Hilirisasi : BUMN Kembangkan Industri Aluminium

HONGKONG, KOMPAS — Kementerian Badan Usaha Milik Negara akan mengembangkan industri aluminium terintegrasi dari hulu sampai hilir. Untuk itu, PT Aneka Tambang Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menjalin kerja sama dengan perusahaan aluminium terintegrasi Tiongkok, Aluminium Corporation of China.

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menandatangani nota kesepahaman (MOU) rencana membuat perusahaan patungan (joint venture ) pengolahan smelter grade alumina (SGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan Aluminium Corporation of China (Chinalco). Adapun PT Inalum menandatangani MOU pengembangan industri pelat atau slabaluminium dengan Chinalco.
Penandatanganan dilakukan Presiden Direktur PT Antam Tedy Badrujaman dan Direktur Utama PT Inalum Winardi Sunoto dan disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno yang juga ikut hadir dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan buruh migran Indonesia “Mandiri Sahabatku” Bank Mandiri, Minggu (13/12) di Hongkong, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Hendriyo Widi.
Rini mengatakan, arah industri aluminium Indonesia ke depan adalah industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Selama ini, bauksit, bahan baku aluminium, masih diekspor dalam bentuk mentah sehingga tidak memiliki nilai tambah.
Padahal, bauksit bisa diproduksi menjadi alumina, slab aluminium, dan produk-produk jadi aluminium. “Harapannya, kita bisa membuat kaleng makanan-minuman, komponen mobil, dan komponen pesawat yang selama ini masih impor. Jika berhasil, nilai tambah bisa mencapai 100 kali lipat,” kata Rini.
Pekan depan, lanjut Rini, ia akan ke Jerman. “Ada perusahaan Jerman yang tertarik berinvestasi mendirikan pabrik komponen mobil dari aluminium. Investasi itu menjadi peluang pengembangan industri aluminium,” katanya.
Menurut Tedy Badrujaman, SGA direncanakan dibangun di Mempawah, Kalimantan Barat. Pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina bernilai investasi 1,8 miliar dollar AS atau Rp 25 triliun dengan nilai tukar Rp 13.900 per dollar AS dan berkapasitas 2 juta ton per tahun.
Tahap pertama, kapasitas produksi diperkirakan 1 juta ton dengan kebutuhan bijih bauksit 6 juta wet metric ton (wmt) “Dalam 3-6 bulan ke depan, kami akan membuat studi kelayakan antara lain terkait pematangan lokasi, nilai investasi, persentase saham, dan cadangan bauksit. Diharapkan, tahun depan mulai dibangun dan beroperasi 2019,” kata Tedy.
Winardi mengatakan, PT Inalum berencana mendirikan perusahaan patungan dengan Chinalco untuk membangun pabrik slab aluminium. Pabrik akan dibangun di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
PT Inalum memiliki kapasitas peleburan aluminium 250.000 ton aluminiumingot per tahun dan membutuhkan minimal 500.000 ton alumina. Inalum berencana meningkatkan kapasitas menjadi 500.000 ton pada 2020 sehingga dibutuhkan 1 juta ton alumina per tahun.
Menurut Direktur Utama PT Bank Mandiri Budi G Sadikin, investasi industri aluminium merupakan peluang pembiayaan perbankan. Pembiayaan itu tak hanya di sektor pembangunan SGA dan pabrik slab aluminium, tetapi juga proyek pembangkit listrik untuk menopang SGA.
Kompas 15122015 Hal. 18

Print Friendly, PDF & Email

Share this post:

Recent Posts

Comments are closed.