JAKARTA, KOMPAS — PT Nusantara Infrastructure (NI) Tbk, anak usaha Rajawali Corpora, akan membeli 350 menara telekomunikasi hingga akhir tahun ini. Semua menara tersebut akan memperkuat NI yang mulai terjun ke infrastruktur jaringan sejak akhir tahun lalu.”Sejak ada peraturan operator telekomunikasi tidak boleh lagi mengelola menara, kami berupaya mengambil alih. Jaringan telekomunikasi ini termasuk dalam infrastruktur. Dengan memiliki infrastruktur telekomunikasi, NI sebagai perusahaan infrastruktur semakin beragam bisnis infrastrukturnya,” kata Presiden Direktur NI Ramdani Basri di Jakarta, pekan lalu.
Menurut Ramdani, menara jaringan telekomunikasi merupakan bagian yang paling banyak menyedot investasi bagi operator telekomunikasi. Akibatnya, operator telekomunikasi tidak bisa fokus untuk mengembangkan teknologi telekomunikasi.
”Kami terjun ke menara jaringan sejak akhir tahun 2013. Satu per satu kami beli menara-menara yang dijual. Sekarang kami sudah memiliki hampir 500 menara jaringan telekomunikasi,” kata Ramdani.
Direktur Pengembangan Bisnis NI Ridwan Irawan mengatakan, semua menara jaringan yang dimiliki NI dibeli dari perusahaan menara.
”Jadi, ada yang seluruh perusahaannya kami beli, ada juga yang kami beli asetnya saja. Namun, yang pasti, semua menara itu memiliki perjanjian kontrak yang jelas,” ujar Ridwan.
Namun, Ridwan menolak menjelaskan investasi pembelian 350 menara tersebut.
”Misalnya, satu menara harganya Rp 1 miliar, tentu ada biaya-biaya lain. Minimal, ya harus disediakan Rp 350 miliar,” kata dia.
NI mengembangkan portofolio pada lima sektor infrastruktur secara terintegrasi, yakni jalan tol, penyediaan air bersih, pelabuhan, energi terbarukan, dan menara telekomunikasi.
Perkembangan bisnis NI sejalan dengan kinerja perusahaan. Dalam tiga tahun terakhir, pendapatan NI tumbuh 126,98 persen dari Rp 187,618 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 425,861 miliar pada tahun 2013. Pada triwulan I-2014, NI membukukan laba bersih Rp 27,1 miliar, melonjak 296,8 persen dibandingkan triwulan I-2013. (ARN)
Kompas 21072014 Hal.18
Menurut Ramdani, menara jaringan telekomunikasi merupakan bagian yang paling banyak menyedot investasi bagi operator telekomunikasi. Akibatnya, operator telekomunikasi tidak bisa fokus untuk mengembangkan teknologi telekomunikasi.
”Kami terjun ke menara jaringan sejak akhir tahun 2013. Satu per satu kami beli menara-menara yang dijual. Sekarang kami sudah memiliki hampir 500 menara jaringan telekomunikasi,” kata Ramdani.
Direktur Pengembangan Bisnis NI Ridwan Irawan mengatakan, semua menara jaringan yang dimiliki NI dibeli dari perusahaan menara.
”Jadi, ada yang seluruh perusahaannya kami beli, ada juga yang kami beli asetnya saja. Namun, yang pasti, semua menara itu memiliki perjanjian kontrak yang jelas,” ujar Ridwan.
Namun, Ridwan menolak menjelaskan investasi pembelian 350 menara tersebut.
”Misalnya, satu menara harganya Rp 1 miliar, tentu ada biaya-biaya lain. Minimal, ya harus disediakan Rp 350 miliar,” kata dia.
NI mengembangkan portofolio pada lima sektor infrastruktur secara terintegrasi, yakni jalan tol, penyediaan air bersih, pelabuhan, energi terbarukan, dan menara telekomunikasi.
Perkembangan bisnis NI sejalan dengan kinerja perusahaan. Dalam tiga tahun terakhir, pendapatan NI tumbuh 126,98 persen dari Rp 187,618 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 425,861 miliar pada tahun 2013. Pada triwulan I-2014, NI membukukan laba bersih Rp 27,1 miliar, melonjak 296,8 persen dibandingkan triwulan I-2013. (ARN)
Kompas 21072014 Hal.18