Triwulan I – 2016, Penerbangan Indonesia Diprediksi Raih Kategory I Versi FAA

JAKARTA – Utusan Khusus Menteri Perhubungan RI untuk International Civil Aviation Organization (ICAO) Indroyono Soesilo memproyeksikan Indonesia mampu mendapatkan skor keselamatan penerbangan versi ICAO di atas 60 dan meraih kategori 1 standar keselamatan dari Federal Aviation Administration (FAA) pada triwulan I-2016.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itumenilai, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah berupaya keras agar skor keselamatan penerbangan Indonesia meningkat sesuai standar minimum ICAO, yaitu 60. Saat ini, Indonesia baru mencetak skor 45. Sedangkan, kategori keselamatan FAA, Indonesia tercatat pada kategori II.
“Harapan saya, dengan semua kerja keras itu, triwulan I-2016 itu kita sudah hijau semua (baik FAAmaupun ICAO). Pada Januari tahun depan, ICAO akan melakukan auditnya dari Montreal melalui offsite audit dan saya yakin terpenuhi. Sementara itu, FAA juga akan melakukan audit pada awal tahun depan. Saya yakin keduanya tercapai,” kata Indroyono di Jakarta, Senin (21/12).
Apabila kedua harapan itu tercapai, lanjut Indroyono, hal tersebut melengkapi pencapaian Indonesia yang sudah mendapatkan skor audit keamanan penerbangan versi ICAO yang memuaskan dengan capaian 94,5%. Ketiga raihan itu pun bisa menjadi modal signifikan bagi Indonesia dalam mencalonkan diri sebagai anggota dewan ICAO periode 2016-2019, yang pemilihannya diselenggarakan pada September-Oktober tahundepan.
“Kita harus secara tekniscomply(dengan standar penerbangan dunia. Dengan demikian, kami berjuangnya (untuk mengkampanyekan Indonesia dalammengajukan sebagai anggota dewan ICAO) lebih enak, terutama untuk ke luar (negeri),” papar dia.
Direktur Angkutan Udara Kemenhub Muzzaffar Ismail beberapa waktu lalu mengungkapkan, dalam perhitungan Kemenhub, untuk pemenuhan corrective action plan (CAP) yang diwajibkan ICAO dalam meningkatkan skor keselamatan penerbangan, Indonesia telah memenuhi sekitar 96%.
“Untuk itu, kami terus mengirimkan ‘evidence-evidence’ sehingga nanti ICAO di Montreal bisa memvalidasinya. Rencananya mereka melakukan audit data-data yang telah kami kirimpada Januari 2016. Mereka tidak datang, auditnya dari Montreal,” ungkap Muzaffar.
Sementara itu, Indroyono mengungkapkan, Indonesia memiliki keuntungan tersendiri apabila terpilih sebagai anggota dewan ICAO. Pasalnya, Negeri ini mempunyai potensi yang besar terkait dunia penerbangan.
Dalam catatannya, terdapat sekitar1.140pesawatterbangyang teregistrasi di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga mempunyai 237 bandara dan trafik penumpang pesawat udaranya mencapai 94 juta penumpang per tahun.
“Dengan data seper ti itu, maka Indonesia mempunyai kepentingan besar sebagai anggota dewan ICAO sehingga bisa menentukan standar penerbangan secara internasional. Sebagaimana diketahui, anggota dewan ICAO mempunyai hak dalam mengajukan suara untuk standarisasi dunia penerbangan,” ungkap Indroyono.
Indroyonomengatakan, selain dengan modal teknis berupa pemenuhan standarisasi versi ICAO dan FAA, Indonesia pun perlu melakukan lobi diplomasi kepada negara-negara anggota ICAO yang tercatat 191 negara guna menyalurkan suaranya untuk Indonesia. “Jadi, sistem pemilihannya itu satu negara satu vote,” imbuh dia.
Untuk menggalang suara juga, sambung Indroyono, Indonesia harus menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia penerbangan di semua negara. (esa)
Investor Daily, Selasa 22 Desember 2015, Hal. 1

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Related Posts

Comments are closed.