Bandar Udara : Alat Navigasi Hang Nadim Rusak

BATAM, KOMPAS — Bandar Udara Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau, tidak bisa melayani penerbangan malam sejak Minggu (7/2). Alat navigasi di bandara yang dikelola Badan Pengusahaan Batam itu rusak.

Kepala Seksi Pemberitaan Badan Pengusahaan Batam Afthar Fallahzis menyatakan, alat navigasi di Bandara Hang Nadim hingga Senin sore belum selesai diperbaiki. “Sudah dikeluarkan pemberitahuan kepada penerbang,” ujarnya.
Sistem navigasi di bandara itu tersambar petir pada Sabtu malam. Dampak kerusakan terasa pada Minggu malam dan Senin malam. Belasan penerbangan dari dan menuju Batam dibatalkan. Pada Minggu malam, sejumlah penumpang marah-marah di bandara setelah tahu penerbangan ditunda. Penumpang yang marah terutama penumpang transit.
Penundaan penerbangan juga terjadi pada Senin malam. Sejumlah penumpang dari Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang yang akan menuju Batam terpaksa kembali ke rumah masing-masing. “Saya sudah di bandara, terpaksa kembali lagi karena penerbangan ditunda sampai Selasa pagi. Padahal, Selasa pagi harus sudah di kantor,” ujar seorang calon penumpang pesawat, Widodo.
Tidak hanya harus di kantor, Widodo juga terpaksa menunda menyerahkan obat titipan temannya. Padahal, obat itu harus segera digunakan.
Sejumlah penumpang baru mendapat informasi pembatalan setelah tiba di bandara. Mereka akhirnya memutuskan kembali ke rumah. Tidak ada kejelasan fasilitas dari maskapai akibat penundaan itu.
Afthar mengatakan, Bandara Hang Nadim sebenarnya tetap bisa melayani penerbangan selama 24 jam. Semua penerbangan dari dan menuju bandara itu dipandu petugas di Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang. Panduan diberikan hingga ketinggian 1.000 kaki-3.000 kaki (304 meter-914 meter).
Untuk penerbangan setelah 3.000 kaki, panduan disediakan oleh otoritas Changi.
Wilayah udara Dumai hingga Natuna memang dikelola Changi sejak 1949. Sejak ada Bandara Hang Nadim, ditentukan panduan di bawah 3.000 kaki dilakukan oleh Batam. Lebih tinggi dari itu, oleh pengelola Changi.

Tergantung pilot

Karena alat navigasi rusak, panduan 1.000 kaki-3.000 kaki disediakan pihak Bandara Haji Fisabilillah Tanjung Pinang. Setelah lebih rendah dari 1.000 kaki, pilot mengandalkan pandangan mata.
Jika bisa melihat landas pacu Hang Nadim dengan jelas, pilot dipersilakan mendarat. Jika tidak dapat melihat dengan jelas karena berbagai alasan, pilot tidak disarankan mendarat.
Keputusan untuk mendarat atau tidak diserahkan sepenuhnya kepada pilot.
Namun, Kepala Bagian Umum Bandara Hang Nadim Suwarso menyebutkan, selama beberapa hari terakhir ini, udara Batam tidak cerah. Batam dilanda hujan sejak Sabtu siang. Jarak pandang menurun sejak sore akibat hujan.
Suwarso menuturkan, tim terus bekerja untuk memperbaiki sistem navigasi itu. Ia juga mengatakan bahwa sistem itu tidak dikelola manajemen Hang Nadim. Sistem itu disediakan AirNav, BUMN yang menyediakan jasa navigasi udara. (RAZ)
Kompas 09022016 Hal. 22

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Leave a Comment