Perdalam Pasar Modal: OJK Siapkan 4 Building Blocks

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyusun komitmen besar untuk memperdalam pasar keuangan terutama pasar modal Indonesia, denganmenyiapkan empat building blocks.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas PasarModal OJKNurhaida di Jakarta, Kamis (25/9), pasar modal Indonesia mempunyai potensi tumbuh lebihbesar dibandingnegara lain di Asean dan Asia. Oleh karena itulah, OJK menyiapkan empat strategi building blocks untuk memperdalam pasar modal. Ini merupakan strategi jangka panjang.
Pertama, OJK akan berfokus pada pe­ nguatan infrastruktur sistem teknologi informasi. Kedua, penyediaan regulasi yang akomodatif bagi industri sekaligus lebih melindungi investor. Ketiga, kata Nurhaida, peningkatan sisi penawaran dan permintaan produk. Keempat, meningkatkan efektivitas pengawasan dan penegakan hukum di pasar modal.
“Semua strategi itu bermuara pada pe­ ningkatan likuiditas dan daya saing pasar modal nasional memasuki era integrasi ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai pada 2015,” ucap dia.
Dia menjelaskan, terkait pasar perdana, pada 2015 OJK akan memperkenalkan mekanisme penawaran umum berkelanjutan kepada emiten saham. Setelah go public, kewajibanketerbukaanbisadilakukanemiten melalui situs internet perseroan danwebsite BursaEfek Indonesia (BEI). “Mulai tahundepan, kewajiban pelaporan emiten keOJKbisa dilakukan secara elektronik,” tuturNurhaida.
Menurut dia, kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk peningkatan efisiensi proses tersebut akan meningkatkan minat perusahaan untuk go public.
Selain itu, pasar modal Indonesia juga akan memiliki instrumen baru dengan adanya salah satu pembiayaan sekunder perumahan yang bakal me­ nerbitkan Efek Beragun Aset berupa Surat Partisipasi (EBA SP). Nurhaida tidak menyebutkan identitas pihak penerbit tersebut.
“Per tambahan jumlah emiten, produk keuangan, dan peningkatan jumlah investor adalah faktor penting untuk pendalaman pasar,” tegasnya.
Terkait peningkatan jumlah inves­ tor, Nurhaida menyatakan, OJK pu­ nya strategi dengan akan dibukanya kesempatan bagi pihak selain bank untuk menjadi agen penjual efek reksa dana (APERD). Dalam hal ini, lembaga keuangan nonbank dengan jaringan luas dan berpengalaman dapat bertindak sebagai pemasar produk keuangan. “Perusahaan pera­ suransian, perusahaan pembiayaan, pegadaian, bahkan perusahaan jasa pos bisa mengajukan permohonan sebagai APERD mulai tahun depan,” kata Nurhaida.
Selain sisi suplai dandemand, OJK akan menggenjot aspek pengem­ bangan infrastruktur pasar. Sistem penyelesaian transaksi akan semakin disempurnakan dengan pengemban­ gan C-Best Next Generation milik KSEI, e-Clear milik KPEI, dilibatkan­ nya bank kustodian sebagai settlement agent, dan dukungan Bank Indonesia untuk penyelesaian transaksi yang lebih efisien.
OJK bersama KSEI juga akan memperluas penerapanSingle Investor Identification(SID) yang sebelumnya hanya untuk investor yang tercatat di KSEI. Nantinya, SID diperluas ke investor reksa dana, investor yang terdaftar di BAE, dan investor Surat Berharga Negara.
Pada segmen surat utang, lanjut Nurhaida, OJK akan menerbitkan aturan khusus yang menjadi pedoman umum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi repo (general master repurchase agreement). Regulasi baru tersebut akan dilengkapi dengan aturan terkait yang mengatur intermediaries dan aspek transparansi dalam penyelesaian transaksi surat utang.
“Selain penerapan Electronic Trad­ ing Platform (ETP) untuk surat utang, pada 2015 akan diluncurkan Bond Index,” kata dia. Nurhaida juga menyatakan bah­ wa OJK akan memudahkan proses penyusunan kebijakan lintas sektor jasa keuangan yang saling bersinergi. Hal itu mencakup industri keuangan nonbank dan bank.
Lebih Menukik
Nurhaida mengatakan, pasar modal Indonesia harus menukik lebih dalam. Salah satu rencananya, OJK akan mengeluarkan regulasi penjualan reksa dana di waralaba-waralaba. “Yang dipikirkan selama ini adalah soal keamanan. Jika mulus, regulasi tersebut akan keluar pada Desember tahun ini,” kata dia.
Nurhaida menyatakan, OJK juga giat menyosialisasikan daerah yang akan menerbitkan obligasi. Akhir ta­ hun ini, Jawa Barat akan emisi obligasi daerah sekitar Rp 4 triliun.
“Jika BPKmemberi mandat kepada akuntan publik sebagai auditor, akan ada banyak daerah yang emisi obli­ gasi. Sebab, selama ini tantangannya ada di sini,” ucap dia.
Nurhaidamenambahkan, pada akh­ ir tahun ini, OJK akan mengeluarkan regulasi EBA-SP, RP-OJK, serta tiga dari 33 item peta jalan GCG.
Prospek
Pada bagian lain, Nurhaida menga­ takan, saat ini pasar Indonesia masih membutuhkan aliran dana asing. Hal itu penting untuk memperkuat likuiditas pasar dalam negeri. “Karena itu kita perkuat pasar dalam negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Bursa Efek Indonesia Frederica Widyasari Dewi mengatakan, pasar modal domestik tidak memiliki kedalaman karena cara berpikir masyarakat. Masyarakat Indonesia lebih memilih untuk mena­ bung daripada berinvestasi.
“Kalaupun ada yang sudah mau investasi, orang kita lebih suka yang menawarkan imbal hasil tinggi tanpa memeriksa seberapa rasional dan legal investasi yang ditawarkan,” kata dia.
Frederica memberi contoh, di Jepang, penduduk melek investasi pasar modal. Masyarakat tidakmudah percaya pada tawaran investasi yang mendadakmemberi imbal hasil tinggi.
Dia optimistis, sekarang adalah saat ‘menanam’ melalui sosialisasi dan edukasi. Orang Indonesia harus sadar bahwa selama ekonomi makro dikelola secara hati-hati dan pertum­ buhan ekonomi bisa berlanjut, maka suatu ketika sentimen atau guncangan eksternal tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas finansial domestik.
Frederica yakin, jika situasi so­ sial, politik, dan ekonomi berjalan baik, penetrasi ke pasar modal akan meningkat signifikan. “IPO, obligasi, rights issue, warran, dan lain-lain akan ramai tahun depan,” ujarnya. (hg)
cm
Investor Daily, Jumat 26 September 2014, hal. 1

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.