JAKARTA, KOMPAS — PT Pertagas Niaga, anak usaha PT Pertamina Gas, siap mengelola proyek jaringan gas rumah tangga di Blora, Jawa Tengah, jika diberi kepercayaan pemerintah. Pertagas Niaga sudah berpengalaman melaksanakan proyek gas perkotaan di Prabumulih, Sumatera Selatan, dan Jambi. Namun, perlu ada penyesuaian harga jual gas agar perusahaan mendapat untung.
Menurut Direktur Utama Pertagas Niaga Jogi Prajogio, sampai saat ini penunjukan Pertagas Niaga untuk mengelola jaringan gas rumah tangga di Blora oleh pemerintah baru sebatas wacana. Belum ada kesepakatan resmi hitam di atas putih mengenai penunjukan tersebut. Namun, ia menyatakan, pihaknya siap jika dipercaya pemerintah untuk melaksanakan proyek tersebut.
”Kami sudah memiliki pengalaman dalam pengelolaan gas perkotaan di Prabumulih dan Jambi. Jika ditunjuk untuk mengelola jaringan gas rumah tangga di Blora, kami siap. Hanya, perlu penyesuaian harga jual gas menuju harga keekonomian,” kata Jogi di Jakarta, Senin (14/7).
Jogi mencontohkan, proyek jaringan gas rumah tangga di Prabumulih saat ini dinikmati sekitar 4.600 rumah tangga. Adapun harga jual gas untuk kategori rumah tangga 1 adalah sekitar Rp 3.200 per meter kubik. Harga jual dan jumlah konsumen sebanyak itu belum mencapai harga keekonomian yang menguntungkan.
”Kami berencana menambah konsumen rumah tangga sampai mencapai 10.000 unit. Dana untuk pembangunan infrastruktur sudah digelontorkan di Prabumulih sekitar Rp 30 miliar,” ujar Jogi.
Menurut dia, bisnis jaringan gas rumah tangga bergantung pada kepadatan rumah tangga konsumen, jumlah rumah tangga, dan harga jual gas. Jika kepadatan rumah tangga konsumen tinggi, ongkos pembangunan pipa gas bisa lebih murah. Di samping itu, idealnya harga jual gas untuk kategori rumah tangga 1 adalah Rp 4.000 per meter kubik.
”Dengan harga Rp 4.000 per meter kubik, bisa dikatakan akan mendapatkan hasil yang positif. Lagi pula, dengan rata-rata pemakaian 15 meter kubik per bulan, harga belinya tidak terlalu memberatkan konsumen, yaitu sekitar Rp 60.000 per bulan,” ucap Jogi.
Siap bekerja sama
Secara terpisah, Direktur PT Blora Patra Energi Christian Prasetya mengemukakan, BUMD Kabupaten Blora telah siap bekerja sama mengelola jaringan gas rumah tangga. Pasalnya, berdasarkan surat Direktorat Jenderal Migas, Blora mendapat bagian 5 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dari kilang gas PT Pertamina EP di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan.
”Dari perkiraan total produksi sumur gas di Desa Sumber 65 MMSCFD, Blora mendapat 5 MMSCFD. Sisanya 60 MMSCFD akan dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Tambaklorok, Semarang,” kata Christian.
Menurut dia, 1 MMSCFD akan digunakan untuk menyediakan jaringan gas bagi 4.000 keluarga di kawasan ring satu pengembangan gas tersebut. Salah satu lokasinya berada di Desa Sumber.
Adapun 4 MMSCFD akan dimanfaatkan untuk gas alam bertekanan (CNG). ”Kami berharap jaringan gas tersebut segera terealiasi dan dioperasikan. Terkait dengan harga gas, kami berharap disesuaikan dengan tingkat ekonomi masyarakat setempat,” ujarnya. (APO/HEN)
Kompas, Selasa 15 Juli 2014, hal. 20