JAKARTA, KOMPAS — Proyek pembangunan jalan tol oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak hanya mengandalkan dana APBN. Namun, proyek tersebut juga dibiayai perbankan. Pembiayaan Rp 10 triliun dari Bank Exim Tiongkok dialokasikan untuk proyek pembangunan empat ruas jalan tol.
Pinjaman senilai Rp 5 triliun yang sudah disetujui untuk dicairkan itu bagi dua paket proyek tol, yakni Solo-Kertosono (Jawa Tengah) dan Balikpapan-Samarinda (Kalimantan Timur).
Adapun dua ruas jalan tol lain yang juga mendapat pembiayaan dari Bank Exim Tiongkok adalah Tol Manado-Bitung (Sulawesi Utara) dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu (Jawa Barat).
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hediyanto W Husaini mengatakan, pinjaman untuk Tol Solo-Kertosono dan Balikpapan-Samarinda akan dicairkan bulan ini. Adapun perjanjian pinjaman untuk Tol Manado-Bitung dan Cisumdawu, disetujui bulan ini juga.
“Itu bagus karena biasanya pinjaman disetujui dan cair memerlukan waktu satu sampai satu setengah tahun. Ini cuma tiga bulan sudah selesai,” kata Hediyanto, di Jakarta, Selasa (12/1).
Ruas jalan Tol Solo-Kertosono sepanjang 178,4 kilometer (km) memerlukan investasi Rp 16 triliun. Pada ruas tol itu, ada dua seksi yang dikerjakan pemerintah, yakni ruas Solo-Ngawi (Colomadu-Karanganyar) sepanjang 20,9 km dan ruas Ngawi-Kertosono (Saradan-Kertosono) sepanjang 38,8 km. Menurut rencana, pinjaman dari Tiongkok untuk ruas ini sebesar Rp 2,8 triliun. Tol Solo-Kertosono ditargetkan beroperasi pada 2018.
Pinjaman dari Bank Exim Tiongkok untuk Tol Cisumdawu akan dialokasikan Rp 3,4 triliun. Jalan Tol Cisumdawu sekitar 61 km, yang terdiri atas enam seksi. Dari enam seksi tersebut, pemerintah akan mengerjakan dua seksi, yakni seksi I Cileunyi-Rancakalong (12,02 km) dan seksi II Rancakalong-Sumedang (17,35 km). Sisanya akan ditawarkan kepada investor.
Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,6 km dibangun untuk mendukung kawasan industri di Balikpapan. Dari kebutuhan investasi Rp 14,5 triliun, pemerintah pusat akan membiayai seksi V (Balikpapan-Sepinggan) dengan dana pinjaman Rp 763 miliar. Sumber pembiayaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat merupakan pinjaman dari Bank Exim Tiongkok.
Pinjaman dari Bank Exim Tiongkok juga akan digunakan untuk pembangunan Tol Manado-Bitung sepanjang 39 km. Pada ruas ini, pemerintah mendanai sepanjang 12,5 km dengan pinjaman Rp 1,2 triliun.
BNI ke infrastruktur
Secara terpisah, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Achmad Baiquni, dalam jumpa pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa, di Jakarta, menyampaikan, BNI tetap konsisten menyalurkan kredit pembangunan infrastruktur. Dana kredit, antara lain dari pinjaman Bank PembangunanTiongkok (China Development Bank/CDB).
BNI merupakan salah satu dari tiga bank BUMN yang mendapat pinjaman dari CDB pada September 2015. CDB memberikan pinjaman 3 miliar dollar AS untuk Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan BNI. Dengan demikian, setiap bank mendapat 1 miliar dollar AS.
“Jangka waktu pinjaman dari CDB adalah 10 tahun dengan suku bunga 3,5 persen. Dana tersebut kami gunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan yang mendukung hilirisasi. Hingga sekarang, penyalurannya sudah dilakukan secara bertahap,” ujar Achmad.
Menurut dia, penyerapan kredit berlangsung cepat karena menyasar proyek yang sudah ada dan proyek baru.
Selain utang CDB, tambah Baiquni, sumber dana kredit juga berasal dari pinjaman bilateral yang jatuh tempo. Sebagian di antaranya untuk membiayai debitor BUMN.
Direktur BNI Herry Sidharta mengungkapkan, sektor yang paling banyak dibiayai kredit BNI adalah pembangkit listrik dan energi. Untuk 2016, perusahaan akan berekspansi kredit Rp 20-25 triliun. Pembiayaan sektor kelistrikan, misalnya, bisa mencapai Rp 10 triliun. (NAD/MED)
Kompas 13012016 Hal. 20