JAKARTA, KOMPAS — Grup Sinarmas perusahaannya, Asia Pulp and Paper, berinvestasi membangun pabrik bubur kertas atau pulp senilai Rp 40 triliun. Pabrik baru dengan nama PT OKI Pulp and Paper Mills yang berlokasi di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, ini diharapkan dapat beroperasi Oktober 2016.
Direktur Asia Pulp and Paper (APP) Suhendra Wiriadinata di Jakarta, Rabu (24/2), menjelaskan hal tersebut. “Nilai investasi pabrik ini sekitar 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun,” kata Suhendra.
Pabrik bubur kertas itu, menurut Suhendra, memiliki kapasitas produksi sekitar 2 juta ton bubur kertas. Sebanyak 400.000 ton bubur kertas yang diproduksi menurut rencana diolah jadi produk tisu untuk mengisi pasar ekspor. “Nanti, 95 persen produk tisu untuk pasar ekspor,” katanya.
Sisa produksi bubur kertas sebanyak 1,6 juta ton akan diekspor ke Tiongkok. Selama ini, Tiongkok memiliki banyak pabrik kertas. Namun, Tiongkok masih kekurangan bahan baku bubur kertas. “Di Tiongkok, tidak ada kawasan hutan tanaman industri yang mampu memproduksi bahan baku kayu akasia dengan lebih cepat karena beriklim subtropis,” kata Suhendra.
Penyerapan tenaga melalui investasi pabrik baru itu, lanjut Suhendra, dapat mencapai 3.400 orang. Di lokasi pabrik, APP juga membangun infrastruktur pembangkit listrik berkapasitas 400-500 megawatt dengan memanfaatkan kulit kayu pohon akasia sebagai bahan bakar.
Saat ini, Grup Sinarmas sudah memiliki empat pabrik bubur kertas dan kertas, yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, PT Tjiwi Kimia Tbk, PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, dan PT Lontar Papyrus Pulp and Paper. Total kapasitas keempat pabrik tersebut mencapai 10,5 juta ton bubur kertas dan kertas. Suhendra menambahkan, bahan baku kayu akasia akan dipasok dari tujuh area atau kawasan hutan tanaman industri di sekitar lokasi pabrik dengan luas total hutan tanaman industri mencapai 500.000 hektar.
Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengakui, investasi pabrik bubur kertas dan kertas oleh Grup Sinarmas di Sumatera Selatan memang bernilai cukup besar. Menurut Franky, BKPM memberi beberapa fasilitas untuk mendukung investasi pabrik tersebut. Fasilitas yang diberikan, misalnya, kemudahan impor barang modal dan pemberian penghapusan pajak badan dalam waktu tertentu (tax holiday).
Franky meyakini, pengoperasian pabrik baru tersebut akan menyerap tenaga kerja dan mendatangkan devisa, karena APP juga berorientasi ekspor. (FER)
Kompas 25022016 Hal. 20