JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) yang ditunjuk sebagai induk usaha dari holding BUMN perkebunan tengah melakukan konsolidasi dengan semua perusahaan pelat merah yang bergerak di subsektor perkebunan. Sedianya holding company BUMN perkebunan tersebut akan diluncurkan pada 2 Oktober 2014 oleh Kementerian BUMN.
Direktur Keuangan PTPN III Erwan Pelawi mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menerbitkan peraturan pemerintah (PP) sebagai landasan pembentukan holdingBUMNperkebunan dari PTPN I-XIV dengan PTPN III sebagai sebagai pemimpinnya atau induk usahanya. “Terkait itu, langkah terdekat yang dilakukan adalahmelakukan konsolidasi dengan semua PTPN. Konsolidasi itu dilakukan untuk melihat persoalanpersoalan yang ada di semua PTPN, baru kemudian menetapkan prioritas apa yang harus dilakukan pascapeluncuranholdingBUMNperkebunan,” kata Erwan di Jakarta, Kamis (25/9).
Dia menerangkan, pembentukan holding BUMN perkebunan diharapkan menciptakan nilai tambah diban ding sebelumnya saat masih berdiri sendiri-sendiri. Nilai tambah yang diharapkan dari segi output seperti penguasaan segmentasi pasar yang lebih besar. Dari sisi pekerjaan juga bisa tercipta lisensi karena dengan adanya holding akan muncul posisi tawar yang lebih tinggi kepadasuplier, pembeli, dan stakeholder, tentunya akan tercipta efisiensi.
Erwan belum bisa menyebutkan nilai produksi dari holding BUMN perkebunan tersebut. Saat ini, ba nyak sekali komoditas tanaman yang dikelola BUMN perkebunan, mulai dari kelapa sawit, teh, gula, dan kopi. PTPN III sendiri memproduksi 450-500 ribu ton sawit, sehingga diperkirakan jumlahnya akan lebih besar lagi dengan holding tersebut. “Akhir bulan nanti diadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk pengalihan saham negara dari PTPN lain ke PTPN III. Kami yang ditunjuk, sedang mempersiapkan diri. Untuk nama holding tergantung pemerintah. Kami berharap, holding BUMN perkebunan ini bisa mendongkrak produksi paling sedikit 5% setiap tahunnya,” ungkap dia.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) DeromBangun mengatakan, holding BUMN perkebunan merupakan keunggulan besar sehingga mempunyai aset yang lebih besar dan sumber daya yang lebih besar. Dengan begitu, perusahaan yang besar dengan pengelolaan yang baik, lebih baik daripada terpecah-terpecah. Penggabungan ini akanmembuat luas lahan menjadi lebih dari 600 ribu ha.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia (Maksi) Darmono mengatakan, holding BUMN perkebunan memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua PTPN dijadikan holding pada kondisi yang mana seluruh kebun menyebar. Hal ini menimbulkan kendala logistik bagi manajemen. Padahal, tujuan utama pembentukanholding tersebut adalah untuk menciptakan pengelolaan per komoditas lebih efisien.
Darmomo juga mengatakan, holding BUMNperkebunanakanmelewatimasa transisi yang cukup lama. Dalam lima tahun ke depan akan menjadi pembelajaran bagi holding tersebut. Terjadinya efisiensi atau tidak tentu akan dapat dinilai setelah lima tahun, artinya pada tahundepanbelumbisadilakukanpenilaian. “Dalam konteksi ini, penunjukkan PTPN III sebagai induk usaha, bisa jadi karena BUMN itu lebih banyak mena ngani komoditas dibanding yang lain, selain itu PTPN III juga manajemennya lebih sehat,” ungkap dia.
Sedangkan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Gamal Nasir menyambut baik pembentukanholdingBUMN perkebunan tersebut. Pembentukan holding akan membantu BUMN yang masih rugi menjadi lebih baik. “Kalau sebelum nya masing-masing, sekarang sudah turun menjadi anak perusahaan. Tapi semuanya tetap, manajemen tetap, secara keseluruhan asetnya bertambah besar. Kalau kami nilai ini positif,” kata Gamal. (leo)
Investor Daily, Jumat 26 September 2014, hal. 7