Kinerja Keuangan PTPN III Ditopang Sawit

JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) menargetkan laba bersih Rp 1 triliun tahun ini atau naik sekitar 53% dari realisasi tahun lalu Rp 650 miliar. Tahun lalu, komoditas sawit masih menjadi penopang utama perolehan laba bersih sebesar 80%, sedangkan karet hanya 20%. Tahun ini, sawit juga diyakini masih mendominasi kinerja keuangan BUMN itu.
Direktur Keuangan PTPN III Erwan Pelawi mengatakan, prediksi kenaikan laba bersih itu sejaln peningkatan produktivitas tanaman sawit. Selain itu, harga sawit yang lebih tinggi dari tahun lalu juga ikut menjadi pemicunya, yakni dari Rp 7.500 per kilogram (kg) tahun lalu menjadi Rp 8.100 per kg tahun ini. “Ada peningkatan pro­duksi sebanyak 5-6% dari ta­ hun lalu, kenaikannya memang minim karena lahan belum bertambah. Namun produktivitas meningkat cukup baik, yield per ton naik 2223%,” ungkap dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Erwan mengatakan, saat ini komoditas perkebunan yang dihasilkan PTPN III mayori­ tas untuk kebutuhan domestik dan 30% lainnya diekspor. Khusus sawit, setiap tahunnya PTPN III melakukan penanaman ulang (replanting) 5% dari total lahan. Tahun ini misalnya, pihakn­ ya menyiapkan Rp 766 juta untuk replanting dengan biaya Rp 20-25 juta per hektare (ha). “Kami memiliki lahan tertanam sawit 190 ribu ha dengan produksi pabrik kelapa sawit (PKS) 520 ribu ton, kami juga membeli sawit dari petani untuk memenuhi PKS kami,” kata dia.
Tahun ini, kata dia, PTPN III menyiapkan belanja modal (capital expenditures/capex) sebesar Rp 2,1 triliun yang digunakan untuk pengembangan komoditas, investasi reguler, dan pengembangan Sei Mangkei di Sumatera Utara, sebuah kawasan ekonomi khusus (KEK). “Di Sei Mangkei, kini infrastruktur sudah jadi dan proses hak pengelolaan lahan (HPL) sudah kelar, sehingga kami siap men­ jual lahannya. Sudah ada satu pembeli, yaitu Unilever yang sedang membangun pabrik oleokimia. Capex sudah terserap 50% sampai semester I-2014,” kata dia.
Lebih jauh Erwan mengatakan, PTPN III juga menjalin kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), Business Watch Indonesia (BWI), dan Solidaridad untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan (RSPO) di Indonesia. Proyek ini sudah lama tertahan dan akhirnya akan terealisasi tahun depan. “Kami ingin memi­ nimalisasi isu ling­kungan dan sosial akibat industri kelapa sawit,” kata Erwan.
Erwan mengatakan, kerja sama ini akan membantu 1.091 petani sawit yang bekerja di 3.225,40 ha luasan ke­bun dan 208 pekerja di lebih dari 20.422 ha kebun milik PTPN III. Nan­tinya, petani sawit akan lebih man­diri dengan diadakannya program pelatihan dan pendampingan teknis untuk mengelola kebun rakyat. “Petani sawit akan lebih pintar dan tahu apa yang harus dilakukan di lahan kerjanya,” kata Erwan.
Sedangkan Direktur Utama PTPN III Bagas Angkasa mengatakan, kerja sama ini dapat menguntungkan perusahaannya guna men­ gatasi pembiayaan lingkungan yang tinggi. Solidaridad dan BWI bersedia membantu cari solusi atasi pengelolaan limbah sa­wit agar tak rugikan masyarakat di sekitar perkebunan. Kerja sama jang­ka panjang ini juga dapat mening­katkan pasar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia. Saat ini, kon­ sumen global CPOmenginginkan produk yang telah mendapatkan sertifikat produk minyak kelapa sawit berkelanjutan yang dikeluarkan RSPO. Dengan adanya kerja sama ini, proses sertifikasi RSPO di PTPN III diharapkan lebih mudah didapatkan. “Kami telah memperoleh sertifikasi tersebut untuk lima pabrik CPO kami. Kami ingin menambah sertifikasi lagi dengan biaya yang minim. Kerja sama ini diharapkan dapat membantu kami ke arah sana,” kata Bagas. (leo)
Investor Daily, Senin 29 September 2014, hal. 7

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.