MAJALENGKA, KOMPAS — Pemerintah ingin mempercepat pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Pembebasan 1.000 hektar lahan perlu dituntaskan sehingga bandara itu bisa beroperasi.
Upaya percepatan itu dikemukakan Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi Bandara Kertajati, Kamis (14/1). Jokowi didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan. Presiden mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jabar agar konstruksi landas pacu (runway) tahap kedua dan terminal dibiayai pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHOAktivitas proyek pembangunan Bandar Udara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka, terus dilanjutkan, Kamis (14/1). Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan untuk meninjau proyek pembangunan bandara seluas 5.000 hektar dengan target selesai pada 2017.
”Rencana awal, pembangunan runway dan terminal itu akan dilakukan oleh badan usaha milik daerah Provinsi Jabar bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II, tetapi ternyata tidak rampung-rampung. Untuk mempercepat pembangunan karena tahun depan sudah harus selesai, saya usulkan diambil alih Kementerian Perhubungan,” kata Jokowi. Ia menyebutkan, proyek bandara itu sudah dirintis sejak 2003, tetapi baru pada 2013 ada konstruksi fisik.
Pemerintah menargetkan bandara itu bisa dioperasikan pada akhir 2017 atau selambat-lambatnya pada pertengahan 2018. Upaya menuju percepatan pembangunan dan operasi bandara itu kini masih dirundingkan antara pemerintah pusat dan Pemprov Jabar. Di lokasi bandara saat ini hanya ada satu landas pacu dengan sawah dan tegalan yang mengitarinya. Belum ada bangunan di lokasi bandara. Taxiway dan apron pun masih berupa tapak tanah.
Bandara Kertajati ditargetkan memiliki dua landas pacu yang masing-masing memiliki panjang 3 kilometer (km) dan lebar 60 meter. Saat ini, yang sudah selesai dibangun baru satu landas pacu berukuran panjang 2,5 km dan lebar 60 meter. Landas pacu tersebut masih kurang 500 meter dari yang direncanakan. Adapun satu landas pacu lain yang berukuran sama belum dibangun. Pemerintah pernah menawarkan kelanjutan pembangunan landas pacu dan terminal Bandara Kertajati kepada PT Angkasa Pura (AP) II, tetapi pihak AP II menolak.
Perhitungannya saat ini, untuk meneruskan landas pacu dan pembangunan terminal dibutuhkan biaya Rp 2,5 triliun. Pemprov Jabar tahun ini mengalokasikan Rp 500 miliar atau masih kurang Rp 2 triliun. Kekurangan biaya itu pernah ditawarkan kepada PT AP II, tetapi tidak bisa dipenuhi.
Ignasius Jonan menjelaskan, pembangunan bandara tidak bisa langsung mendatangkan keuntungan bagi perusahaan karena memerlukan proses lama. ”Keuntungan mungkin baru kembali setelah 7-10 tahun. Karena itu, kami tawarkan kepada Pemprov Jabar agar kelanjutan pembangunan runway dan terminal diteruskan Kemenhub,” katanya.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan masih akan mempertimbangkan tawaran itu. Pada dasarnya Pemprov Jabar menginginkan solusi terbaik, tercepat, dan membawa dampak positif bagi semua pihak. ”Hal itu masih kami rundingkan,” ucapnya.
Bagi Jabar, potensi pasar Bandara Kertajati itu sangat besar sebab akan menjadi sarana perhubungan yang efektif bagi dua pertiga warga Jabar. ”Tak hanya warga Jabar, tetapi juga sejumlah wilayah Jawa Tengah, seperti Cilacap, Brebes, Tegal, dan Pekalongan,” ujar Heryawan. (REK)
Kompas 15012016 Hal. 15