mentah dunia tidak selamanya serendah ini. Suatu hari nanti, harga minyak mentah dunia akan terangkat ke titik keseimbangannya. “Namun, dengan harga minyak dunia seperti saat ini, inilah saat terbaik untuk membeli pesawat,” ujarnya.
Mendengarkan pelanggan
Vice President Services and Support Commercial Aviation Embraer Johann Bordais mengatakan, pesawat dari keluarga E-Jets E2 hadir lebih baik karena mendengarkan masukan dari pelanggan. Tiap baris kursi, misalnya, terdiri atas konfigurasi 2-2 kursi. Ini karena penumpang tidak suka duduk di kursi di tengah-tengah dari penumpang lainnya.
Dengan memperhatikan masukan dari pelanggan ataupun maskapai pelanggan, E-Jets E2 ibaratnya dibangun dari nol. Tidak heran apabila perubahan ditandai dengan desain baru roda pendaratan hingga interior yang lebih baik.
Perubahan dengan demikian tidak hanya terjadi di perubahan mesin pesawat yang tentu saja didesain untuk bekerja lebih efisien. Hiburan selama penerbangan bahkan telah didesain untuk memudahkan penumpang dalam mengoneksikan perangkat pribadi penumpang, seperti iPad.
Embraer tidak main-main dengan pembuatan pesawat barunya. Embraer berupaya keras mempertahankan posisinya sebagai pemimpin industri di segmen pesawat berpenumpang 70-130 penumpang. Embraer menginvestasikan sekitar 1,7 miliar dollar Amerika Serikat bagi E-Jets E2.
Meski belum selesai dibangun, E-Jets E2 sudah menerima pemesanan 267 unit pesawat dengan 373 pilihan untuk membeli lebih banyak lagi pesawat.
Menurut Luis Carlos Affonso, Senior Vice President Operations and Chief of Operation Officer Embraer Commercial Aviation, diluncurkannya pesawat uji coba E190-E2 telah membuka jalan bagi Embraer untuk segera menguji terbang pesawat-pesawat dari keluarga E-Jets E2.
Riset pun terus dikembangkan Embraer. Perusahaan ini memperlihatkan sebuah fasilitas riset yang dapat ditempuh dengan berkendara selama 30 menit dari pabrik Embraer.
Fasilitas riset tersebut antara lain untuk mengetes kekuatan suspensi dari roda pendaratan Embraer. Ada pula riset yang bertujuan untuk menguji desain sayap Embraer.
(HARYO DAMARDONO)
Kompas 02032016 Hal. 19