Transportasi : Bandara Tunggul Wulung Segera Dikembangkan

CILACAP, KOMPAS — Kapasitas Bandar Udara Tunggul Wulung di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, segera ditingkatkan guna mendukung pengembangan Cilacap sebagai pusat pertumbuhan industri di wilayah selatan Jawa. Posisi bandara ini strategis karena menjadi satu-satunya akses pendukung transportasi udara di Jateng bagian selatan.

Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, Rabu (6/1), mengatakan, pengembangan bandara juga menopang maraknya investasi di wilayah yang diproyeksikan menjadi Singapura-nya Pulau Jawa.
“Kami sudah menyiapkan lahan untuk perluasan kawasan bandara. Selain memperluas apron, landasan pacu juga akan diperpanjang supaya mampu menampung pesawat berbadan lebar,” ujarnya.
Landasan pacu bandara yang dikelola Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan tersebut saat ini baru sepanjang 1.400 meter dengan lebar 30 meter. Menurut rencana, landasan pacu ini akan diperpanjang hingga 2.000 meter. Anggaran yang diusulkan untuk pengembangan Tunggul Wulung sekitar Rp 43 miliar.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Cilacap Uong Suparno mengatakan, selama ini, rute penerbangan Jakarta-Cilacap dan sebaliknya melalui Bandara Tunggul Wulung baru menggunakan pesawat jenis ATR (avions de transport regional). Dua maskapai yang melayani rute Jakarta-Cilacap, yaitu Susi Air dan Pelita Air.
Pihaknya berharap landasan pacu bisa diperpanjang hingga 2.250 meter sehingga bisa didarati pesawat jenis Boeing. Selama ini, Tunggul Wulung menjadi satu-satunya akses transportasi udara dari Jakarta ke wilayah Jateng selatan, seperti Cilacap, Purwokerto, dan Purbalingga.

Dukung investasi

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap Budi Santoso mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, laju perkembangan Cilacap sebagai kota industri pesat. Total realisasi investasi di sektor energi pada 2015 mencapai Rp 11 triliun. Salah satunya pembangunan kilang-kilang Pertamina.
Pada 2016, investasi di sektor energi di Cilacap diperkirakan bisa mencapai Rp 21 Triliun. Pasalnya, ada dua investasi energi yang dalam proses pengajuan izin prinsip, yakni ekspansi PLTU Karangandri dan PLTU Adipala.
Selain itu, infrastruktur Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap sejak 2015 ditingkatkan kapasitasnya menjadi pelabuhan bongkar muat utama di kawasan Jateng bagian selatan. Geliat pembangunan di Cilacap, kata Budi, tentu membutuhkan infrastruktur pendukung transportasi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, peningkatan infrastruktur khususnya di sektor transportasi udara sangat penting untuk membuka wilayah Jateng bagian selatan. Kunjungan wisata ataupun investasi di wilayah tersebut selama ini cukup terhambat karena minimnya alternatif transportasi udara.

Meningkat

Distribusi logistik melalui angkutan laut dari Jawa Timur ke wilayah Indonesia bagian timur dan sebaliknya semakin bergairah. Sepanjang 2015, sebanyak 59 persen dari total arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, merupakan peti kemas antarpulau atau peti kemas domestik.
Berdasarkan data PT Pelabuhan Indonesia III, di tahun 2015, total arus peti kemas di Tanjung Perak mencapai 3,12 juta TEU (twenty foot equivalent units) atau setara 2,61 juta boks. Jumlah itu meningkat 0,5 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2014 yang sebesar 3,10 juta TEU atau setara 2,60 juta boks.
“Arus peti kemas domestik selalu lebih banyak dibandingkan peti kemas internasional. Kalau sekarang 59 persen, di tahun lalu hanya 57 persen,” kata Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyanto, Rabu (6/1), di Surabaya.
Menurut Edi, peti kemas domestik bisa mendominasi karena logistik internasional juga masih lesu karena kondisi perekonomian yang tidak baik. Permintaan dari beberapa negara yang menjadi pasar utama di Amerika Utara, Afrika, dan Eropa juga sedang menurun. (GRE/den)
Kompas 07012016 Hal. 22

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.