Investasi 300 Trilyun: Giant Sea Wall Segera Dibangun

JAKARTA – Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara dengan investasi Rp 300 triliun dimulai tahun depan, yang terdiri atas reklamasi pantai utara Jakarta (tahap I), konstruksi tanggul terluar (tahap II), dan tembok laut raksasa atau giant sea wall (tahap III). Tujuh perusahaan siap mengembangkan 17 pulau buatan di kawasan reklamasi seluas 5.153 hektare.
Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (National Capital Integrated Coastal Development/NCICD) itu merupakan proyek PemerintahProvinsiDKI Jakartadanpemerintah pusat. Berdasarkan masterplan yang diserahkan Menteri Belanda Melanie Schultz van Haegen kepada Menteri Pekerjaan Umum Indonesia Djoko Kirmanto, total investasinya diperkirakan US$ 24,7 miliar atau sekitar Rp 300 triliun.
Jutaan meter kubik pasir akan dikeruk dari Sumatera untuk reklamasi pantai, guna membangun 17 pulau buatan. Pulau-pulau itu merupakan bagian dari rencana pengembang­ an kawasan mandiri terpadu, yang terdiri atas pusat niaga, permukiman, dan pariwisata di Jakarta. Konstruksi fisik pulau diperkirakan memakan waktu 1-2 tahun, sedangkan pengembanganmenjadi kawasan yang lengkap dengan permukiman, gedung, jalan, dan infrastruktur lain selesai tahun 2030.
“Secara keseluruhan, program NCICD itu nantinya meliputi reklamasi pantai, pengembangan kota baru Jakarta, giant sea wall, pengembangan pelabuhan, penger ukan sungai, dan pembuatan waduk,” kata Kepala Subdirektorat Perkotaan Ditjen Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Eko Budi Kurniawan di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, pengembangan lahan di atas laut (reklamasi) bagi Provinsi DKI Jakarta sangat penting. Selain untuk pembangunan kota baru Jakarta yang kini sudah terbatas lahannya, reklamasi berfungsi menahan rob atau banjir besar yang datang dari laut. Aneka infrastruktur baru juga dapat dibangun, mulai dari pelabuhan dalam atau deep sea port, penampung air, bahkan bandara. Sedangkan bagian selatan Jakarta dapat digunakan sebagai wilayah konservasi.
Sementara itu, giant sea wall akan menjadi bagian terakhir dari rangkaian proyek ini dan berlokasi di sisi terluar yang akan menjadi pelindung 17 pulau di dalamnya. Giant sea wall di bagian terluar berfungsi menahan ombak, menahan abrasi di pantai.
Dinding laut ini mengikuti bentuk cekungan garis kedalaman laut di Teluk Jakarta yang terbentuk secara alami, yang memberi kesan seperti bentuk sayap yang sedang mengembang. Bila dilihat dari atas, dinding raksasa ini akan terlihat seperti burung garuda yang sedang terbang.
Kepala Bagian Penataan Ruang Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Benny Agus Candra mengatakan, saat ini sudah banyak pihak swasta yang menyatakan minat untukmenggarapmegaproyek tersebut. “Program ini telah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Kami telah memperoleh komitmen dari tujuh pengembang untuk menggarap 17 pulau yangmasuk dalamproyek reklamasi tersebut,” katanya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Para pengembang tersebut adalah PT Muara Wisesa Samudra dari Agung Podomoro Group yang akan menggarap satu pulau, PT Pembangunan Jaya Ancol empat pulau, PT Kapuk Naga Indah lima pulau, dan BUMN PT Pelindo satu pula. Selain itu, PT Jakarta Propertindo siap menggarap dua pulau, PT Manggala Krida Yuda satu pulau, dan PT Saladri Ekapaksi satu pulau. Sedangkan dua pulau belum ada investornya.
“Yang Kapuk Naga Indah, yang sudah pasti tiga pulau. Yang dua lagi masih perdebatan apakah masuk Jakarta atau Tangerang, jadi belum bisa dipastikan,” kata Benny.
Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) Gatot Setyo Waluyo mengatakan, izin prinsip untuk memulai pengerjaan proyek pengembangan reklamasi 17 pulau buatan di Teluk Jakarta sudah keluar. Sayangnya, pengerjaan konstruksi belum bisa dilakukan karena masih menunggu izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Akibat izin Amdal belumdikantongi, PT Pembangunan Jaya Ancol saat ini hanya bisa melakukan persiapan awal reklamasi tersebut. Pihaknya sudah mulai meninggikan tanggulnya, sehingga begitu izinnya keluar proyek bisa dijalankan.
Hal senada disampaikanmanajemen PT Intiland Development Tbk (DILD). Sekretaris Perusahaan Intiland Theresia Rustadi mengatakan, saat ini pihaknya tengah memproses izin Amdal untuk dapat memulai reklamasi di Teluk Jakarta.
Dia mengatakan, PT Intiland memiliki hak pengembangan 1 pulau seluas 63 hektare, melalui anak usaha PT Taman Harapan Indah. “Izin prinsip memang sudah, tapi Amdal belum, masih proses. Diharapkan tahun 2015 awal sudah bisa mulai konstruksinya. Perkiraan pembangunan 1-2 tahun, untuk pulaunya saja. Sekarang masih tahap persiapan saja,” tutur Theresia.
Terhubung dengan Daratan
Eko Budi Kurniawan menjelaskan, para pengembang itu akan membangun 17 pulau buatan yang saling terhubung dengan daratan. Proyek ini akan menambah luas daratan di wilayah pantai utara Jakarta yang cukup luas.
“Kami akan arahkan untuk pengembangan ke kawasan pantai utara Jakarta dengan jarak 32 km mulai dari bibir pantai. Proyek reklamasi ini akan menghasilkan 17 pulau buatan yang berlokasi dekat bibir pantai, yang diberikan nama berdasarkan alfabet dari A sampai Q,” katanya.
Benny memaparkan, bila proyek tersebut telah rampung, secara ke­ seluruhan akan dimungkinkan untuk pengembangan kawasan baru terintegrasi dengan berbagai fasilitas. Selain bisa dibangunkan proper ti dan dibuatkan jalan, ada fasilitas lain seperti ruang terbuka hijau dan pantai untuk publik.
“Pulau-pulau ini nantinya akan menjadi kawasan penunjang kota Jakarta yang sudah terlalu padat,” paparnya. Ia menjelaskan, secara khusus, setiap pulau memiliki fungsi utamanya masing masing. Misalnya pusat kegiatanpremier yang terdiri atas kegiatan perdagangan, jasa, lembaga keuangan, meeting, incentives, convention and exhibition (MICE), dan pariwisata berskala internasional dipusatkan di Pulau J.
“Kita butuh ruang pameran yang sangat besar yang berskala internasional, kita belum punya itu,” kata Benny. Pusat kegiatan tertier seperti perdagangan dan jasa serta rekreasi di subsektor kawasan barat dan tengah dipusatkan di pulau E dan M. Sementara itu, pembangunan dermaga penyeberangan ke Kepulauan Seribu dapat dikembangkan pada pulau F dan J.
Untuk pengolahan sampah terpadu akan disediakan tempat penampungan sementara (TPS) di masing-masing pulau, namun untuk pengolahannya dipusatkan di pulau O. Sebagai penyeimbang lingkungan akan dibangun kawasan mangrove yang berada di kawasan selatan pulau C, D, dan E. Sedangkan kawasan industri dan perdagangan pada kawasan ekonomi khusus (KEK) akan dipusatkan di pulau O, P, dan Q.
“Di tiga pulau itu akan dibangun pergudangan dan pelabuhan yang besar, untuk menunjang kinerja Pelabuhan Tanjung Priok,” sambung Benny Sedangkan untuk kawasan pelayanan umum seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya, dan olahraga dialokasikan pada pulau O.
Eko Budi Kurniawan mengatakan, proyek reklamasi 17 pulau buatan di lepas pantai utara Jakarta itu diharap­ kan menya­ingi keberadaan Palm Island di Dubai dan berbagai kawasan lain di berbagai negara, yang juga merupakan daratan baru hasil reklamasi pantai. “Ini akan menjadi waterfront city yang bisa dimanfaatkan dengan baik untuk bisnis permukiman dan pariwisata.
Ini bisa menjadi land mark baru Jakarta yang bisa bersaing di tingkat dunia,” tutur dia.
Investor Daily, Selasa 15 Juli 2014, hal. 1

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Leave a Comment