TANGERANG – Pusat pelatihan pilot dan awak kabin Lion Air Group berganti nama dari Lion Air Training Center (LTC) menjadi Angkasa Training Center (ATC). Operator penerbangan itu memperkirakan izin penggantian nama itu didapatkan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada akhir Januari 2015.
General Manager Lion Air Training Center Dibyo Soesilo mengungkapkan, progres penggantian nama saat ini sudah memasuki tahap akhir, yaitu fase kelima. Sementara untuk inisiasi penggantian namanya diajukan sejak Desember 2015.
“LTCpertama kali berdiri pada 2005 dengan hanya mempunyai satu simulator di Halim. Dengan berkembangnya waktu, saat ini Lion Air Group terdiri atas enam maskapai sehingga founderLion Rusdi Kirana ingin mengubah namanya yang sifatnya lebih untuk Lion Air Group,” kata Dibyo di Tangerang, Banten, Selasa (12/1).
Menurut dia, terdapat dua fasilitas besar yang dimiliki oleh LTC, yaitu Lion Village yang terletak di Tangerang dan Lion City di Balaraja. Untuk sekarang, Lion Village dikhususkan untuk melatih pilot yang akan bekerja di Lion Air Group. “Untuk pelatihan pilot, kami mendahulukan yang Lion Air Group, bila sudah selesai, baru kami beri kesempatan bagi pilot atau calon pilot untuk mengikuti pelatihan,” imbuh dia.
LionAir TrainingCentermerupakan usaha yang dijalankan oleh PTAngkasaSuper Services (ASS) yang merupakan anak usaha dari Lion Air Group. Selain LTC, ASS juga menjalankan Angkasa AviationAcademy yang bergerak sebagai sekolah penerbang.
Lebih jauh, Dibyo melanjutkan, LTC pada tahun ini mendatangkan tiga simulator baru dengan rincian satu unit simulator ATR72-600 dan dua simulator A320 Neo. Satu simulator lagi, yakni Boeing 737, didatangkan untuk ditempatkan di Thailand. Hingga sekarang, LTC sudah mempunyai enam simulator, yaitu satu unit ATR 72-500, empat unit Boeing 737-900 NG, dan sebuah simulator Airbus A320.
Dibyo juga mengungkapkan, hampir setiap tahun hingga 2020, LTCakan terusmenambah simulator hinggaberjumlah15unit dan pada 2024 menjadi 17 simulator. “Harga simulator bervariatif mulai dari US$ 8 juta sampai US$ 11 juta. Simulator Boeing adalah yang termahal. Simulator didatangkan dari CAE Inc di Kanada,” imbuh dia.
Dibyo mengatakan, dengan total sembilan simulator hingga akhir tahun ini, pihaknya memperkirakan bisa meluluskan pelatihan setidaknya 400 pilot. Pada 2015, LTC berhasil meluluskan 391 pilot dan menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah LTC didirikan. Sementara pada 2014, ada 237 pilot yang diluluskan oleh LTC “Sedangkan untuk pelatihan pilot pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A330 dan Boeing B777, simulatornya terdapat di Singapura,” jelas dia.
Di tempat yang sama, Kepala Humas Lion Air Group Andi M Saladin menyatakan, meskipun LTC pada 2015 berhasil meluluskan lebih dari 300 penerbang untuk Lion Air Group, jumlah tersebut masih belum memenuhi kebutuhan setiap tahunnya. Pasalnya, Lion Air Group terus menambah armada secara rutin setiap tahun sehingga kebutuhan atas pilot terus bertambah.
“Pada 2028, Lion Air Group akan mempunyai 780 armada dan pilot-pilotnya ditargetkan warga negara Indonesia. Jadi, Pak Rusdi memang berharap maskapai ini menjadi sangat nasionalis,” ujar Andi. (esa)
Investor Daily, Rabu 13 Januari 2016, Hal. 6