Dunia Penerbangan : Sikorsky dan Warna Sejarah Helikopter

Dalam dunia aviasi, nama Sikorsky sudah identik dengan sejarah helikopter itu sendiri. Pabrikan helikopter asal AS itu memainkan peran penting sejak awal era pesawat “sayap putar” hingga persaingan teknologi abad ke-21 ini.

November lalu, pemasok terbesar helikopter militer Amerika Serikat tersebut menjalani momen bersejarah. Setelah hampir 90 tahun berada di bawah induk perusahaan United Technologies Corporation (dulu bernama United Aircraft), Sikorsky Aircraft pindah ke kelompok perusahaan baru.
Seorang petugas berada di sekitar helikopter SH-60 Sea Hawk di atas geladak kapal komando Armada Pasifik AS, USS Blue Ridge, yang tengah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Mei 2012. Heli Sea Hawk adalah salah satu varian turunan dari UH-60 Black Hawk, heli utilitas legendaris buatan Sikorsky Aircraft yang digunakan lima cabang Angkatan Bersenjata AS.
Kompas/Dahono FitriantoSeorang petugas berada di sekitar helikopter SH-60 Sea Hawk di atas geladak kapal komando Armada Pasifik AS, USS Blue Ridge, yang tengah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Mei 2012. Heli Sea Hawk adalah salah satu varian turunan dari UH-60 Black Hawk, heli utilitas legendaris buatan Sikorsky Aircraft yang digunakan lima cabang Angkatan Bersenjata AS.
Melalui akuisisi senilai 9 miliar dollar AS (sekitar Rp 125,3 triliun) yang dibayar tunai, Sikorsky kini menjadi milik raksasa industri pertahanan AS, Lockheed Martin. Dalam siaran pers tanggal 6 November, Lockheed Martin menyatakan, nama Sikorsky Aircraft kini resmi menjadi Sikorsky, A Lockheed Martin Company.
Sikorsky akan ditempatkan di bawah segmen bisnis Lockheed Martin Mission Systems and Training (MST). Meski demikian, Sikorsky masih diizinkan mempertahankan logo huruf S bersayap yang menjadi ciri khasnya. Markas besar Sikorsky juga tetap berada di Stratford, Connecticut, AS.
“Lockheed Martin dan Sikorsky sama-sama memiliki tradisi inovasi dan kinerja yang telah mengukir sejarah dunia penerbangan selama lebih dari satu abad. Bersama, kami memiliki posisi yang lebih baik untuk mempersembahkan yang terbaik bagi para pelanggan, karyawan, dan pemegang saham kami,” tutur Maryllin Hewson, Presiden dan CEO Lockheed Martin, dalam siaran pers tersebut.
Baik Lockheed Martin maupun Sikorsky memang bukan nama sembarangan dalam dunia militer AS. Sebagai kontraktor pertahanan terbesar di AS, Lockheed Martin dikenal publik sebagai produsen berbagai pesawat militer legendaris AS, seperti C-130 Hercules, F-16 Fighting Falcon, F-22 Raptor, dan yang terbaru F-35 Lightning II.

Pemasok utama

Sementara Sikorsky adalah pemasok utama helikopter militer untuk AS. Produk-produknya digunakan lima cabang angkatan bersenjata AS (Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat, Korps Marinir, dan Penjaga Pantai AS).
Mulai dari helikopter angkut berat CH-53E Super Stallion, heli kepresidenan (Marine One) VH-3D Sea King, hingga heli utilitas medium legendaris UH-60 Black Hawk beserta seluruh varian turunannya adalah heli-heli buatan Sikorsky.
Menurut Shane G Eddy, Presiden Commercial System and Services Sikorsky, dalam taklimat media di Singapura, 12 November, untuk tipe Black Hawk saja, pihaknya telah memproduksi sedikitnya 4.000 helikopter dari berbagai varian untuk angkatan bersenjata AS.
Akuisisi oleh Lockheed Martin ini menjadi penanda penting baru dalam sejarah panjang Sikorsky. Pabrikan yang didirikan imigran asal Rusia, Igor Sikorsky (1889-1972), itu sudah menarik perhatian militer AS sejak sukses membuat VS-300 pada 1939.
VS-300 sering disebut-sebut sebagai salah satu perintis helikopter modern yang menggunakan satu baling-baling utama dan satu baling-baling kecil di bagian ekor yang berfungsi untuk melawan putaran torsi baling-baling utama (sehingga pesawat bisa bergerak lurus).
Potensi besar pemanfaatan helikopter di medan perang (bisa mendarat dan tinggal landas secara vertikal tanpa membutuhkan landasan), baik untuk misi pengintaian, pengiriman logistik, maupun evakuasi medis, membuat militer AS langsung melirik heli buatan Sikorsky ini.
Menurut uraian di laman Arsip Sikorsky ( www.sikorskyarchives.com), pada 1942, Angkatan Darat AS (US Army) puas dengan uji terbang VS-316, purwarupa helikopter hasil pengembangan VS-300. Helikopter yang oleh militer diberi designasi R-4 itu akhirnya dipesan dalam jumlah banyak oleh US Army pada Januari 1943 dan menjadi helikopter pertama yang diproduksi secara massal.

Era helikopter

Maka dimulailah era helikopter di dunia militer AS dan dunia. Tak banyak orang tahu, Sikorsky R-4 bahkan sudah dioperasikan oleh pasukan AS pada Perang Dunia II, terutama untuk misi penyelamatan pasukan di mandala pertempuran di Tiongkok, India, dan Burma (sekarang Myanmar).
Dalam waktu singkat, Sikorsky kemudian menelurkan berbagai varian helikopter yang makin besar dan kompleks. Pada 1949, hanya tujuh tahun sejak produksi perdana R-4, Sikorsky memperkenalkan heli legendaris H-19 Chickasaw (disebut dengan S-55 untuk versi komersial sipil) yang sukses besar dalam misi di Perang Korea.
Desain dasar H-19 bahkan kemudian “menginspirasi” Uni Sovyet untuk memproduksi heli Mil Mi-4 yang bentuknya sangat mirip meski memiliki ukuran dan kapasitas angkut lebih besar.
Sukses Chickasaw disusul munculnya Sikorsky H-34 (S-58) pada 1954. Sukses heli ini dalam tugas di US Army dan Korps Marinir AS (USMC) membuatnya sangat populer dan dipesan banyak negara. Selama 25 tahun kemudian, total produksi H-34 mencapai lebih dari 2.300 unit.
TNI Angkatan Udara pernah mengoperasikan heli ini dari varian UH-34D untuk melengkapi kekuatan Skuadron Udara 6 pada awal 1970-an. Dikenal dengan julukan “Codot”, heli-heli ini pernah terlibat dalam operasi penumpasan gerakan PGRS/Paraku di Kalimantan Barat.
Menurut keterangan di laman resmi TNI AU, heli-heli ini kemudian mendapat julukan Twin Pac setelah mengalami penggantian mesin. Pada 1978, mesin asli H-34 yang masih berupa mesin piston digantikan dengan mesin turbin buatan Pratt & Whitney tipe PT6T Twin-Pac. Heli-heli ini masih dioperasikan hingga awal era 2000-an.
Bagi yang tumbuh di era 1980-an, tipe heli ini populer dalam serial televisi Riptide yang pernah ditayangkan TVRI pada akhir dekade 1980-an.

Legendaris

Memasuki dekade 1960-an, Sikorsky kembali menelurkan heli legendaris H-3 (S61). Heli bermesin ganda ini digunakan dalam berbagai misi, mulai dari misi anti kapal selam hingga fungsi angkutan dan SAR.
Dalam perkembangannya, varian VH-3 dari heli ini kemudian menjadi tunggangan andalan para presiden AS sejak era John F Kennedy (varian VH-3A) hingga Barack Obama (VH-3D). Saat seorang presiden AS berada di dalamnya, heli ini mendapat sandi panggilan resmi Marine One.
Pengembangan H-3 pada pertengahan 1960-an kemudian membuahkan heli angkut berat CH-53 Sea Stallion yang sangat diandalkan di medan Perang Vietnam. Hingga abad ke-21, varian CH-53E Super Stallion masih menjadi helikopter terbesar dan terberat yang dioperasikan militer AS di medan perang semacam Afganistan dan Irak.
Dekade berikutnya, tepatnya pada 1976, Sikorsky kembali memunculkan satu lagi heli legendaris, yakni UH-60A Black Hawk (S70A). Heli utilitas ukuran sedang ini kemudian mencatat sukses dan digunakan setiap cabang angkatan bersenjata AS (varian UH-60 Black Hawk untuk US Army dan USMC, SH-60 Sea Hawk untuk US Navy, dan HH-60 Pave Hawk untuk USAF, serta HH-60J Jay Hawk untuk US Coast Guard).
Kepala Staf TNI AD (waktu itu) Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Banda Aceh, 11 Februari 2013, pernah mengungkapkan keinginan TNI AD untuk membeli heli Black Hawk. Saat itu Pramono mengatakan, TNI AD ingin membeli 20 unit Black Hawk di samping 24 unit heli Bell 412.
Versi sipil heli ini, S-76, juga dioperasikan beberapa maskapai penerbangan carter di Tanah Air, salah satunya Pelita Air Service yang bermarkas di Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Mei tahun ini, Sikorsky menerbangkan perdana purwarupa heli terbarunya, S-97 Raider. Desain heli ini unik, dengan dua baling-baling utama berkonfigurasi koaksial (dua set baling-baling berputar di satu poros, tetapi dengan arah putaran berbeda untuk menetralkan torsi putaran).
Di bagian ekor, alih-alih baling-baling yang menghadap ke samping seperti biasa, ada baling-baling pendorong yang menghadap ke belakang. Alhasil, heli ini dirancang memiliki kecepatan jelajah hingga 220 knot (407,4 km per jam), atau dua kali lipat kecepatan rata-rata heli biasa.
“Proyek (S-97) ini seluruhnya dibiayai pihak swasta. Dan, 75 persen di antaranya oleh Sikorsky sendiri,” ujar Shane Eddy. Heli itu kabarnya sudah dilirik Komando Operasi Khusus AS (USSOCOM) untuk menggantikan heli MH-6 Little Bird.
Sikorsky siap mewarnai kembali sejarah helikopter masa depan.

(DAHONO FITRIANTO)

Kompas 23122015 Hal. 25

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.