Mandatory Biodiesel 20% Hemat Devisa US$ 8 Milyar

JAKARTA – Pemerintah akan meningkatkan pencampuranbiofuel atau bahan bakar nabati (BBN) dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar (biodiesel) dari saat ini 10%menjadi 20% pada 2016. Mandatori biodiesel 20% (B20) ini akan menekan impor BBM sebanyak 20% pada 2016 dan menghemat devisa sekitar US$ 8 miliar.
Untuk memastikan penerapan B20 tidak bermasalah pada kendaraan telah dilakukan uji jalan (road test) pe­ manfaatan B20 pada enam kendaraan, Kamis (17/7). Jarak tempuh keenam kendaraan itu mencapai 500 kilomter per hari dengan rute dari kantor BPPT Serpong-Tol Jagorawi-PuncakCianjur-Padalarang-Cileunyi-Ban­ dung-Lembang-Subang-CikampekPalimanan-Karawang-Cibitung-dan kembali ke Serpong. Melalui road test ini diharapkan dapat diketahui kinerja mesin kendaraan terhadap pencampuran B20. Program B20 ini merupakan cara pemerintah untuk mengurangi impor BBM yang mencapai 500 ribu barel per hari (bph).
Program ini juga akan menekan subsidi BBM. APBN Perubahan 2014 menetapkan subsidi energi Rp 350,31 triliun atau mem­ bengkak 24% dari APBN 2014 yang sebesar Rp 282,1 triliun. Subsidi terse­ but terdiri atas subsidi BBM sebesar Rp 246,49 triliun serta subsidi listrik Rp 103,81 triliun.
Menteri ESDM Jero Wacik menga­ takan, konsumsi BBM nasional bakal mencapai 1,5 juta bph dan diperkira­ kan terus meningkat. Namun, di sisi lain, kemampuan produksi minyak bumi cenderung menurun dan kapa­ sitas kilang pun masih terbatas.
“Dengan biodiesel ini penghematan impor solar mencapai 20%. Sekarang kami uji cobakan dulu, kalau sudah baik hasilnya akan diterapkan,” kata Wacik pada acara peresmian road test kendaraan yang menggunakan bio­ diesel 20%, di Jakarta, Kamis (17/7).
Wacik menjelaskan, program pen­ campuran BBN ke solar bukanlah pertama kali dilakukan, tapi sudah berlangsung sejak 2013. Namun, besaran pencampurannya hanya 10%. Sesuai Permen ESDM No. 25 Tahun 2013 tentang Percepatan Peman­ faatan BBN, mandatori pemanfaatan biodiesel pada kendaraan bermotor ditargetkan mengandung 20% fatty acid methyl esther (FAME) atau B20 pada 2016.
Menteri ESDM mengajak ma­sya­ rakat dan produsen kendaraan turut andil dalam menekan impor BBM. Menurut dia, mengurangi impor BBM bukan tanggung jawab pemerintah saja. Produsen kendaraan bermotor yang tergabung dalam Gabungan In­ dustri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga bisa memproduksi mobil hemat BBM. “Gaikindo jangan cuma jual mobil. Tapi ikut memikirkan juga. Kalau kendaraan boros itu mem­ bebani subsidi,” ujar dia.
Dia memaparkan, biaya produksi BBM mencapai Rp 10.500 per liter, namun harga jualnya Rp 6.500 per liter untuk BBM jenis premium dan Rp 5.500 per liter untuk solar. Nega­ ra menyubsidi selisih antara biaya produksi dan harga jual tersebut. Namun, Wacik menyayangkan sub­sidi BBM itu tidak tepat sasar­ an karena pembelinya merupakan kalangan masyarakat menengah ke atas. “Negara wajib memberi subsidi kepada rakyat yang tidakmampu. Tapi ini yang punya mobil lima unit, mobil mewah, kita subsidi. Ini keliru. Orang kaya disubsidi,” tegas dia.
Program road test ini merupakan hasil kerja sama Kementerian ESDM, Gaikindo, PT Per tamina, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) serta pemangku kepentingan lainnya.
Dalam road test ini, Gaikindo me­ min­jamkan 6 unit kendaraan roda em­ pat. PT Pertamina menyediakan solar sesuai kebutuhan selama pengujian beserta fasilitas pendukungnya. BPPT menyediakan fasilitas pencampuran dan pengisian bahan bakar, pengu­ jian mutu bahan bakar dan pengujian kinerja mesin kendaraan bermotor. Sedangkan Aprobi menyediakan bio­ disel sesuai kebutuhan selama masa pengujian.
