AP II Siap Jadi Operator Bandara Pondok Cabe

JAKARTA – PT Angkasa Pura (AP) II siap ditunjuk sebagai operator Bandara Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Namun, sampai saat ini, AP II belum berkomunikasi atau menerima pernyataan resmi terkait penunjukannya dari pemerintah.
“Saya tahu dari media bahwa AP II diinformasikan bahwa itu dikelola oleh kami. Tentu, kami siap sebagai operator untuk menjalankan kegiatan bandar udara di Pondok Cabe sebagai bandara umum agar bisa terlaksana,” kata Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (15/2).
Dia menjelaskan, pihaknya masih menunggu panggilan resmi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk melakukan pembahasan terkait kemungkinan penunjukan itu. Nantinya, selain Kemenhub, hal ini akan dibahas oleh PT Pertamina dan maskapai penerbangan Garuda Indonesia selaku inisiator untuk menjadikan Bandara Pondok Cabe sebagai bandara umum.
“Dengan berada di bawah satu manajemen, maka kendala ruang udara yang terbatas dengan Bandara Halim Perdanakusuma bisa teratasi. Nantinya, tentu akan diteliti bersama dengan Pertamina selaku operator saat ini sampai sejauhmana kesiapan bandara tersebut,” imbuh Budi.
Dia jugamemperkirakan kerja sama pengoperasian Bandara Pondok Cabe akan berskema bagi hasil dengan PT Pertamina selaku pemilik dan pengelola bandara tersebut saat ini.
“Model kerja samanya sendiri belum dibicarakan, tapi paling tidak itu kan aset Pertamina jadi ada bagi hasil untuk hak Pertamina dan ada hak AP II selaku pengelola nantinya,” kata Budi.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan agar pemanfaatan Bandara Pondok Cabe menjadi bandara komersial harus berada di bawah satu manajemen PT Angkasa Pura (AP) II selaku operator Bandara Halim Perdanakusuma. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo menjelaskan, dengan pengelolaan di bawah satu pihak itu, pengaturan dua bandara itu bisa terkoordinasi dengan lebih baik. Karena itu, ruang udara yang berhimpitan tidak menjadi kendala berarti karena adanya satu manajemen itu.
“Kalau sendiri-sendiri itu tidak bisa. Harus nunggu untuk dikelola bersama. Jadi, yang kontrol pergerakan pesawat LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia), tapi dua bandara dijadikan satu itu yang mengelola AP II,” kata Suprasetyo di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, dengan di bawah kelolaan AP II, Bandara Pondok Cabe bisa diibaratkan sebagai bandara pendukung Bandara Halim. Menurut dia, runway di Pondok Cabe dianggap sebagai runway dari Halim Perdanakusumah. “Jadi, itu sesuai dengan arahan Pak Menteri Perhubungan,” imbuh Suprasetyo.
Kendati demikian, dia mengungkapkan, Kemenhub belum melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan AP II. Dalam waktu dekat ini, regulator berencana mengundang perusahaan pelat merah itu untuk berdiskusi dan menanyakan kesediaannya untuk turut mengelola Bandara Pondok Cabe.
Dihubungi terpisah, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai, seharusnya Bandara Pondok Cabe tetap dikelola mandiri terpisah dari manajemen AP II. Menurut dia, lokasi yang berjauhan antara Halim dengan Pondok Cabe menjadi salah satu kendala utama bahwa Pondok Cabe tidak bisa dikelola bersama dengan Halim. “Lokasi Halim dan Pondok Cabe berjauhan. Ini akan sulit karena dalam pengelolaan bandara perlu kecepatan tersendiri dalam mengambil keputusan. Kan bisa juga ke depannya, Pondok Cabe akan sangat ramai trafiknya. Jadi, perlu manajemen tersendiri,” ujar Arista.
Namun demikian, Arista sangat mendukung bila bandara yang saat ini dikelola oleh anak perusahaan PT Pertamina itu dijadikan bandara komersial. Hal tersebut dapat mengurai padatnya lalu lintas udara yang saat ini terjadi di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
“Padatnya Soetta, membuat maskapai merugi karena menunggu take off dan landing. Itu kan buang-buang avtur, bisa sampai Rp 10 juta setiap kali take off dan landing,” papar Arista.
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, operasionalisasi Bandara Pondak Cabe untuk penerbangan komersial cukup efektif untuk mengurangi kepadatan bandara di Jakar ta, kendati akses dari dan menuju bandara tersebut rawan macet. Selain itu, Bandara Pondok Cabe hanya bisa digunakan untuk pesawat kecil, seper ti jenis ATR. ™
Investor Daily, Selasa 16 Februari 2016, Hal. 10

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment