Maskapai Harap Jalur Terbang Selatan Jawa Dibuka

JAKARTA – Maskapai penerbangan Garuda Indonesia berharap pemerintah bisa segera membuka jalur penerbangan di selatan Pulau Jawa. Selain sebagai solusi kurangi kepadatan penerbangan di utara Jawa, langkah ini juga akan berdampak positif bagi industri penerbangan.
Menurut Direktur Operasional Garuda Indonesia Novianto Herupratomo, pihaknya akan mengevaluasi rute penerbangan yang sudah ada dan menambah rute baru apabila pemerintah membuka ruang udara di selatan Pulau Jawa.
“Kami pasti terbang ke selatan kalau jalurnya sudahdibuka. Pasti akanadaperubahan rencana jangka panjang untuk penambahan rute kalau ini bisa direalisasikan,” kata dia seusai penandatanganan kerja sama antara Garuda Indonesia dan Polri tentang pengangkutan logistik atau kargo sertapenerbangansewadi Kantor Garuda Indonesia, Tangerang, Selasa (19/1).
Novianto juga mengatakan maskapai penerbangan termasuk Garuda Indonesia berharap pemerintah segera merealisasikan hal tersebut, karena akan berdampak positif bagi industri penerbangan.
“Karena penerbangan di Jawa itu dari jalur barat ke timur dan sebaliknya selama ini selalu melewati sisi utara. Akibatnya pesawat harus memutar. Ini yang mengakibatkan waktu tempuh lebih lama dan biaya operasional juga lebih mahal. Kalau ruang udara selatan dibuka, pesawat tidak harus memutar. Kami bisa menghemat, penumpang lebih nyaman, dan cuaca di selatan itu lebih bagus,” kata dia.
Secara teknis, sambungnya, pembukaan ruang udara di selatan Jawa ini akanmemungkinkan penghematan avtur dan pengurangan waktu penerbangan. Dia mencontohkan, saat ini untuk penerbangan rute YogyakartaBali, pesawat harus memutar ke utara dengan mengambil jalru Yogyakarta-Surakarta-Purwodadi-Surabaya-Bali.
“Kalau jalur selatan ada, ini bisa langsung ke Bali. Efisiensi penerbangan bisa sampai 10 menit. Kami juga bisa menghemat avtur hingga 500 liter/flight. Harga tiket juga kalau bisa lebih murah itu bagus kan,” katanya.
3 Hal Diatur
Selain itu, Novianto mengatakan, dengan dibukanya ruang udara di selatan Jawa ini akan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kepadatan lalu lintas udara. Menurut Novianto, akan ada potensi pembukaan ratusan rute dan slot penerbangan baru.
“Kalau dimungkinkan selatan dibuka, kita akan punya jalur yang sangat lebar. Tinggal sekarang teknis lebih lanjut menurut saya bisa dibikin koridor udara, yang melewati daerah-daerah atau wilayah udara yg dinyatakan sebagai prohibited area, di bawah kekuasaan TNI-AU. Kalau sudah bisa dibuat, ada tiga hal yang harus diatur yaitu jalur, ketinggian pesawat, dan waktu penerbangan,” katanya.
Di sisi lain, Novianto mengatakan maskapai penerbangan menentang adanya rencana pemerintah untuk membatasi penerbangan di bandara enclave sipil di seluruh Indonesia. Pasalnya, kapasitas bandarabandara yang ada saat ini pun belum memadai untuk kebutuhan penerbangan.
“Saya melihatnyadari keseluruhan Indonesia, yang sekarang ada saja sudah tidak cukup, kenapa harus dikurangi? Ini bukanhanya dari sisi Garuda Indonesia, tapi kita lihat industri penerbangan secara keseluruhan. Di luar negeri dalam satu kota ada beberapa bandara. Ini sangat jauh berbeda dengan kita,” katanya.
Sementara itu, Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Agus Soedjono menyatakan, pihaknya tidak bisa memastikan lebih jauh hal yang akan dilakukan apabila belum ada keputusan dibukanya jalur penerbangan di selatan Jawa untuk penerbangan sipil. Menurut dia, Sriwijaya Air menunggu terlebih dahulu keputusan itu dirilis Kemenhub.
“Kami menunggu kepastian pemerintah. Apabila ada pengalihan sejumlah penerbangan ke selatan Jawa yang ditetapkan pemerintah, pasti itu telah melalui analisis yang mendalam,” kata Agus.
Dia menjelaskan, sekarang ini untuk terbang di utara, 90% di antaranya pesawat melintas di atas laut. Agus tidakbisaberandaiandai bagaimana topografi lintasan apabila melewati jalur selatan Jawa. Sampai saat ini,menurut dia, belum ada komunikasi dari Kemenhub untuk membahas dibukanya jalur selatan itu.
Namun, Agus memperkirakan, apabila memang nantinya jalur selatan dibuka tidak ada perbedaan frekuensi penerbangan yang signifikan dari sebelumnya, seandainya tidak ada penambahan kapasitas bandara. “Akan sama-sama saja jumlahnya, bandara yang diterbangi juga sama,” tutur dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengatakan Presiden Jokkowi merencanakan bakal membatasi rekuensi penerbangan di Jawa. Namun demikian, hal ini bisa disiasati dengan memanfaatkan jalur Selatan. Suprasetyo mengatakan jalur Selatanbisa digunakan apabila tidak ada latihan militer.
“Jadi kalau (jalur Selatan) tidak bisa digunakan, misalnya malam hari atau libur, bisa digunakan untuk penerbangan sipil. Selain itu, jalur selatan memiliki waktu tempuh lebih singkat dibanding jalur utara,” katanya. (lrd/esa)
Investor Daily, Rabu 20 Januari 2016, Hal. 6

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.