JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia dan Hongaria menjajaki kerja sama pembangunan pembangkit listrik dengan bahan energi terbarukan serta manufaktur panel surya (solar cell).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said menjelaskan hal itu, Senin (1/2), setelah pertemuan bilateral antara Pemerintah Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan Pemerintah Hongaria yang dipimpin Perdana Menteri Viktor Orban, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Sudirman mengatakan, pembangunan pembangkit listrik dengan bahan energi terbarukan merupakan bagian dari rencana investasi Hongaria di sektor energi.
“Sekitar 20 juta dollar Amerika Serikat, tetapi kita masih akan memerinci lagi. Rencana pembangunan tersebut di antaranya pembangkit listrik tenaga surya di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara,” ujar Sudirman.
Menurut dia, setelah kunjungan PM Orban, pihaknya akan mempertemukan kembali PT PLN (Persero) dengan tim delegasi Hongaria yang akan membahas langsung kerja sama itu.
Sudirman mengatakan, Hongaria dikenal sebagai negara sangat maju di bidang energi terbarukan. “Sebanyak 50 persen lebih, suplai tenaga listriknya berasal dari nuklir dan sangat kecil porsi dari fosil. Pembangkit listrik dengan tenaga solar-nya juga sangat maju. Nah, kita menjajaki kerja sama tersebut. Jadi, mereka menawarkan tak hanya memasang (pembangkit) listrik, tetapi juga membangun manufaktur untuk solar,” tuturnya.
Soal kapasitas pembangkit listrik yang akan dibangun, Sudirman belum tahu pasti. “Hongaria akan membangun manufaktur panelnya sejalan dengan program pemerintah selama empat tahun ke depan, yaitu akan membangun pembangkit tenaga panel surya 5.000 megawatt (MW),” ujarnya.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, RI dan Hongaria juga akan mewujudkan kerja sama dalam penyediaan air minum senilai 36 juta dollar AS. “Kerja sama dilakukan dalam penyediaan air minum di 34 kecamatan di 26 kabupaten dan di 11 provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, Indonesia sangat berprospek menjadi gerbang masuk investor asing ke pasar ASEAN. Sebagai negara yang menyumbang 40,6 persen populasi penduduk Asia Tenggara, Indonesia berpotensi besar dalam pengembangan bisnis, terutama manufaktur.
Berdasarkan data Eurostat, perdagangan Indonesia dan Hongaria paling tinggi pada 2011 dengan nilai 181,09 juta euro (Rp 2,8 triliun). Namun, nilai itu terus turun hingga 134,51 juta euro atau Rp 2 triliun pada 2014. Saat ini, Indonesia antara lain mengekspor komponen alat elektronik, mesin percetakan, dan karet ke Hongaria. (CAS/HAM/HAR)
Kompas 02022016 Hal. 17