JAKARTA, KOMPAS — Seiring rencana pengurangan pemanfaatan batubara sebagai sumber energi di dalam negeri, pemerintah justru mengaku belum memiliki peta jalan hilirisasi batubara. Saat ini, satu-satunya hilirisasi batubara yang menjadi proyek percontohan adalah regasifikasi batubara untuk usaha kecil dan menengah.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, pengurangan penggunaan batubara selaras dengan usaha menekan emisi gas 29 persen dalam kurun 15 tahun ke depan.
“Proses itu sedang dijalankan. Secara umum, peta jalannya belum ada. Namun, pemerintah akan terus mendorong hilirisasi batubara di dalam negeri, salah satunya gasifikasi batubara,” kata Sudirman, akhir pekan lalu, di Nusa Dua, Bali.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, produksi batubara nasional akan diturunkan dari 425 juta ton pada 2015 menjadi 400 juta ton pada 2019. Penyerapan domestik akan ditingkatkan.
Dalam proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW), porsi batubara sebagai sumber tenaga listrik dikurangi dari 60 persen menjadi 50 persen. Adapun sisanya dari gas 25 persen dan energi terbarukan 25 persen.
Menurut Sudirman, penyerapan batubara untuk pasar dalam negeri saat ini yang berkisar 70 juta ton hingga 100 juta ton per tahun akan meningkat menjadi sekitar 200 juta ton per tahun jika program 35.000 MW berjalan. Pemerintah juga tengah menertibkan izin usaha pertambangan (IUP) batubara yang belum berstatus bersih tanpa masalah (clear and clean/CNC).
“Apabila konsolidasi pasar di dalam negeri dan penertiban IUP yang belum berstatus CNC sudah berjalan, selanjutnya mendorong hilirisasi di dalam negeri berjalan,” lanjut Sudirman.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM FX Sutijastoto menambahkan, pihaknya mengembangan teknologi gasifikasi batubara yang saat ini sedang diuji coba di Yogyakarta. Teknologi yang dinamai “gasmin”, akronim dari gasifikasi mini, berupa mesin gasifikasi yang mengolah batubara menjadi gas, hasil kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta.
“Kapasitas mesin gasmin yang ada saat ini baru 50 kilogram batubara per jam. Kapasitasnya akan terus dinaikkan menjadi 1 ton batubara per jam. Kami mengundang investor yang tertarik untuk mengembangkan gasmin tersebut,” kata Sutijastoto.
Gasmin yang diuji coba di Yogyakarta untuk industri skala kecil dan menengah, seperti industri aluminium, industri pembuatan tahu, dan industri minyak atsiri. Teknologi gasmin menggantikan bahan bakar minyak.
Sebelumnya, Direktur Central for Indonesian Resources Strategic Studies Budi Santoso mengatakan, sudah sewajarnya pemerintah mendukung hilirisasi batubara di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah.
“Hilirisasi batubara untuk kebutuhan energi, khususnya bagi kelompok rumah tangga, juga perlu digalakkan, misalnya lewat pembuatan briket batubara,” katanya. (APO)
Kompas 15022016 Hal. 20