Bisnis Alat Berat Terkena Dampak Kenaikan Tarif Royalti

JAKARTA – Jika pemerintah tetap me­ naikkan tarif royalti batubara, dipastikan banyak yang akan terdampak dari rencana tersebut. Selain produsen batubara kecil yang diperkirakan banyak yang akan gulung tikar, rencana tersebut juga berdampak pada bisnis perusahaan yang menjual alat-alat berat serta perusahaan pembiayaan alat-alat berat yang cenderung melemah.
Sektor per tambangan yang selama ini menjadi bisnis primadona terlihat melemah sejak 2013 yang terus berlanjut hingga perte­ ngahan tahun 2014. Salah satu penyebabnya adalah harga batubara yang belum kunjung membaik dan. beberapa kebijakan di sektor pertambang­an juga turut membuat sektor ini kehilangan gairah. Salah satunya regulasi hilirisasi mineral yang melarangan ekspor barang mineral yang diimplementasikan pada awal 2014.
Kinerja kurang menarik dari industri pertambangan ini tentu saja berimbas pada penjualan alat berat. Kondisi ini semakin diperparah jika pemerintah menaikkan tarif royalti batubara. “Meski tidak secara langsung kondisi tersebut berimbas pada penjualan alat berat yang mengalami tekanan khusus di sektor pertambangan pada tahun ini,” ujar Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis di Jakarta pada Selasa (15/7).
Sara mengakui bahwa dirinya belum memi­ liki data konkret mengenai dampak dari ren­ cana penaikan tarif royalti batubara. Pasalnya, semua tergantung dari rencana produksi dari produsen batubara. “Bagi kami yang menjual alat-alat berat, dampak tersebut terasa tidak secara langsung. Yang pasti, kondisi saat ini, kami hanya mengganti alat-alat berat yang sudah usang,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah tetap mengusung rencana kenaikan tarif royalti batubara, sete­ lah sempat menunda rencana ini beberapa waktu lalu. Saat ini, rumusan rencana tersebut tengah dituntaskan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan akan segera disampaikan ke Menteri Koordinator Perekonomian.
Rumusan Kementerian ESDMmenyepakati untuk mengerek besaran tarif royalti secara progresif ketika harga batubara acuan (HBA) menembus US$ 80 per ton akan dikenakan pungutanwindfall (keuntungan).
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9/2012 tentang Penerimaan Negara Non-Pajak di Ke­ menterian ESDM menetapkan beberapa tarif royalti batubara. Tarif royalti batubara untuk izin usaha pertambangan (IUP) berkalori rendah atawa di bawah 5.100 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) sebesar 3% dari harga jual. Tarif royalti batubara kualitas sedang kadar 5.100 kkal/kg hingga 6.100 kkal/kg sebesar 5% dari harga jual.
Sedangkan tarif royalti batubara kualitas tinggi atau di atas 6.100 kkal/kg mencapai 7% dari harga jual. Sementara, tarif royalti plus pengembangan batubara pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dipungut rata 13,5% dari harga jual.
Dengan kondisi seperti itu, lanjut Sara, tahun ini United Tractors telah mengalihkan fokus penjualan ke sektor di luar mining, yakni konstruksi, perkebunan dan kehutanan. Pe­ng­ alihan ini tak lepas dari kondisi tahun 2013 lalu dimana United Tractors hanya menjual 4.200 unit alat-alat berat.
Karena itu, kata Sara tahun ini tidak ada target pertumbuhan penjualan alat-alat berat di sektor mining. Sedangkan untuk sektor di konstruksi, perkebunan, dan kehutanan ditargetkan akanmengalami kenaikanmasingmasing sebesar 5%.
Dari penjelasan Sara di atas menunjukkan bahwa kinerja sektor pertambangan yang melemah ini sangat dirasakan oleh pada penjualan alat berat. Kondisi ini, tentu akan berimbas pula pada bisnis pembiayaan alat berat. Tahun lalu, data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia menunjukkan bahwa bisnis pembia­yaan alat berat turun hingga 35%. Sedangkan tahun ini, banyak yang mem­ prediksi akan ada penurunan yang cukup besar, meski ada harapan pertumbuhan di kisaran 30-35%.
Di sisi lain, data asosiasi juga memperlihat­ kan bahwa sejak 2011 hingga saat ini pembia­ yaan alat berat untuk sektor pertambangan ma­sih dominan. Bahkan pada 2011 dan 2013 me­nguasai lebih dari 50% pembiayaan alat be­rat. Namun, seiring meredupnya sektor pertambangan sejak 2013, dominasi tersebut mulai turun meski tidak signifikan. Pasalnya, kue di sektor lain belummampumenggantikan pendapatan di sektor pertambangan.
Kondisi ini membuat masing-masing peru­ sahaan pembiayaan telah menyiapkan strategi khusus. Ada yang masih tetap konsisten de­ ngan syarat konsumen mempunyai alternatif ke sektor lain. Atau tetap membiayai alat berat di sektor pertambangan tetapi dengan hitung­ an resiko yang terukur. (es)
Investor Daily, Kamis 17 Juli 2014, hal. 9

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment