JAKARTA, KOMPAS–Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia mengimbau umat Islam untuk dapat merayakan Idul Adha 1441 Hijriah, Jumat (31/7/2020) lusa, dengan protokol kesehatan. Langkah itu penting demi menekan potensi penularan Covid-19, terutama saat pelaksanaan salat berjemaah dan pemotongan serta pembagian hewan kurban.
Direktur Jenderal Bina Kemasyarakatan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin, saat dihubungi, di Jakarta, Selasa (28/7/2020), mengungkapkan, panduan salat dan pemotongan hewan kurban telah disosialisasikan melalui melalui struktur organisasi Kemenag hingga tingkat bawah dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 setiap daerah. Hal serupa disampaikan lewat akun-akun media sosial Kemenag, seperti Instagram, Twitter, dan Facebook.
Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi menerbitkan Surat Edaran Nomor 18 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Tahun 1441 H/2020 M. Ibadah dilaksanakan di daerah aman dari penyebaran Covid-19. Sebelum salat, panitia menyemprot tempat ibadah dengan disinfektan, menyediakan cairan pembersih tangan, mengecek suhu tubuh jemaah, dan membuat pembatas jarak antarjemaah. Jemaah mengenakan masker. Salat dan khotbah diharapkan berlangsung singkat, tanpa mengurangi ketentuan syarat dan rukunnya.
Pemotongan hewan kurban di tempat yang memungkinkan pembatasan jarak fisik dan hanya dihadiri panitia atau orang yang berkurban. Setiap masjid penyelenggara membentuk tim yang memastikan penerapan protokol Covid-19.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) M Asrorun Ni’am Sholeh, dalam konferensi pers virtual, mengatakan, ibadah Idul Adha harus tetap menjaga protokol kesehatan sesuai kondisi faktual terkait sebaran Covid-19. “Jika tempat tinggalnya termasuk kategori risiko penularan tinggi, sebaiknya salat tetap dilaksanakan di rumah bersama keluarga” tuturnya.
Penyembelihan hewan kurban dihindarkan dari kerumunan orang. Optimalkan waktu pemotongan selama empat hari, yakni setelah salat Id pada 10 Zulhijah atau Jumat (31/7) sampai sebelum magrib pada 13 Zulhijah atau Senin (3/8).
Imbauan juga disampaikan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini. “Di zona-zona yang dimungkinkan, silakan salat Idul Adha dengan menjaga jarak dan menggunakan masker,” katanya.
“Lebih diutamakan agar umat salat Idul Adha di rumah masing-masing dengan anggota keluarga,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Menurut Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif, pembagian hewan kurban sebaiknya oleh panitia langsung diantarkan ke warga. Ini untuk mencegah kerumunan.
Lebih diutamakan agar umat salat Idul Adha di rumah masing-masing dengan anggota keluarga.
Antisipasi di daerah
Beberapa pemerintah daerah berusaha menjalankan protokol kesehatan saat Idul Adha. Pelaksana Bupati Sidoarjo, Jawa Timur, Nur Ahmad Syaifuddin, meminta pemerintah desa memperbanyak tempat salat agar masyarakat tidak terkonsentrasi di beberapa lokasi.
Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Airin Rachmi Diany memastikan tidak ada larangan bagi warga untuk melaksanakan salat Id di masjid, lapangan terbuka, atau mushala. Kendati demikian, jika memungkinkan, warga diimbau untuk salat Id di rumah masing-masing. ”Covid-19 ini belum ada vaksinnya. Mudah-mudahan tidak ada kluster baru,” katanya.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengajak masyarakat melaksanakan salat Id tidak hanya di masjid, tetapi juga di musala dan lapangan terbuka. Tujuannya agar kegiatan salat tidak terpusat di beberapa tempat saja.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya , Komisaris Besar Yusri Yunus, menyatakan polisi siap membantu pengamanan pengamanan serta pemantauan protokol kesehatan saat salat Id dan penyembelihan hewan kurban, asalkan lokasinya berada di zona hijau.
Kepala Kepolisian Resor Kota Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji berharap, takbir dapat dilakukan di masjid, musala, atau rumah dengan menerapkan protokol kesehatan. “Takbir keliling sebaiknya dihindari karena berpotensi memicu kerumunan massa,” katanya.
Moblitas warga
Dua hari jelang pelaksanaan Idul Adha, mobilitas warga antarkota masih terus berlangsung. Pantauan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa, cukup ramai aktivitas warga yang pulang kampung dengan menggunakan pesawat. Mereka mengaku leluasa bepergian karena syarat terbang lebih mudah, yaitu menyampaikan hasil tes cepat (rapid test) negatif dan mengunduh serta mengisi aplikasi Electronic-Health Alert Card (E-HAC).
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengingatkan, pergerakan warga antardaerah yang tidak terkontrol menjelang atau saat Idul Adha bisa memicu penularan Covid-19 antardaerah. “Potensi penularan tinggi, jika pergerakan warga tidak dibatasi,” katanya.