Garuda Indonesia Evaluasi Sponsorship Liverpool

JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berusaha meningkatkan brand awareness perseroan sebagai salah satu maskapai penerbangan global tahun ini. Salah satu cara yang dilakukan adalah mempertimbangkan kelanjutan kerja sama sponsorship dengan klub sepak bola asal Inggris, Liverpool Football Club.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arief Wibowo mengatakan, perseroan tengah mengevaluasi efektivitas dari kerja sama sponsorship dengan Liverpool FC selama ini. Adapun kontrak sponsorship tersebut akan habis tahun ini.
“Kami akan coba evaluasi dalam waktu satu sampai dua bulan ini. Sebab biaya yang dikeluarkan lumayan juga, yakni sekitar US$ 9 juta per tahun,” jelas Arief di Jakarta, Kamis (7/1).
Menur ut Arif, kontrak sponsorship dengan Liverpool FC bukan hanya perkara dana. Namun, kerja sama tersebut menjadi salah satu kebanggaan bagi para maskapai penerbangan. Sebagai contoh, maskapai global seper ti Emirates mengantongi kontrak sponsorshipdengan Arsenal FC.
Meski demikian, lanjutnya, kontrak kerja sama Garuda dengan Liverpool tidak bisa disejajarkan dengan Emirates. Sebab, maskapai penerbangan asal Timur Tengah ini memiliki skala investasi yang jauh lebih tinggi, ketimbang Garuda Indonesia.
“Kita lihat prioritasbrand awarness. Tapi kami juga mengutamakan kinerja yang tetap sustain dan profitable. Sementara itu, Emirates kalkulasinya kemungkinan berbeda, ekspansi sponsorshipbisa ratusan juta dolar,” terang dia.
Tahun ini, Garuda Indonesia menyiapkan dana ekspansi sekitar US$ 500 juta . Sekitar US$ 160 juta akan diserap untuk kebutuhan Garuda, sedangkan US$ 340 juta dialokasikan untuk PT Citilink Indonesia, PT GMF AeroAsia, PT Gapura Angkasa, dan PT Aerowisata.
Arif per nah mengatakan, sumber pendanaan ekspansi berasal dari kombinasi kas internal dan eksternal. Perseroan mengkaji pilihan penerbitan obligasi dan pinjaman perbankan pada 2016, tergantung dari kinerja akhir tahun ini.
“Mayoritas belanja modal Garuda itu digunakan untuk pre delivery payment pesawat, selain itu, kami juga akan memperkuat sistem teknologi informasi dan e-commerce,” jelas dia di Jakarta, belum lama ini.
Arif menjelaskan, perseroan akan mengadakan sebanyak 23 pesawat tahun depan. Pesawat tersebut terdiri atas 15 pesawat untukGaruda, dan delapan pesawat untuk Citilink. Di rute-rute international, perseroan akan menambah lima airbus A330 dan satu Boeing 777.
Arif belum dapat menjelaskan target kinerja tahun ini. Di sisi lain, perseroan berharap realisasi kinerja akhir 2015 bisa positif. Perseroan pun akan memperkuat pasar umrah, haji dan carter. Sedikitnya, perseroan akan menambah sembilan pesawat jenis propeller tahun depan.
Sementara itu, perseroan juga berencana menambah frekuensi di rute-rute penerbangan jarak menengah, dengan destinasi Beijing, Shanghai, danGuangzhou.
Hingga saat ini, Gar uda Indoensia pun masih melakukan negosiasi terkait pemilihan manufaktur pengadaan pesawat, antara Airbus Group SEA dan Boeing Co. Ini merupakan tindak lanjut dari letter of intent yang telah ditandatangani di perhelatan Paris Airshow, Le Bourguet, Paris pada Juni lalu.
“Proses negosiasi masih berlangsung, seiring dengan ini kami tengah menyusun fleet plan hingga 2025,” terang Arif.
Garuda Indonesia berhasil meraih laba bersih tahun berjalan sebesar US$ 51,4 juta hinggakuartal III-2015, naik123,4%dibanding periode sama tahun lalu. Ketika itu, perseroan mengalami kerugian US$ 220,1 juta.
Pencapaian Garuda Indonesia hingga September 2015 tersebut juga tercatat yang paling tinggi, dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pada semester III-2013, perseroan masih membukukan kerugian US$ 22,04 juta.
Seiring per tumbuhan laba bersih, perseroan juga berhasil mengalami peningkatan pendapatan usaha 0,5% menjadi US$ 2,84 miliar, dibanding kuartal III-2014 US$ 2,83 miliar.
Beban usaha perseroan pun berhasil diturunkan dari US$ 3,08 miliar, menjadi US$ 2,72 miliar. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh efisiensi pada biaya bahan bakar yang menyusut menjadi US$ 806,5 juta pada kuartal III-2015, turun 31,4% dibanding kuartal III-2014 US$ 1,2 miliar. Penyusutan biaya ini juga merupakan kompensasi dari harga avtur yang turun 37,9% dibanding tahun lalu. (rid)
Investor Daily, Jumat 8 Januari 2016, Hal. 14

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.