Kepala BKPM Mahendra Siregar: Realisasi Investasi Tinggi, Penyerapan Tenaga Kerja Rendah

JAKARTA – Rekor tinggi penanaman modal ternyata tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja, yang mengalami penurunan.
Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar menjelaskan, realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada triwulan II-2014 sebanyak 350.803 orang, terdiri dari p r oyek PMDN sebanyak 82.250 orang dan proyek PMA 268.553 orang.
“Realisasi investasi kita mencapai rekor tertinggi, namun penyerapan tenaga kerja menurun, bisa kita bandingkan dengan semester I-2013. Kami melihat iklim dan kondisi ketenagakerjaan kita memang belum membaik, jadi apakah itu terkait dengan sektor yang memang lebih banyak memanfaatkan tenaga kerja secara umum baik yang terampil maupun semi terampil menjadi berpengaruh pada investasi di Indonesia,” jelas Mahendra di kantornya, Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (24/7).
Lebih lanjut, Mahendra menuturkan, BKPM berupaya memperbaiki hubungan industrial dan iklim ketenagakerjaan agar lebih kondusif.
“Kita ingin menyejahterahkan pekerja, namun hal ini harus juga didukung dengan produktivitas yang tinggi serta daya saing yang mampu diberikan pekerja kepada perusahaan. Jadi, upah itu selalu berkaitan dengan produktivitas, bukan seperti waktu lalu, dimana kenaikan upah di atas kebutuhan hidup layak (KHL) disamaratakan dengan upah minimum. Padahal upah minimum untuk mencapai KHL,” jelas Mahendra.
Untuk itu, Mahendra mendesak untuk segera merumuskan kembali aturan tersebut dan secepat mungkin diterapkan pada awal 2015.
Iklim Usaha
Selajutnya, ia juga menyampaikan bahwa terkait dengan iklim infrastruktur ketenagakerjaan, pemerintah daerah baik di tingkat kabupaten kota maupun tingkat provinsi memiliki peran yg sangat strategis dalam memperbaiki iklim ketenaga­ kerjaan.
“Kita lihat iklim tenaga kerja di satu daerah yang kondusif dengan yang tidak kondusif menyebabkan pindahnya investasi, ini ygharus diberikan terus pemahaman sebaik-baiknya supaya setiap daerah itu berkompetisi secara positif dan konstruktif,” kata Mahendra.
Ia juga mengingatkan, per tumbuhan ekonomi yang menguat terutama p e n g a r u h k o n s ums i masyarakat dalam negeri, sehingga kalau jumlah pekerja tidak meningkat, potensi basis ekonomi dan investasi pun tidak optimal.
Ekonom Samuel Sekuritas Lana Sulistyaningsi mengatakan, naik-turunnya daya serap tenaga kerja tersebut tergantung pada sektornya.
“Kita perlumelihat sektor usaha yang ada. Jika melihat pada sektor electricity, lebih banyak perusahaan menggunakan capital investment dibanding labor, untuk food mungkin ada kombinasi antara capital investment dan labor, dan munkin untuk estate akan menyerap lebih banyak labor, sehingga memang bisa terjadi penurunan penyerapaan tenaga kerja,” kata Lana saat dihubungi Investor Daily.
Lana juga mengingatkan terkait dengan sumber daya manusia (SDM) dengan pendidikan rendah sangat mempengaruhi kualitas dalam produksi. Berkaitan dengan hal tersebut, kata Lana, pemerintah harus membuat standarisasi upah.
“Kita harus sadar dengan kualitas SDM kita mungkin lebih banyak berlatar belakang hanya Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini dapat memicu produktivitas yang rendah bagi perusahaan pengguna jasa mereka. Sehingga menurut saya, pemerintah dapat membuat standarisasi upah,” tutur Lana. (c02)
Investor Daily, Jumat 25 Juli 2014, hal. 34

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.