JAKARTA, KOMPAS — Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav Indonesia akan mengatur lalu lintas udara di delapan bandara. Pengaturan tersebut dilakukan agar tidak ada pesawat yang tertahan lama, baik di darat maupun di udara.
“Pengaturan itu tidak akan mudah karena juga terkait dengan penerbangan jalur internasional. Di rute yang melintasi Laut Tiongkok Selatan dan Teluk Benggala, lalu lintasnya padat karena dilintasi juga oleh penerbangan dari Thailand, Singapura, Hongkong, dan sebagainya,” demikian dikatakan Direktur Operasi Airnav Indonesia Wisnu Darjono saat peluncuran tiga buku tentang navigasi dan bandar udara di Jakarta, Jumat (19/2).
Kedelapan bandara yang akan diatur adalah Soekarno-Hatta Cengkareng, Juanda Surabaya, Kualanamu Medan, Ngurah Rai Denpasar, Hasanuddin Makassar, Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sepinggan Balikpapan, dan Frans Kaisiepo Biak.
“Pengaturan akan dimulai 8 Maret. Kami meminta semua pemangku kepentingan untuk mematuhinya. Dengan demikian, penerbangan akan lebih tepat waktu dan efisien,” kata Wisnu.
Salah satu yang harus dipenuhi maskapai penerbangan selaku salah satu pemangku kepentingan adalah mengisi rencana penerbangan (flight plan) setiap kali akan terbang. Selama ini maskapai selalu memakai repetitive flight plan atau rencana penerbangan yang berlaku selama tiga bulan. Mulai 8 Maret, maskapai diharuskan menggunakan rencana penerbangan yang dibuat setiap kali akan terbang (individual flight plan).
“Dengan repetitive flight plan, sering kali maskapai terlambat terbang dan slot itu tidak bisa diisi maskapai lain. Dengan individual flight plan, dia akan mengisi jadwal penerbangan sesuai dengan kesiapan. Jika tidak siap, jadwal akan diundur hingga ada ketersediaan slot,” ujarnya.
Menurut Wisnu, pengajuan rencana penerbangan individual tidak akan merepotkan karena sudah ada dalam sistem yang memang harus diisi oleh setiap maskapai.
Terkait dengan acara peluncuran buku, Airnav Indonesia menerbitkan tiga buku, yakni Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, Sejarah Bandar Udara di Indonesia dari Masa ke Masa, dan Sejarah Bandar Udara Wamena. “Buku yang spesifik membahas navigasi penerbangan masih sulit ditemukan,” kata Direktur Utama Airnav Indonesia Bambang Tjahjono. (ARN)
Kompas 22022016 Hal. 18