PASAR SAHAM: Investor Butuh Diyakinkan

JAKARTA, KOMPAS — Pasar modal dalam negeri kembali melemah pada penutupan perdagangan Rabu (18/3/2020). Ini mengindikasikan investor pasar saham dan uang masih perlu diyakinkan pemerintah dalam penanganan wabah Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru.

Meski sempat menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,83 persen ke level 4.330,67 sejalan dengan bursa saham regional Asia lainnya. Sepanjang Rabu, investor asing mencatatkan penjualan saham bersih senilai Rp 262,83 miliar di seluruh pasar.

Jika dihitung sejak awal Januari 2020, investor asing secara akumulasi telah melepas saham hingga Rp 8,81 triliun. Sementara kapitalisasi pasar mencapai Rp 5.027,273 triliun.

Anjloknya IHSG setelah sempat menunjukkan pergerakan positif pada perdagangan sesi pertama sejalan dengan bursa saham Nikkei 225 Jepang yang sempat bergerak di zona hijau sebelum ditutup melemah 1,64 persen pada hari ini. Hal serupa terjadi pada indeks saham Hang Seng Hong Kong yang sempat menguat sebelum kemudian anjlok 4,18 persen pada penutupan perdagangan.

Gejolak juga terjadi di pasar uang yang terefleksi dari nilai tukar rupiah yang berada di level Rp 15.222 per dollar AS pada perdagangan pasar spot Rabu sore. Nilai tukar rupiah itu melemah 0,33 persen dibanding nilai pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Adapun berdasarkan kurs referensi nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi Rp 15.223 per dollar AS, melemah dibanding posisi hari sebelumnya, yakni Rp 15.083 per dollar AS.

Chief Economist dan Analis Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menilai ekspektasi di pasar saham dan uang akan membaik kalau persepsi kekhawatiran investor terhadap pandemik Covid-19 menurun. Upaya ini membutuhkan upaya penanganan yang optimal dari pemerintah dengan diiringi stimulus fiskal yang masif.

”Realokasi anggaran kepada langkah-langkah penanganan Covid-19 sangat mutlak dilakukan. Alokasi pembangunan rumah sakit tambahan dan fasilitas adalah hal yang harus dilakukan dan harus diapresiasi juga langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah,” ujarnya.

Fakhrul menilai, dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah pandemik Covid-19 yang berkelanjutan, kebijakan fiskal akan menjadi jauh lebih penting. Permasalahan yang dihadapi dunia saat ini, dengan ataupun tanpa Covid-19, adalah adanya kelebihan pasokan (oversupply) dan rendahnya daya beli konsumsi (underconsumption).

Belum menenangkan

Adanya kejutan dari status pandemik Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan cenderung meningkatkan persepsi risiko ke arah yang kurang bagus. Sebab, prospek pendapatan emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia menurun karena wabah Covid-19.

”Untuk memperbaiki ini, kebijakan fiskal yang ekspansif diperlukan untuk mengiringi upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19 secara transparan. Hal inilah yang ke depannya akan terus menjadi perhatian pelaku pasar,” kata Fakhrul.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menilai upaya-upaya pemerintah menangani Covid-19 itu belum menenangkan pelaku pasar. Kepanikan masih akan sulit dihentikan. ”Satu-satunya cara membuat IHSG kembali sehat adalah dengan menghentikan kepanikan pasar,” ujarnya.

Di Filipina, regulator pasar modal Filipina sudah memelopori penghentian perdagangan sementara sejak awal pekan ini hingga Kamis (19/3/2020). Penghentian sementara dilakukan karena indeks saham Filipina sudah terkoreksi 31,73 persen sejak awal Januari 2020 hingga hari perdagangan terakhir.

”Penghentian sementara tidak menjamin saat pasar kembali dibuka, investor akan kembali masuk ke pasar dengan melakukan transaksi pembelian saham,” kata William.

Sumber: Kompas.com. Kamis, 19 Maret 2020.

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.