SEKAYU, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin merampungkan pembangunan instalasi pengolahan aspal karet berbasis lateks terpravulkanisasi berkapasitas 30 ton per hari. Pabrik aspal karet pertama di Sumatera Selatan ini diharapkan bisa membantu penyerapan serta meningkatkan nilai tambah karet petani.
Instalasi pengolahan aspal karet ini adalah hasil kerja sama Pemkab Musi Banyuasin, PT Jaya Trade Indonesia, dan Pusat Penelitian Karet. Pembangunannya adalah tindak lanjut uji coba aspal karet berbahan serbuk karet alam traktivasi (SKAT) di Kecamatan Sungai Lilin tahun 2018.
”Lateksnya dari kebun karet rakyat yang diolah menggunakan mesin sentrifugal. Kandungan lateks yang digunakan di pabrik ini sekitar 7 persen dari total hot mix yang dihasilkan. Hasil akhirnya adalah karet pekat yang bisa digunakan sebagai campuran aspal,” ujar Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin saat meresmikan pabrik dan uji gelar di Jalan Desa Muara Teladan, Kecamatan Sekayu, Senin (26/10/2020).
Baca juga : Pabrik Aspal Karet Dibangun Di Musi Banyuasin
Dodi mengatakan, produk ini cocok dikembangkan di Sumsel dan Musi Banyuasin. Total ada sekitar 300.000 hektar kebun karet di Musi Banyuasin. Semuanya dikelola 83.135 rumah tangga petani karet. Produk ini juga memiliki keunggulan lewat sifatnya yang lebih fleksibel sehingga cocok digunakan di Sumsel yang tanahnya relatif tidak stabil karena berawa.
Selain itu, pabrik ini juga dibuat untuk menindaklanjuti Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat. Salah satu bahasannya, daerah sentra produksi karet harus menggunakan aspal berbahan karet. ”Produk aspal karet di sini sudah memiliki pasar yang cukup besar,” ucapnya.
Dodi mengatakan, selain jalan desa dan kabupaten, selanjutnya aspal karet juga akan digunakan untuk pembangunan tol dan jalan nasional yang melintasi Musi Banyuasin. Tahun depan, sebanyak 50 persen dari anggaran perawatan jalan juga ditargetkan menggunakan aspal karet.
Sejauh ini, Dodi menjabarkan, dari 88 Unit Pemasaran dan Pengolahan Bokar (UPPB) di Musi Banyuasin, UPPB Keluang sudah diberikan mesin sentrifugal. Kapasitas mesin itu sekitar 5 ton per hari. Nantinya, mesin yang sama akan diberikan pada UPPB Sekayu dan UPPB Babat Toman. ”Kami targetkan tahun depan Musi Banyuasin menjadi sentra produksi lateks di Sumsel,” ujar Dodi.
Selain itu, usaha ini juga diyakini bakal meningkatkan pendepatan petani karet. Harga karet yang semula hanya Rp 10.000 per kilogram bisa menjadi Rp 20.000 per kg. ”Lateks ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan sarung tangan, karet gelang, ataupun alat kontrasepsi,” ucapnya.
Peneliti aspal karet dari Pusat Penelitian Karet Hendri Prastanto mengatakan, dalam 1 km jalan dibutuhkan sekitar 45 ton aspal karet. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 3 ton lateks pekat yang digunakan. Dari sisi investasi, aspal karet memang jauh lebih mahal. Namun, dari ketahanan (usia jalan), aspal karet bisa jauh lebih lama.
”Terbukti pada uji gelar di Lido, Bogor, sampai tiga tahun tetap baik,” ujar Hendri. Terkait dipilihnya lateks sebagai bahan bakar pembuat aspal di Musi Banyuasin lantaran bahan itu yang tersedia. Jika menggunakan SKAT, harus mendatangkan ban dari Pulau Jawa.
Akan tetapi, masalahnya tidak berhenti di sana. Salah satu hal yang harus dibenahi adalah pola pikir masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan karet SIR 20 daripada menjadikannya bahan lateks. ”Saya butuh waktu setahun membina kelompok tani untuk menghasilkan lateks,” ucapnya.
Baca juga : Aspal Karet Mulai Digunakan
Ketua Asosiasi UPPB Musi Banyuasin Akhip Muzakki mengatakan, bukan hal mudah mengubah pola pikir masyarakat yang sudah terbiasa menyadap karet secara mingguan menjadi SIR 20. Ia mencontohkan, untuk membuat lateks, petani harus menyadap karet setiap hari.
”Pagi disadap, sore langsung diambil dalam bentuk cair,” ucapnya. Getah karet cair ini kemudian dicampur dengan amoniak agar tidak membeku. Untuk itu, petani membutuhkan bimbingan lebih lanjut agar dapat menghasilkan lateks berkualitas.
Gubenur Sumsel Herman Deru mengintruksikan agar jalan provinsi dan jalan kota/kabupaten di Sumsel menggunakan aspal karet dari Musi Banyuasin. Hal ini penting untuk menggairahkan petani karet di tengah keterpurukan harga.
Akan tetapi, dia meminta agar produksi karet tetap mengacu pada standar yang baik sehingga layak untuk digunakan. Selain itu, pihaknya juga akan membuat daerah pembuat lateks dan SIR 20 agar tidak ada tumpang-tindih pasar. ”Setiap produk karet ada pasarnya,” ucap Herman.
KOMPAS, SELASA, 27102020 Halaman 11.