BI, Cukup 0,25% Dulu

Darmin Nasution jadi tamu perdana dari pihak pemerintah dalam rapat bulanan dewan gubernur BI.

BERBAGAI kalangan, termasuk perbankan dan pelaku usaha, kompak meminta Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan yang sudah nyaris setahun di level 7,5%.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menilai sudah saatnya BI rate turun. Menurutnya, ada tiga faktor yang mendukung.Pertama, laju inflasi yang rendah di 2015, yaitu 3,35%. Level tersebut di bawah target pemerintah, 5%.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2015 membaik. Itu sekaligus menandakan respons positif Indonesia dalam menghadapi goncangan perekonomian sepanjang tahun lalu. Faktor-faktor tersebut mestinya membuat otoritas moneter percaya diri.“Kalau BI lebih confidence, suku bunga bisa turun minimal 7%,“ ungkapnya saat menghubungi Media Indonesia, kemarin.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Tekstil Ade Sudrajat juga ingin BI rate turun agar kredit yang lebih murah bisa mengalir ke sektor riil. Ia berharap BI memberi sinyal positif bahwa Indonesia dalam kondisi baik bukan justru dengan menahan BI rate yang sejak Februari 2015 bergeming.
Dalam kesempatan terpisah, Dirut BCA Jahja Setiaatmadja mengamini pelonggaran dari BI secara tidak langsung akan mengangkat daya beli. “Kalau saya bilang 0,25% penurunan masih ada ruang, jangan banyak-banyak,“ ucapnya di Jakarta, kemarin.
Bila BI rate turun, BCA mempertimbangkan pemangkasan suku bunga kredit.
Sebelumnya, Dirut BNI Achmad Baiquni pun berpendapat otoritas moneter sudah bisa merelaksasi kebijakan suku bunga. Ia sepakat rendahnya inflasi dan manuver pemerintah mempercepat realisasi belanja jadi momentum tepat untuk itu. “Paling tidak, turun 25 bps (basis) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kita.“ Kepala ekonom BRI Anggito Abimanyu pun setuju penurunan BI rate 0,25% masih cukup aman. Namun, ia melihat BI masih akan konservatif. “Ini masalah persepsi. Seolah kalau BI rate turun, akan terjadi capital outflow. Padahal, belum tentu,“ ucapnya.
Anggito menerangkan, dengan melihat posisi BI rate dan inflasi, masih ada selisih sekitar 4%. Margin itu ia nilai masih cukup atraktif bagi investor. “Capital inflow masih berpotensi besar ada. (BI rate) Diturunkan 25 bps saja sudah cukup, kok,“ tutur Anggito.Tradisi berubah Kemarin, BI mengawali rapat bulanan dewan gubernur pertamanya di 2016. Rapat dijadwalkan selesai hari ini.
BI sebelumnya telah mengumumkan bahwa mulai 2016, rapat itu berlangsung 2 hari.Penambahan waktu karena BI mengundang perwakilan pemerintah untuk memberi pendapat meski tidak ada hak suara. “Itu untuk meningkatkan kualitas assessment,“ kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Untuk kali perdana, `tamu’ dari pihak pemerintah ialah Menko Perekonomian Darmin Nasution. Ditemui seusai menghadiri undangan BI, Darmin mengatakan ia memberi beberapa input, antara lain soal likuiditas. “Pemerintah sudah buka lelang proyek, undang investasi dan sebagainya. Dengan investasi besar dan lebih awal, pasti butuh likuiditas lebih banyak,“ ungkap eks gubernur BI tersebut.
Hal lain yang dibicarakan ialah tentang kredit dan suku bunga. “Persisnya bagaimana, BI yang tentukan,“ lanjutnya.
Gambaran yang dipaparkan BI tentang kondisi moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran, menunjukkan ada ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. “Situasi moneternya relatif agak longgar dan likuiditas juga tak tertekan,“ ujar Darmin. (Arv/ Jay/Fat/E-2)
 
Media Indonesia. 14 Januari 2016. Hal: 17

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.