Kompetisi Ketat, Laba Maskapai Di Asia Tenggara Naik Tipis

SINGAPURA –Maskapai penerbangan di Asia Tenggara kemungkinan akan meraih keuntungan tipis selama beberapa waktu ke depan. Menurut Ketua sekaligus Direktur Jenderal International Air Transport Association atau IATA Tony Tyler, hal itu dipicu oleh ketatnya masalah persaingan antar operator maskapai penerbangan berbiaya murah dan rival-rivalnya dari Timur Tengah sehingga berdampak pada turunnya pendapatan, Minggu (14/2).
Tyler menjelaskan gejolak pasar saham global baru-baru ini juga diperkirakan telah memakan korban terhadap perjalanan melalui udara, khususnya di kelas bisnis, di mana para penumpang di kelas tersebut mendapat pelayanan sepenuhnya sebagai bagian dari keuntungna yang mereka peroleh.
“Maskapai-maskapai penerbangan ini meraih keuntungan yang cukup tipis karena tekanan persaingan yang kuat, dan ada banyak kapasitas di pasar,” kata Tyler kepada wartawan jelang pameran Singapore Airshow, Selasa (16/2).
Dia menambahkan, pada saat maskapai-maskapai penerbangan masuk ke dalam persaingan kuat dari operator-operator penerbangan berbiaya murah di wilayah itu maka Anda akan terlibat dalam kompetisi yang sangat keras dengan operator-operator maskapai penerbangan jarak jauh dari negara-negara Teluk.
“Keuntungan bagi maskapaimaskapai penerbangan di wilayah ini sama sekali tidak kuat,” tambahnya. Sebelumnya, pada Desember, IATA memperkiraan laba bersih penerbangan global untuk 2016 mencapai US$ 36,3 miliar atau naik 10% dari perkiraannya di 2015 yang mencapai US$ 33 miliar.
Namun, menurut Tyler lebih dari setengah laba tahun ini berasal dari Amerika Utara, di mana kemungkinan perolehan penghasilan dari operator-operator maskapai penerbangan Asia Tenggara berada dalam tekanan besar.
Hal itu menegaskan tantangan yang dirasakanmaskapai penerbangan. Bahkan menurut Tyler operator-operator maskapai peneberbangan sekarang berjumlah 54% dari kapasitas di Asia Tenggara atau naik sekitar 38% di 2009.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan penerbangan-penerbangan berbiaya murah berjumlah 31% dari kapasitas di Amerika Serikat dan 39% di Eropa, dengan rata-rata global mencapai 26%.
Operator-operator maskapai penerbangan murah seperti Air Asia asal Malaysia, Lion Air asal Indonesia, Jetstar asal Singapura, Nok Air asal Thailand, Cebu Pacific asal dari Filipina dan Vietjet asal Vietnammemberikan tantangan yang cukup berat bagi Singapore Airlines sebagai maskapai andalan di kawasan tersebut.
Di sisi lain, operator-operator maskapai penerbangan negara-negara Teluk seperti Qatar Airways, Etihad, dan Emirates memasuki pasar premium penerbangan jarak jauh rival-rivalnya di Asia Tenggara denganmenawarkan layanan penerbangan tingkat tinggi dan pesawat-pesawat terbaru.
Meski demikian, Tyler mengungkapka bahwa maskapai-maskapai penerbangan di Asia Tenggara dapat memainkan kekuatan khusus mereka untuk ikut bersaing, memperlihatkan pengaruh merek mereka dan kualitas layanan.
“Mereka juga terus memangkas biaya dan berinvestasi dalam pesawat-pesawat modern hemat bahan bakar,” pungkasnya.
Dia menambahkan, pada umumnya, perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan di bagian belahan dunia ini berjalan dengan baik. Mereka menjalani bisnis yang efisien dan cukup mampu untuk bersaing, namun tentunya itu dilakukan saat pasar sedang sulit,” kata ketua IATA. (afp/pya)
Investor Daily, Senin 15 Februari 2016, Hal. 3

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment