Jiwasraya Minta Pemerinta Pertimbangkan Lagi

JAKARTA – PT Asuransi Jiwasraya (Persero) meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana mengonsolidasikan Jiwasraya dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Jika rencana itu direalisasikan, konsolidasi kedua BUMN kemungkinan baru dapat dilakukan pada masa pemerintahan baru.
Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim menuturkan, pada masa lalu Jiwasraya memang memiliki selisih antara liability (kewajiban) dan aset, yakni kewajiban Jiwasraya yang lebih tinggi mencapai Rp 7,6 triliun. Pada saat itu, perseroan membutuhkan perusahaan induk yang besar guna menambah permodalan agar menjadi positif. Namun, saat ini, Jiwasraya sudah menyelesaikan selisih kewajiban dan aset sebesar Rp 7,6 triliun tersebut.
“Dulu, kami memang perlu tambahan modal besar. Salah satu opsinya, apakah perbankan bisa bantu? Kalau sekarang kan masalah kami sudah selesai. Nah, apakah masih perlu dan apa nilai tambahnya jika dilakukan konsolidasi (dengan BRI),” ujar Hendrisman di Jakar ta, pekan lalu.
Menurut dia, Kementerian BUMN selaku pemegang saham akan melihat bagaimana Jiwasraya dapat tumbuh sehat dan berkembang. Dia pun menjelaskan, selisih kewajiban dan aset telah berhasil diselesaikan oleh perseroan antara lain melalui skema revaluasi aset, yangdilakukan melalui koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Direktorat Jenderal Pajak.
Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan, timbulnya selisih kewajiban dan aset Jiwasraya tersebut merupakan akibat dari krisis ekonomi tahun 1998. Berbeda dengan bank yang memperoleh dana talangan, perusahaan asuransi harus menyelesaikan selisih yang akhirnya menjadi utang tersebut. “Penyelesaiannya dengan revaluasi aset. Kami dibantu OJK dan juga Ditjen Pajak,” terang dia.
Gatot menjelaskan, konsolidasi perusahaan perbankan dan asuransi akan termuat dalam Masterplan Kementerian BUMN tahun 2015-2019. Jika konsolidasi Jiwasraya dan BRI dilakukan, menurut dia, kemungkinan baru dapat dilakukan pada masa pemerintahan berikutnya.
Deputi Komisioner Bidang Industri Keuangan Non Bank OJK Dumoly Pardede, mengungkapkan Kementerian BUMN memang semula inginmemperkuat Jiwasraya dengan mengajak bank pemerintah untuk menambah permodalan. Namun, menurut dia, saat ini Jiwasraya sudah berhasil melakukan konsolidasi modal dan menyelesaikan selisih kewajibannya.
“Kondisi keuangan Jiwasraya sudah bagus dan kemudian mereka sedang buat corporate action untuk memperbaiki brandingmereka. Menurut saya itu perlu diperbaiki supaya harganya bagus, jika memang ingin diakuisi,” ungkap dia.
Dumoly berpendapat setelah permodalan Jiwasraya direstrukturisasi, perusahaan tersebut masih memerlukan perbaikan kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur, agar nilai perusahaan meningkat.
Namun, berdasarkan sumber Investor Daily, saat ini nilai jual Jiwasraya sudah relatif mahal jika BRI memang ingin berminat melakukan akuisisi melalui pembelian saham pemerintah. Kondisi tersebut akan berbeda jika skema konsolidasi dilakukan melalui inbreng saham pemerintah.
Jika pemerintah melakukan inbreng saham pada Jiwasraya ke BRI, secara otomatis kepemilikan saham pemerintah di BRI akan mengalami peningkatan. Dengan demikian, BRI pun nantinya memiliki kesempatan untuk kembali mencari permodalan melalui rights issue.
Peringkat Lima Besar
Hendrisman mengungkapkan, dalam dua tahun ke depan pihaknya menargetkan dapat mencapai peringkat lima besar perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Saat ini, menurut dia, Jiwasraya menempati peringkat ke-7 dalam daftar 10 besar perusahaan asuransi jiwa. “Kami satu-satunya perusahaan lokal yang masuk peringkat 10 besar, yang lainnya itu joint venture. Harusnya kami paling tidak masuk lima besar karena paling besar di Indonesia,” ungkap dia.
Guna mencapai target peringkat lima besar tersebut, menurut dia, perseroan menargetkan pendapatan premi dalam dua tahun mendatang di atas Rp 10 triliun, dan total aset mencapai Rp 20 triliun lebih. Pada tahun ini, perseroan menargetkan dapat memperoleh premi sebesar Rp 7 triliun, yang sampai pertengahan tahun sudah terkumpul sekitar Rp 4 triliun. “Kami targetkan premi naik minimal 20%.
Kami tetap fokus pada produk asuransi tradisional, tetapi juga akan mengembangkan produkmodern seperti unit linked. Namun, porsinya tetap akan kami jaga karena kebutuhan produk asuransi tradisional tetap tinggi,” terang dia.
Hendrisman menambahkan, pada semester I-2014 Jiwasraya membukukan laba bersih sebesar Rp 90 miliar atau baru mencapai 25% dari target laba tahun ini yang sebesar Rp 360 miliar. Kendati demikian, dia optimistis perseroan dapat mencapai target laba tersebut. (nti)
Investor Daily, Senin, 18 Agustus 2014, hal. 22

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.