Pandemi Covid-19 membuat banyak orang tergopoh-gopoh. Mereka yang terbiasa bertemu di mal berusaha menahan diri. Ada pula yang terbiasa rapat berlama-lama dan beramai-ramai di kantor kini rapat dan berdiskusi secara virtual. Tujuannya, mencegah penularan Covid-19.
Masyarakat dipaksa beradaptasi dengan teknologi secara cepat. Pada masa pandemi, teknologi seolah menjawab persoalan akibat perjumpaan yang tertunda atau rapat yang terbatasi. Adapun teknologi yang sudah diadopsi sejumlah sektor melaju kian cepat.
Di sektor jasa keuangan, layanan yang menggunakan teknologi kian akrab digunakan masyarakat. Industri perbankan berlomba-lomba menyediakan layanan berbasis teknologi untuk mengatasi persoalan, memudahkan transaksi, dan menekan biaya operasi. Penyediaan layanan perbankan elektronik yang bisa diakses melalui gawai, misalnya, memecahkan persoalan masyarakat yang kesulitan datang ke kantor cabang bank untuk bertransaksi. Layanan ini juga memudahkan masyarakat mengirim uang dari mana pun dan kapan pun. Bagi bank, layanan ini bisa menekan biaya operasional karena bisa mengurangi jumlah kantor bank yang mesti dioperasikan.
Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan, jumlah kantor bank terus berkurang. Penyebabnya, selain jumlah bank yang berkurang, bank juga tak lagi ekspansif membangun kantor. Pada 2016, sebanyak 116 bank umum di Indonesia mengoperasikan 32.720 kantor. Jumlah ini menyusut menjadi 110 bank dengan 30.763 kantor pada September 2020. Ekspansi bank justru dialihkan ke layanan platform teknologi dan digital. Bank tidak hanya jadi penonton perlombaan teknologi digital yang diikuti pelaku berbagai industri. Bank juga jadi pesertanya.
Bank tidak hanya jadi penonton perlombaan teknologi digital yang diikuti pelaku berbagai industri.

Layanan lain yang tak kalah cepat berkembang adalah jual-beli. Penyedia platform digital pasar dalam jaringan mengajak serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta produsen besar untuk bergabung. Penyedia platform ini bagaikan toko serba ada berukuran tak terbatas, yang memungkinkan konsumen menjelajahi rak dan etalase sepuasnya. Jika sudah menemukan hal yang cocok, konsumen tinggal memilih barang, lalu membayarnya. Pada saatnya, barang akan tiba di pangkuan konsumen.
Ada pula layanan yang menyediakan pengiriman barang yang khusus membidik UMKM produsen. Layanan ini menjemput barang yang akan dikirim UMKM, kemudian memproses pengiriman barang hingga tiba di tujuan. Pengirim tak perlu repot-repot menelepon karena penyedia layanan sudah memiliki aplikasi yang bisa diakses melalui telepon seluler. Bahkan, pengirim bisa memantau posisi barang dalam proses pengiriman.
Baca juga : Dompet Digital Melaju di Era Pandemi Covid-19
Peran teknologi digital kian masif pada masa pandemi Covid-19. Berdasarkan riset E-conomy SEA 2020 yang dirilis Google, Temasek, serta Bain & Company, lima sektor memimpin sektor ekonomi digital, yakni perdagangan secara elektronik, transportasi dan makanan, perjalanan dalam jaringan, media dalam jaringan, dan layanan keuangan. Riset di enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Vietnam, Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia, ini juga menyebutkan, dua layanan ekonomi digital tumbuh cepat pada masa pandemi, yakni kesehatan dan pendidikan, yang diakses melalui teknologi.
Hasil riset menunjukkan, pandemi Covid-19 mempercepat konsumsi layanan digital masyarakat. Selama masa pandemi, setidaknya ada satu pengguna baru dari setiap tiga pengguna internet. Di enam negara itu, ada 40 juta pengguna baru internet pada 2020. Jumlah ini menambah jumlah pengguna internet yang sebanyak 360 juta pengguna pada 2019.
Hasil riset menunjukkan, pandemi Covid-19 mempercepat konsumsi layanan digital masyarakat.

Khusus di Indonesia, ada 37 persen pengguna baru internet selama pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 44 persen di antaranya tinggal di wilayah kota besar dan 56 persen justru tidak berasal dari kota besar.
Hasil riset yang sama menyebutkan, masyarakat merasakan manfaat layanan digital dalam e-dagang, transportasi, makanan, pembiayaan, dan pendidikan. Bahkan, selepas pandemi, sebagian besar akan tetap menggunakan platform digital dalam berbagai layanan tersebut.
Baca juga : Memindahkan Kerumunan dari Tenda ke E-dagang
Bagi penyedia jasa, layanan digital menjadi salah satu modal untuk berlari cepat, bahkan terbang, demi merebut hati konsumen dan memenangi persaingan. Modal digelontorkan untuk menyiapkan dan memelihara layanan digital agar selalu unggul dan memuaskan konsumen.
Untuk mengucurkan modal, diperlukan visi dan misi bertahan dan menjadi pemenang di tengah perubahan dunia. Apakah siap?
KOMPAS, JUM’AT 11 Desember 2020 Halaman 9.