Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN: OJK: Masih Ada Gap di Sektor Perbankan

JAKARTA – Perbankan me­ rupakan sektor yang masih menyisakan paling banyak persoalan di antara sektor keuang­ an lain dalam pembahasan di kelompok kerja (working group) negara-negara Asean, terkait persiapan menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Ini dikarenakan masih ada kesenjangan (gap) antarnegara terkait isu-isu krusial, seperti asas resiprokalitas.
“Terkait PR (pekerjaan rumah) dengan working group sudah kami selesaikan, terutama yang dari pasar modal. Tapi, kalau perbankanmasih terkendala. Memang, MEA untuk bank baru akan berlaku pada 2020,” ujar Direktur Hubungan Internasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triyono di Jakarta, barubaru ini.
Ia menjelaskan, permasalahan utama yang masih mengganjal dalam pembahasan integrasi pasar keuangan sektor perbankan di antara negara-negara Asean adalah penerapan asas resiprokalitas. Negara seperti Indonesia menginginkan pemberlakuan asas tersebut, sehingga bank nasional juga memiliki keleluasaan untuk berekspansi di negara Asean lain, seperti bank-bank mereka berekspansi di Indonesia. “Ini tidak mudah dan membutuhkan waktu,” ujar Triyono.
Sementara itu, dimintai komentar seputar mega merger tiga bank yakni CIMB Group, RHB Capital, dan Malaysia Building Society ia menyatakan, konsolidasi hanyalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh industri perbankan dari beberapa cara lain untuk meningkatkan kesiapan mereka menghadapi MEA pada 2020. Menurut dia, tema utama dari upaya industri itu adalah peningkatan daya saing di kawasan Asean.
Upaya tersebut, kata dia, harus mulai dilakukan oleh industri perbankan di Tanah Air dari sekarang tanpa harus menunggu sokongan dari pemerintah. “Secara industri harus mulai berbenah dari sekarang, tanpa harus melulu di-driveoleh pemerintah, karena mereka (perbankan) merupakan pemain utama dalam MEA nanti,” ujar Triyono saat dihubungi Investor Daily, Jumat (18/7).
Menurut dia, mega merger tiga bank yakni CIMB, RHB Capital, dan Malaysia Building Society adalah langkah yang murni dilakukan oleh industri atas pertimbangan kebutuhan mereka, tanpa harus didorongdorong oleh pemerintah dan regulator. Terkait langkah yang paling pas dilakukan oleh industri perbankan untuk meningkatkan daya saing, menurut Triyono, itu tergantung kodisi bank masing-masing.
“Bank har us melakukan diagnosis secara internal. Semua tergantung dari hasil diagnosis tersebut, kekurangan dimana, har us diselesaikan di mana? Apakah masalah profesionalitas, efisiensi, atau permodalan,” tandas dia. Ma­ sing-masing persoalan, kata Triyono, membutuhkan cara penyelesaian yang berbeda.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menilai, perbankan nasional ketinggalan dua langkah dari Malaysia terutama setelah negeri jiran itu mengumumkan mega merger tiga bank yakni CIMB, RHB Capital, dan Malaysia Building Society.
Pemahaman Masyarakat
Triyono menambahkan, OJK menilai peningkatan pemahaman masyarakat Indonesia atas implementasi Masyarakat Ekonomi Asean diperlukan, sehingga siap menghadapi kondisi pasar bersama di kawasan Asia Tenggara yang akan berlaku mulai 2015 dan 2020 khusus untuk perbankan.
“Survei yang dilakukan Sekretariat Aseanmenunjukkan pemahaman masyarakat kita lebih rendah dibanding negara lain seperti Thailand,” kata Triyono. Ia menyebutkan, saat ini sudah banyak warga Thailand yang mempelajari bahasa Indonesia, karena mereka paham bahwa Indonesia memiliki potensi besar mendatangkan turis bagi negaranya.
“Cukup banyak potensi wisatawan asal Indonesia yang bakal berkunjung ke sana (Thailand), sehingga mereka siap menyambut kedatangan turis termasuk dari Indonesia,” kata dia. Triyono menambahkan, di Bangkok juga banyak baliho yang dipasang dalam rangka menyambut implementasi MEA pada 2015.
Sementara itu, Analis Senior Direktorat Komunikasi dan Hubungan Internasional OJK Joko Siswanto mengatakan, mengenai mata uang tunggal Asean, pada 2003 memang ada pembahasan mengenai hal itu. “Namun, sejumlah syarat pemberlakukan mata uang tunggal Asean, seperti PDB dan inflasi yang tidak terlalu timpang, sulit dipenuhi sehingga pembahasan itu tidak diteruskan lagi,” tambah dia. (ns)
Investor Daily, Selasa 5 Agustus 2014, hal. 22

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.