JAKARTA, KOMPAS — Perbankan mempertimbangkan dinamika eksternal dan internal, termasuk wabah Covid-19. Dampak merebaknya virus korona tipe baru terhadap berbagai sektor sudah dikaji, di antaranya pada sektor manufaktur.
Epidemi ini diperkirakan memengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia. Apalagi, China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Sejumlah bank sudah menetapkan strategi untuk menghadapi kondisi ini.
PT Bank Central Asia (BCA) Tbk akan meninjau kualitas nasabah (korporasi), sedangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk akan lebih hati-hati dalam berekspansi pada tahun ini.
”Penyebaran virus korona terjadi di tengah ketergantungan perekonomian dunia yang besar terhadap China,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja BCA di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
BCA memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini 5-7 persen secara tahunan.
Jahja mengatakan, bahan baku sejumlah industri bergantung pada China. Penurunan pasokan—akibat wabah Covid-19—berpotensi meningkatkan biaya produksi sehingga menekan profit.
Namun, Jahja meyakini, dampak ini tidak akan terjadi pada seluruh sektor industri.
Sementara Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo dalam paparan kinerja BNI di Jakarta, Kamis, menyampaikan, BNI sudah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi situasi terburuk.
”Pada dasarnya, kami akan melakukan ekspansi. Namun, ekspansi yang prudent, terutama di sektor-sektor yang terdampak,” ujarnya.
Anggoro menambahkan, BNI sudah mengkaji sektor yang kena dampak, antara lain sektor manufaktur, karena impor bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi dari China akan terganggu. Gangguan juga akan dialami sektor farmasi, kesehatan, dan kecantikan, serta sektor pariwisata, penerbangan, dan perhotelan.
Kinerja
BNI mengawali 2020 dengan pergantian direksi dan komisaris. Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Kamis, Herry Sidharta ditetapkan sebagai direktur utama. Ia menggantikan Achmad Baiquni yang berakhir masa tugasnya.
”Kami akan terus melanjutkan program kerja 2020 dan penguatan dari segi implementasi. Strategi diteruskan, tetapi implementasi kami perkuat supaya kami bisa mengejar ketertinggalan dan penetrasi pasar lebih kuat,” kata Anggoro.
RUPST memutuskan pembagian dividen Rp 3,85 triliun atau 25 persen dari laba bersih BNI pada 2019 yang sebesar Rp 15,38 triliun. Adapun 75 persen dari laba bersih, yakni Rp 11,54 triliun, ditetapkan sebagai laba ditahan.
Sementara, pada 2019, BCA menyelesaikan akuisisi Bank Royal. Direktur BCA Vera Eve Lim menyampaikan, Bank Royal akan bergerak di layanan keuangan digital, sesuai minat pasar generasi milenial.
Jahja menambahkan, belanja modal BCA pada tahun ini Rp 5,2 triliun, yang sebagian besar untuk invetasi teknologi digital. (LKT/JUD)
KOMPAS, 21022020 Halaman 13.