Potensi dan Penghematan
Sementara itu, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, Indonesia memiliki potensi bahan baku biodiesel yakni minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang sangat besar. Produksi CPOmencapai sekitar 30 juta ton per tahun dengan jumlah ekspor sekitar 20 juta ton per tahun. Secara hitungan kasar, 1 juta ton CPO per tahun dapat diolah men­ jadi 20 ribu barel biodiesel per hari.
“Oleh karena itu, untuk mengu­ rangi ketergantungan imporBBMperlu dipercepat pemanfaatanBBN,” jelas dia. Rida menuturkan, uji jalan ini untuk mendapatkan rekomendasi teknis guna mendukung keberhasilan im­ plementasi B20. Diharapkan, hasil uji jalan ini dapat merepresentasikan kondisi riil di lapangan sehingga rekomendasi teknis yang diberikan pun tepat sasaran.
Dia menerangkan, pemilihan rute road test dengan mempertimbangkan kondisi riil jalan seperti jalan bebas hambatan, jalan dengan lapisan be­ ton, jalan dengan medan menanjak maupun menurun, lalu lintas padat maupun kondisi jalan dengan suhu dingin seper ti di daerah Puncak. “Kalau ada permasalahan maka mesin kendaraan perlu dimodifikasi agar implementasinya baik,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, penggunaan B20 juga menyasar kendaraan di sek­ tor pertambangan. Asosiasi Industri Alat Besar Indonesia (Hinabi), Aso­ siasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) dan Hino berinisiatif me­ lakukan pengujian pemanfaatan B20 pada alat berat dan kendaraan besar.
“Kami mendorong industri kenda­raan bermotor dan alat besar untuk menghasilkan teknologi mesin yang dapat menggunakan BBN dengan campuran di atas 20-100% (B20B100),” jelas dia.
Program B20 merupakan kelanjut­ an dari program B10 yang sedang dijalankan saat ini. Sebelumnya, Rida mengatakan, tahun ini ditargetkan penghematan devisa dari program B10 mencapai US$ 4 miliar.
“Penghematan devisa ini didapat ka­ rena impor solar dapat dikurangi 10%, karena BBN-nya dihasilkan di dalam negeri, dari kebun sawit,” ujar dia.
Menurut Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Dadan Kusdiana, penyerapan biodiesel tahun ini ditargetkan menca­ pai 4 juta kilo liter. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan 2013 yang terserap sebanyak 1,07 juta kl, atau pada 2012 terserap sebanyak 669.000 kl.
Pertamina Siap
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Per tamina (Persero) Hanung Bu­dya mengatakan, pihaknya siap menjalankan kebijakan pemerintah terkait kandungan nabati dalamBBM. Pertamina siap melakukan kebijakan kandungan BBN harus dinaikkan menjadi 20% dari posisi saat ini 10%.
“Kalau hasil uji coba yang sedang berjalan ini berhasil, kemudian peme­ rintah menetapkan mandatori, kami siap laksanakan,” kata dia.
Menurut dia, mandatori harus ada agar Pertamina bisa menaikkan porsi nabati dalam BBM. Pasalnya, masyarakat akan protes jika kandung­ an nabati dalam BBM dinaikkan be­ gitu saja oleh Pertamina. “Harus ada ketetapan yang mendasari keputusan itu. Pertamina tidak bisa paksakan,” tambah dia.
Pertamina, lanjut Hanung, saat ini masih melanjutkan lelang pengadaan BBN tahap ketiga. Dari kebutuhan BBN sekitar 2,6-2,7 juta kiloliter (kl), lelang ketiga ini untuk mengamankan pasokan sebesar 1 juta kl, utamanya untuk memenuhi kebutuhan di In­ donesia Timur. Pasokan ini dengan asumsi mandatori BBN 10%.
Pertamina optimistis bisa menga­ mankan kebutuhan pasokan tersebut. “Penawaran harga sudahmasuk, seka­ rang masih negosiasi. Kemungkin­an bisa segera diumumkan minggu depan,” kata dia. (jn)
Investor Daily, Jumat 18 Juli 2014, hal. 1

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment