BADUNG, KOMPAS — Pesawat Lion Air jenis Boeing 744 nomor penerbangan JT-2633 B-744 yang terbang dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, menuju Harbin, Tiongkok, Selasa (9/2), ditolak melintasi wilayah udara Hongkong. Oleh karena itu, pesawat berpenumpang 174 orang dengan pilot Kapten Muhamad Zen Zainal tersebut harus kembali ke Ngurah Rai setelah terbang sekitar lima jam mulai pukul 03.21 wita.
Hingga Selasa malam, semua penumpang selesai diberangkatkan kembali. Sebagian penumpang diterbangkan dengan pesawat maskapai lain dan sebagian lain menggunakan pesawat Lion Air.
General Manager Angkasa Pura I Ngurah Rai Trikora Harjo membenarkan adanya penerbangan Lion Air yang harus kembali mendarat di Ngurah Rai karena masalah dokumen. “Kami sudah menjalankan prosedur izin terbang melalui Ngurah Rai yang disahkan dari Kementerian Perhubungan,” kata Trikora.
Bahkan, pihaknya menjalankan tugas melayani maskapai yang datang dan pergi. Pelayanan ini termasuk para penumpang. “Persoalan dokumen, pihak maskapai yang melengkapinya sendiri,” ucap Trikora.
Para penumpang Lion Air yang tertunda keberangkatannya ke Tiongkok sudah selesai di pindahkan ke penerbangan maskapai lain dan Lion Air. “Semua penumpang diberangkatkan bertahap,” kata Trikora.
Sementara itu, Kepala Humas Lion Air Andi Saladin mengakui adanya kasus itu. Namun, dia tak bersedia menjelaskan tentang penolakan pihak otoritas Hongkong sehingga menganggap penerbangan Lion Air tersebut ilegal karena tanpa dokumen diplomatic clearance penerbangan lintas negara.
Andi hanya menuliskan melalui pesan singkat melalui telepon seluler. Dikatakan, jalur penerbangan Lion Air mendadak melalui lalu lintas udara Hongkong. “Alasannya, jalur awal terdapat badai sehingga pilot memutuskan menghindarinya,” ucapnya.
Pesawat itu membawa penumpang 174 orang dewasa dan 23 kru pesawat Lion Air. Berangkat melalui Ngurah Rai sekitar pukul 03.02 wita dan datang lagi pukul 08.45 wita.
General Manager Lion Air Grup Perwakilan Bali Nusra Fajar Teguh Santoso juga tidak bersedia memberikan penjelasan tentang penerbangan yang dianggap ilegal memasuki lalu lintas udara Hongkong. “Saya belum bisa memberi penjelasan. Silakan menanyakan ke humas saja,” katanya.
Setahun terakhir, masyarakat Tiongkok tertarik mengunjungi Pulau Bali. Bahkan, jumlah wisatawan asal Tiongkong sekitar 17 persen dari 4 juta wisatawan asing yang mengunjungi Bali pada 2015. Hal itu berarti berada di posisi kedua setelah wisatawan Australia yang berjumlah sekitar 24 persen. Karena itu, pihak Dinas Pariwisata Bali pun gencar membidik pasar Tiongkok.
Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Agung Yuniartha menyatakan tetap fokus menarik masyarakat Tiongkok untuk datang ke Bali. Alasannya, jumlahnya terus meningkat setiap tahun.
Sementara itu, Trikora menjelaskan, selama ini rute Denpasar-Tiongkok selalu ada penerbangan carter. Untuk periode Januari hingga Maret direncanakan 402 penerbangan carter. Namun, sejauh ini baru 217 penerbangan yang dilayani sejumlah maskapai antara lain Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Sriwijaya Air.
“Kami berharap, target penerbangan carter sebanyak 402 penerbangan hingga Maret bisa tercapai. Jika itu terwujud, sekitar 10.000 wisatawan Tiongkok datang ke Bali,” ujarnya. (AYS)
Kompas 10022016 Hal. 23