PERTANIAN: Kolaborasi BUMN dan Usaha Rintisan Dongkrak Penyerapan di Tingkat Petani

JAKARTA, KOMPAS — Jaringan petani dan pergudangan yang dimiliki badan usaha milik negara di sektor pangan kini berpadu dengan ekosistem digital usaha rintisan yang meliputi akses permodalan dan pasar. Perpaduan ini dapat mendongkrak penyerapan gabah atau beras di tingkat petani yang diharapkan bermuara pada peningkatan kesejahteraan.

Nota kesepahaman antara PT Pertani (Persero) dan TaniHub Group yang ditandatangani 10 Agustus 2020 mencerminkan perpaduan itu. Kolaborasi yang bersifat bisnis ini diharapkan dapat menyerap lebih dari 150.000 ton beras per tahun di tingkat petani.

Sekretaris Perusahaan Pertani Muslih memperkirakan, penyerapan akan efektif pada musim panen terdekat, sekitar akhir Agustus 2020 hingga pertengahan Oktober mendatang. ”Kerja sama ini merupakan upaya untuk memberikan andil yang lebih besar sekaligus membantu petani dan kelompok tani,” katanya saat dihubungi, Selasa (11/8/2020).

Kerja sama ini merupakan upaya untuk memberikan andil yang lebih besar sekaligus membantu petani dan kelompok tani.

Menurut Muslih, penyerapan gabah dari petani akan mengikuti harga pasar. Sebagai entitas bisnis, perseroan telah mempertimbangkan struktur harganya dari segi proses pengeringan, penggilingan, penyosohan, dan pengemasan sehingga nantinya menghasilkan beras yang memberikan margin cukup.

Saat ini Badan Pusat Statistik mencatat, rata-rata harga gabah kering panen di tingkat petani Rp 4.788 per kilogram pada Juli 2020.

Baca juga: Petani Butuh Jaminan Penyerapan

Sebelum ada nota kesepahaman ini, perusahaan telah membeli gabah dari petani rata-rata 120.000 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp 400 miliar. Gabah yang dibeli itu setara dengan 40.000 ton beras dan 30.000 ton benih.

Nota kesepahaman ini juga mencakup akses permodalan bagi petani binaan Pertani melalui skema TaniFund. Selain itu, beras yang diserap dari petani beserta produk Pertani lainnya dapat dipasarkan ke konsumen melalui kanal e-dagang milik TaniHub Group.

Muslih menilai, solusi pertanian dari hulu ke hilir, mulai dari pembiayaan kepada kelompok tani untuk produksi hingga pemasaran melalui TaniHub membuat perseroan tertarik berkolaborasi.

”Kami juga terbuka bekerja sama dengan pihak lain. Kami berharap, kolaborasi ini dapat menarik minat generasi muda untuk mau menggeluti pertanian serta menunjukkan pertanian dapat dikelola secara modern mulai dari budi daya hingga pemasaran,” tuturnya.

Direktur TaniSupply Sariyo mengatakan, kerja sama ini memanfaatkan jaringan pergudangan yang dimiliki Pertani. Selain itu, Pertani juga berpengalaman dalam pengadaan produk dari petani serta bekerja sama dengan kelompok tani dan gabungannya.

”Ke depan, nota kesepahaman ini diharapkan dapat diperluas untuk komoditas pertanian lain, salah satunya jagung,” ujarnya.

Baca juga: Realokasi Anggaran Pertanian Belum Berdampak ke Petani Kolaborasi antara BUMN di sektor pangan dan usaha rintisan di bidang pertanian merupakan bentuk upaya digitalisasi rantai pasok.

Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan, kolaborasi antara BUMN di sektor pangan dan usaha rintisan di bidang pertanian merupakan bentuk upaya digitalisasi rantai pasok. Model bisnis ini diharapkan menjadi inspirasi para pelaku usaha di sektor yang sama.

Selain itu, kerja sama ini juga mentransformasi beras dari komoditas menjadi produk bisnis. ”Kalau sebagai komoditas, beras tidak dilihat spesifikasinya secara rinci. Sebaliknya, sebagai produk bisnis, beras dilihat dari spesifikasinya sehingga berdampak pada peningkatan mutu. Petani pun mendapatkan apresiasi (berupa harga yang lebih baik) karena memproduksi gabah/beras dengan mutu tertentu,” tuturnya.

KOMPAS, RABU, 12082020 Halaman 5.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.